iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Kalau Marah Jangan Bungkam Dong

Marah Kok Diam
Marah dengan diam sesungguhnya lebih mengerikan daripada marah dengan cerewet. Sebab marah dengan menahan diri akan sangat merugikan orang yang bersangkutan (yang sedang marah) dan juga akan memunculkan berbagai praduga dari orang yang dimarahi.

Sewaktu di asrama, kami punya teman yang selalu diam saat marah. Sebetulnya ia tidak asli pendiam, tetapi ia bisa diam seribu bahasa, berhari-hari, berminggu-minggu, hingga berbulan-bulan saat marah.

Terkadang ia hanya kesal hanya karena hal sepele. Pernah saat aku meminjam embernya untuk mencuci pakaian dan aku sungguh lupa menaruh kembali ke tempat semula.

Karena belum lama mengenalnya, aku sungguh tak tahu kalau perbuatan "jahat" ku itu membuatnya begitu marah. Aku baru sadar ia marah setelah ia mendiamkan saya.

Tidak seperti biasanya ia diam saat kusapa, atau bungkam saat yang lain tertawa. Selama sehari, dua hari, hingga seminggu aku memutar ingatan tentang apa gerangan yang telah kuperbuat hingga ia tak mau bicara denganku. Persoalannya aku mengetok kamarnya untuk bertanya apa gerangan yang terjadi. Ia tak membukakan pintu, begitu juga saat bertemu di ruang makan dan ruang rekreasi ia selalu bungkam saat kutanya tentang sikapnya.

Di saat bersamaan ia terlihat "seakan" lebih akrab dari sebelumnya dengan teman lain. Tampak sekali kalau ia memang sedang mengungkapkan kemarahannya. Dia seorang anak muda yang menurut kami, teman-temannya sangat aneh dan selalu membingungkan.

Akhirnya, setelah seminggu aku membujuknya dan bertanya "Bro, apa salahku dan mengapa engkau mendiamkan aku begitu lama?" ia pun buka mulut dan menjawab, "Lu minjem ember gue di tempat cucian dan lu gak balikin ke tempat semula."

Anda tahu. Perasaan saya begitu lega. Apalagi setelah aku minta maaf atas "kejahatanku" tadi dan dia akhirnya memaafkan (entahlah ia sungguh bisa memaafkan dan melupakan atau justru sebaliknya). Si pemarah yang mengungkapkan kemarahannya dengan diam, minumal bagiku adalah sosok misterius, atau bak sosok hantu yang menakutkan.

Bagaimana tidak. Setiap orang bisa saja salah. Tetapi kesalahan dan kelalaian juga ada ukurannya. Matematika secara jelas mengatakan bahwa 1-1=0 atau salah - minta maaf = impas/tuntas. Tetapi, mengapa ada sosok seperti temanku di atas?

Entah Anda pernah bertemu sosok seperti itu. Biasanya sih kalangan wanita yang lebih banyak memiliki sikap seperti ini. Bahkan, ketika ada pria dewasa dengan sikap yang sama maka hampir pasti ia memiliki sisi feminin yang lebih dominan dari sisi maskulinnya.

Sebab, bila tidak disadari, bungkam saat marah bisa menggiringnya menjadi sosok pendendam. Apalagi sikap bungkamnya tadi bertahan begitu lama, hingga orang yang didiamkan justru bisa berpikir negatif dan dengan sikap egoisnya bisa saja justru menjauhi si pemarah dengan kebiasaan bungkam tadi.

Percayalah, cinta dan amarah jauh lebih berdayaguna bisa diungkapkan, entah secara verbal maupun secara gestural.


Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.