iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Menyangkal yang Tak Perlu Disangkal

Menyangkal yang Tak Perlu Disangkal

"Lihat saja nanti, siapa yang terbukti akan menang," begitu jawaban orang yang dalam perdebatan tak punya stok jawaban.

"Itu kan menurut kamu. Lagi pula, apa dasarnya kamu mengatakan hal itu?" gugat orang yang usil dengan opini orang lain, karena sesungguhnya ia tak punya opini sendiri.

Atau seperti perkataan seorang member grup Dukung Ahok Gubernur DKI(DAG-DKI) yang sebetulnya tak tahu alasan mengapa ia memasuki sebuah grup, "Di grup ini memang hoax semua kan isinya?"

Inilah fakta yang terjadi di media sosial. Banyak orang usil dengan postingan orang, tetapi sebetulnya ia tak pernah memposting idenya secara lengkap di akunnya sendiri.

Sering terjadi netizen tak memainkan logikanya secara normal. Bahkan jamak juga terjadi ketika orang salah memahami istilah "pars pro toto" (bagian yang mewakili keseluruhan) dan "totem pro parte (keseluruhan yang mewakili bagiannya).

Misalnya ketika saya menulis cuitan saya di twitter: "Bangsa kita akan damai bila kita tak mudah tersulut oleh amarah dan kebencian satu sama lain."

Eh tiba-tiba saja ada pengguna twitter yang mengomentari begini, "Salah sendiri. Mengapa Ahok menista Agama Islam? Kalau Ahok tidak melecehkan Al'quran pasti Indonesia tetap damai."

Ini tipikal orang yang dalam berdebat suka menyerang orang tertentu (ad hominem) tanpa memahami ucapan / pernyataan / tulisannya secara utuh.

Coba perhatikan, antara pernyataan dan tanggapan sangat tidak nyambung: saya bicara tentang bangsa Indonesia, tetapi follower saya tadi justru mereduksi Bangsa Indonesia hanya dalam diri satu orang bernama Ahok.

Kira-kira baru sampai di titik inilah kemampuan mayoritas netizen kita dalam menggunakan media sosial, yakni membenarkan apa yang sesuai dengan kepentingannya dan menyangkal apa yang tak sesuai dengan kepentingannya.

Ringkasnya, subyek dan obyek sering dicampuraduk hingga keduanya pun saling bertukar tempat secara tidak karuan.

Inilah yang disebut sebagai Logical Fallacy, yakni prinsip berlogika yang salah atau tidak tepat.Sebuah argumentasi yang berdasar pada logical fallacy menjadikan argumentasi tersebut gugur/ tidak berlaku.

Pendeknya, logical fallacy adalah kesalahan berlogika yang tidak seharusnya dipraktekkan dalam berdiskusi.

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.