iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Guru Agama Katolik dan Upaya Transformasi Nilai-nilai Pedagogis Pendidikan Agama Katolik

Guru Agama Katolik dan Upaya Transformasi Nilai-nilai Pedagogis Pendidikan Agama Katolik
Siapa Guru Agama Katolik ? 

Guru Agama Katolik adalah awam yang terlibat untuk ambil bagian dalam tugas kenabian Yesus Kristus yang hidup di tengah masyarakat dan terlibat dalam dinamika kehidupan masyarakat.

Sementara misi Guru Agama Katolik adalah (1) mewartakan kabar gembira dan menyampaikan ajaran katolik yang berpusat pada pribadi Yesus Kristus, khususnya di sekolah; dan  (2) berjuang agar warta keselamatan ilahi tersebut dipahami dan dihayati oleh para peserta didik demi pengembangan iman mereka.

Selanjutnya, nilai-nilai pedagogis pendidikan agama katolik yang diajarkan di sekolah merupakan Nilai Profetis. Nilai-nilai Profestis yang dimaksud ialah nilai-nilai Kerajaan Allah sebagai orang beriman Katolik.

Konsekuensinya, seorang guru agama katolik harus memiliki (1) sikap mau menerima tugas dan tanggung jawabnya sebagai panggilan, (2) tindakan rela berkorban dan melayani dengan kasih, dan (3) kesediaan menjadi nabi dan rasul Kristus (pewarta).

Secara praktis, nilai-nilai profetis itu harus tampil secara nyata dalam keterlibatannya dalam:

A. Pewartaan di Sekolah
Guru agama Katolik harus bisa menjadi idola dan teladan bagi para muridnya di sekolah dengan mengembangkan sikap penuh kasih, sabar dan murah hati.

B. Pewartaan di Gereja
Guru agama Katolik hendaknya terlibat aktif dalam hidup menggereja. Bentuk keterlibatannya adalah sebagai berikut:
1. Mengajar sekolah minggu
2. Mengajar sakramen inisiasi
3. Menjadi pemandu dilingkungan
4. Mendampingi kelompok-kelompok kategorial
5. Menjadi Asisten Imam, dsb.
C. Pewartaan di Masyarakat
Guru agama Katolik harus mampu menjadi tokoh masyarakat yang hormati dan disegani. Bentuk keterlibatan dalam hidup bermasyarakat adalah: Aktif di lingkungan RT, RW, ikut menciptakan suasana rukun dan damai (dialog antar umat beragama), serta memberikan contah dan keteladanan hidup di tengah masyarakat.

Agar praksis nilai-nilai di atas tercapai, maka ia harus memiliki:
  1. Percaya diri 
  2. Hidup rohani yang mendalam 
  3. Nama baik sebagai pribadi maupun keluarga (prilaku dan moralnya) 
  4. Pengetahuan yang memadai (latar belakang pendidikannya) 
  5. Ketrampilan (kreatif, inovatif) dan 
  6. potensi terpenting dari segalanya, yakni mampu menjadi teladan, bukan malah menjadi batu sandungan bagi masyarakat, sekolah, bahkan parokinya. Lanjut Baca!


Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.