iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Selamat Hari Raya Idul Fitri

Selamat Hari Raya Idul Fitri

Nuansa Idul Fitri mulai terasa. Ini puasa terakhir bagi saudara-saudari kita yang beragama Islam. Tinggal beberapa jam lagi mereka akan merayakan hari kemenangan setelah 30 hari penuh berpuasa, yakni HR. Idul Fitri.

Sebagai negara dengan mayoritas penduduk menganut agama Islam, nuansa Idul Fitri pun telah menjadi perayaan nasional, bukan lagi sekedar perayaan saudara kita yang beragama Islam. Idul Fitri adalah perayaan kita semua, masyarakat Indonesia.

Islam di negara kita memang sangat unik. Meminjam istilah Gus Dur - Islam nya kita itu Islam Nusantara, tepatnya Islam yang menampilkan diri sebagai pemeluk Islam sekaligus menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya "Indonesia" yang terbalut lembut dalam motto Bhineka Tunggal Ika.

Islam di Indonesia memang unik, dan sangat berbeda dengan Islam di negara lain, termasuk dari negara asalnya sekalipun, Arab Saudi. Saban hari masyarakat kita senang bercengkerama dan berdiskusi tentang agama.

Tak jarang juga masyarakat kita orang "berantem" hanya karena perbedaan ideologi dan agama, tetapi serentak tak lantas diikuti pertumpahan darah, seperti di negara lain.

Semua kalem, tenang, dan di penghujung setiap diskusi itu semua selalu mengatakan hal yang sama, "Yang penting gimana orangnya, bukan agamanya."

Nah loe! Kalau model diskusi kita di tempat lain, bisa jadi gontok-gontokan bahkan saling berkirim bom bunuh diri. Di Indonesia? NO. Kalaupun ada bom bunuh diri kiriman para teroris, justru saudara kita yang Muslim menjadi garda utama menghadang mereka.

Tak jarang juga saudara kita yang muslim justru menjaga tempat ibadah agama lain saat diserang kelompok fundamentalis yang selalu suka mengais-ngais kesalahan orang lain.

Lihatlah peristiwa bom bunuh diri di Bali, Sarinah Jakarta, bahkan bom di mapolresta Surakata yang terjadi tadi pagi. Tak satu kalangan dari saudara-saudari kita yang Islam membenarkan hal itu, tak terkecuali mereka yang memproklamirkan diri sebagai kelompok fundamental sekalipun.

Kita adalah bangsa yang sangat peduli kesetiakawanan yang tercermin dari keseharian kita. Berbeda dengan bangsa lain, bangsa kita multikultural yang sejak lahir sudah disuguhi pemahaman akan perbedaan dan sepanjang hidup telah berjuang memaksimalkan perbedaan menjadi kekuatan yang mempersatukan.

Kita mudah menerima mereka yang berbeda dalam nuansa kesetiakawanan sebagaimana diajarkan dalam kultur kita, bahkan jauh hari sebelum agama datang.

Benar, bahwa ada segelintir orang yang memahami agama secara berbeda, dengan perspektif yang keliru. Tapi itu hanya sekedar pletik-pletik yang cepat sirna karena kecintaan kita semua sama, yakni penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia.

Secara berseloroh Cak Lontong, seorang komedian yang kugemari pernah mengatakan begini, "Kita harus bangga sebagai bangsa Indonesia. Sebab, bangsa kita adalah bangsa yang paling sabar di dunia. Bayangkan, 350 tahun dijajah saja masih eksis."

Tampaknya ini seloroh. Tetapi serentak bisa juga sebagai gerbang pemikiran ulang tentang keindonesiaan kita. Kita tahu bahwa Republik ini lahir dalam prosesi yang sangat panjang, selama berabad-abad, hingga tercipta sebuah bangsa dengan kesatuan yang tak tergoyahkan berselimutkan kesabaran yang amat sangat kuat.

Hal yang sama juga terlihat hari-hari ini. Demi berbagai kebahagiaan dengan keluarga di tempat asal, di tanah kelahiran, atau di tempat di mana kita bisa menjangkau lebih banyak anggota keluarga, masyarakat kita SANGAT SABAR: rela bermacet ria berjam-jam, bahkan berhari-hari. (baca: MUDIK).

Begiut juga saat menghadapi harga-harga kebutuhan pokok yang melonjak atau THR yang jumlahnya tak seberapa. Semua penuh kesabaran dan berharap semuanya berujung pada kebahagiaan.

Dalam warna-warni unik itulah perayaan Idul Fitri kita tampilkan sebagai perayaan bersama, sarana membangun kembali tali silaturahmi antara kita.

Idul Fitri pun tak lagi sekedar perayaan kemenangan setelah 30 hari berpuasa, tetapi juga perayaan kemenangan atas kemampuan bangsa kita menjadikan perbedaan sebagai kekuatan untuk membangun bangsa, dan terutama atas kesabarannya menjadi bangsa yang besar.

Anda harus bangga menjadi seorang Islam di Indonesia, sebagaimana saya juga sangat bangga menjadi seorang Katolik di Indonesia. Sebab, hanya di negara ini kita belajar secara nyata tentang "makna menjadi manusia", tepatnya dalam balutan ragam kebudayaan dan keunikan masyarakat kita..

Inila makna sesungguhnya dari Idul Fitri, yakni menjadi manusia yang lebih berarti, baik di hadapan Tuhan dan sesama, tepatnya menjadi manusia yang utuh.

SELAMAT HARI RAYA
IDUL FITRI 1 Syawal 1437
Mohon maaf lahir dan batin.


Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.