iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Ahok Memang Selalu Bikin Njleb

Ahok Memang Selalu Bikin Njleb

Kata ini digunakan orang-orang (di) Jawa untuk mengungkapkan betapa sindiran atau hinaan seseorang sangat mengena di hatinya ibarat ditikam hingga lukanya dalam hingga kehabisan darah!

Ini juga terjadi di politik, khususnya menjelang pilgub DKI. Ketiga calon dan pendukungnya saling sindir dan saling beradu ide dan program. Kendati yang disebut terakhir, yakni adu program belum terjadi sebagaimana diharapkan petahana.

Contoh, cara bicara Ahok yang straigth to the point sering disindir oleh lawan politiknya. Sebut saja Sandiaga Uno (yang tadinya cagub tapi digeser Prabowo jadi Cawagub) yang menyebut Ahok orangnya kasar dalam memimpin.

Tak hanya Sandiaga, balon-balon gubernur / wakil gubernur sebelumnya juga sering mengatakan hal yang sama, Tapi mereka enggak usah dibahas lagi, toh sudah hilang dari peredaran.

Yang menarik adalah jawaban Ahok. Ia justru menggunakan jurus Tai Chi, menggunakan 'kesantunan' Sandiaga dalam penuturannya, "Saya berharap, siapa pun yang maju cagub silahkan laga program, bukan malah pencitraan dan fokus untuk menyerang calon lain!"

Njleb!

Sandiaga saat cuma bisa diam. Ia bahkan merintih di kalangan pendukungnya sendiri, hingga sebagian pendukungnya menangis tersedu-sedu saat Sandiago diturunkan jadi cawagub oleh Mang Wowo.

Anies, yang telah berhasil menggusur Sandiaga dari posisi cagub Gerindra, baru-baru ini juga menyindir Ahok dengan mengatakan "Pendidikan di Jakarta lebih jelek dibanding pendidikan Jogjakarta."

Bukan Ahok namanya kalau tidak punya jurus Tai Chi. Ahok membalas Anies dengan 'bahasa lembutnya' Anies, "Tergantung dari sudut mana kita melihat. Indikatornya apa?" kata Ahok sambil membeberkan fakta yang telah dilakukannya.

Lagi-lagi Njleb!

Cara Ahok menyindir Anies sangat cerdas. Ia tak mengatakan secara gamblang mengapa Anies gagal sebagai mendikbud. Ahok justru menyadari bahwa emosinya sedang dipancing oleh klubnya mang Wowo dkk.

Nyatanya, Anies dan Sandiaga tak berhasil memancing emosi Ahok, dan jawaban Ahok justru membuat persaan mereka bak ditikam: njleb!

Lain lagi dengan kubu Demokrat dan partai pembantu-pembantunya yang mencoba menggerogoti kekuatan Ahok dengan mengangkat anak sulung sang mantan presiden dengan iklan "berkorban demi rakyat Jakarta" sekaligus juga mengambil bawahan Ahok, Sylvia Murni.

Mantan none Jakarta ini diharapkan oleh Demokrat akan mengumbar kesalahan Ahok karena ia berpengalaman sebagai deputi gubernur di bidang budaya dan parawisata di erah Ahok.

Lalau bagaiman reaksi Ahok?

Ia justru membalas dengan gaya prihatin ala SBY, "Agus? Dia bagus. Bapaknya aja sudah pengalaman 10 tahun memimpin negara ini!"Selanjutnya soal Sylvia Murni Ahok justru memberangkatkan dan mendoakan agar Sylvia sukses.

Njleb!

Di sini Ahok ingin mengatakan bahwa jabatan gubernur itu tak diberikan oleh raja, tetapi harus diraih dengan kekuatan dan kerja keras.

Intinya, Ahok mau bilang, negara kita ini sudah tak laku politik dinasti. Seiring dengan itu, Demokrat justru kehilangan dua orang penting di partainya, Ruhut Sitompul dan Hayono Isman yang justru menjadi "pengganti" Sylvia Murni yang masih ingusan di politik.

Di politik, banyak pemimpin yang suka menyindir, bahkan menjelek-jelekkan lawan politiknya. Tetapi sebaliknya seorang politisi cerdas seperti Jokowi dan Ahok takkan begitu mudah terpancing, atau membela diri dengan cara yang sama.

Berbeda dengan gaya politik sang mantan, yakni "Politik Prihatin!" Rumusan gaya berpolitik prihatin ini sederhana, "Saya sudah pernah jadi pemimpin, dan saya tak merasa pernah melakukan kesalahan selama saya memimpin. Bila ada pun kesalahan, itu hanya dilakukan oleh orang-orang yang merasa lebih baik dari saya. Atas keberhasilan itu, rakyat pasti menyukai siapa pun yang kurekomendasikan sebagai kepada daerah. Tak terkecuali DKI Jakarta!"

Menganggapi berbagai ungkapan keprihatinan sang mantan, Presiden Jokowi pernah melakukan beberapa hal yang juga sama "njleb"-nya dengan jawaban-jawaban Ahok.

Sebut saja saat SBY mulai mengumpulkan masa di kampung halamannya di Jawa Timur dan menyampaikan kritik kepada pemerintah, mulai dari harga kebutuhan pokok dan persoalan ekonomi lainnya.

Tahu apa yang dilakukan oleh Presiden Jokowi? Beliau justru berkunjung ke Hambalang dan mengatakan proyek itu harus dilanjutkan.

Sang mantan pun keok, dan....

Njleb!

Banyak peristiwa menarik dan lucu di dunia perpolitikan kita. Kita tahu bahwa semua itu hanyalah salah satu bagian dari "seni meraih kekuasaan" dan "seni mempertahankan kekuasaan".

Hanya saja kita harus menyadari, bahwa siapa pun yang didukung dan dicintai rakyat tak akan pernah merasa njleb saat disindir dan dihina lawan politiknya. Sebab rakyat ada dibelakangnya.

Nyatanya, nafsu pada kekuasaan tak bisa diraih hanya dengan melecehkan lawan politik. Bukankah demokrasi selalu mengamini bahwa "kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat"?

Sungguh, rakyat tak suka dipimpin oleh orang yang terlalu bernafsu, yang mengatai lawan sebagai asu padahal ia yang lagi nafsu. Pasti tak ada rakyat yang ingin diperkosa oleh pemimpin jenis itu.


Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.