iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Jangan Sensi Saat Diskusi

Jangan Sensi Saat Diskusi

Dalam diskusi kita harus ingat satu hal terpenting, yakni jangan berdiskusi dengan perasaan, tapi berdiskusilah dengan menggunakan otak. Sebab diskusi itu domainnya otak, bukan domainnya perasaan. Setuju?

Konsekuensinya, bila dalam diskusi seseorang salah paham karena yang salah ucap, maka semestinya ia harus konfirmasi secara logis dan bertanya, "Saya tidak mengerti maksud Anda! Boleh Anda jelaskan agar saya tidak salah paham?"

Bukan malah sebaliknya kita menggiring ke arah rasa, "Saya tersinggung dengan pendapat Anda! Anda telah secara membabibuta menyerang saya!"

Atau, ketika dalam diskusi Anda tak sudi memberi pendapat, tak tegas menjawab ya atau tidak, setuju atau tidak setuju, dst, namun Anda malah sibuk menyimpulkan sendiri di pikiran Anda, bahkan menarik ke ranah perasaan, maka Anda tidak sedang berdiskusi. Jangan-jangan Anda sedang "datang bulan".

Untuk itu, ending dari diskusi adalah pendapat atau pemahaman yang diintegrasikan dari berbagai pendapat banyak orang (peserta diskusi), bukan pendapat satu orang. Disinilah pentingnya notulen yang mampu menarik benang merah perjalanan diskusi.

Fakta-fakta di atas hendak memperjelas agar kita selalu menempatkan diskusi sebagai diskusi, bukan sebagai ajang curhat atau malah menyatakan cinta dan benci. Andai saja Anda hanya ingin curhat dalam diskusi, maka Anda pasti tak akan merasa puas. Apalagi saat Anda bermaksud bergosip ria dalam diskusi. Sebab, "kepuasan" yang Anda cari bukan di meja diskusi tempatnya.

Hasil diskusi adalah keluasan pemikiran yang kita dapatkan dari keleluasaan berpikir bersama yang lain. Bukan kepuasan personal karena pendapatmu diterima atau dijadikan acuan.

Maka, sebelum berdiskusi, Anda tidak boleh membawa hasrat "ingin menonjol", juga jangan membawa pretensi atau praduga di pikiran Anda, atau selalu menyampaikan pendapat yang tendensius. 

Misalnya, "Jangan-jangan si Anu ada di pihak si Inu!" atau "Bisa jadi dia sengaja memojokkan saya, karena dia enggak ingin aku terlihat hebat!", dst.

Hal yang mesti Anda bawa dalam diskusi adalah hipotesa, bukan penyedap rasa. Selanjutnya hal yang Anda dapatkan sepanjang diskusi adalah simpulan-simpulan yang terpecah. 

Akhirnya, oleh-oleh yang Anda bawa setelah diskusi adalah simpulan yang hebat dan luarbiasa karena diramu dari berbagai simpulan-simpulan atas hipotesa sepanjang diskusi.

Maka berdiskusilah dengan otak, bukan dengan perasaan! Hindari praduga negatif sebelum berdiskusi. Sebab bila memang apa yang Anda pikirkan terbukti benar, maka Anda hanya akan menjadi orang sombong, "Tuh, apa gue bilang!"

Sebaliknya bila dugaan negatif Anda tidak terbukti, Anda akan bersembunyi karena malu.... dan syukur-syukur mendapat kesempatan untuk meminta maaf pada orang yang digosipin.

Bila arahan di atas kita ikuti, maka diskusi dijamin berjalan asyik dan akan menelurkan berbagai ide brilyan. Selamat mencoba !

Mari berdiskusi, entah di dunia nyata, entah di dunia maya, tetapi serentak ingatlah bahwa Anda boleh berdebat, tapi tak boleh saling 'babat!


Lusius Sinurat

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.