iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Demokrasi Berbasis Emosi

Demokrasi Berbasis Emosi

Pada tahun 2016 lalu, tepatnya di masa awal kampanye, para pendukung Agus-Sylvi dan pendkunung Anies-Sandiaga Uno mengatakan bahwa pendukung dan relawan Ahok itu hanyalah sekumpulan orang-orang emosional.

Bisa jadi ada benarnya ! Sebab, konon katanya mereka yang mendukung Ahok-Djarot itu lebih mengedepankan perasaan/emosi daripada akal sehat. Tudingan yang sama juga dialamatkan kepada para pendukung Jokowi-JK pada Pilpres 9 Juli 2014 silam.

Anggap saja anggapan ini ada benarnya ! Kendati kenyataan yang terjadi justru sebaliknya. Jokowi-Ahok memenangkan pertarungan di DKI tahun 2012 dan Jokowi-JK memenangkan pertarungan di Pilpres 2014. Sejauh ini - kendati hanya sementara dan berdasarkan Quick Count - kemenangan sementara Ahok-Djarot dalam Pilkada DKI 2017 juga sejalan dengan kemenangan Jokowi-Ahok sebelumnya.

Entah fenomena atau bukan, kini, calon pemimpin yang punya ikatan emosional yang intim dengan para pemilihnya hampir pasti menjadi pemenang saat pertarungan perebutan kekuasaan. Ini yang terjadi di era post-modern ini. Donald Trump di Amerika, Duerta di Filipina, Jokowi di Indonesia, dst.

Kini, Ahok alias Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat tampaknya juga akan mewarisi fenomena ini.

Lihatlah, sepanjang proses pencalonannya sebagai gubernur, Ahok justru diobok-obok oleh berbagai tudingan dari berbagai arah. Tujuannya jelas, agar ia tak mencalonkan diri menjadi gubernur DKI Jakarta!

Berdasarkan fakta-fakta yang terjadi, juga diikuti oleh semakin cerdasnya para pemilih di jaman ini, saya yakin kalau Ahok-Djarot akan memenangkan Pilkada DKI Putara Kedua tanggal 19 April 2017 nanti dan akan mengalahkan Anies-Sandi.

Pertama, bila dukungan terhadap paslon Anies-Sandi bertambah dari PAN, Demokrat dan PPP alias partai pendukung Agus-Sylvi, maka para pendukung Ahok yang emosional tadi justru akan bertambah.

Dari mana datanganya? Tentu saja dari pendukung Agus-Sylvi yang tak sudi diatur saat memilih. Belum lagi tidak adanya ikatan emosional mendalam antara massa dan partai yang didukungnya.

Akhirnya, selain para pendukung Ahok-Djaort yang berpikir logis dan bertanggung jawab, gelontoran dukungan dari para pendukung emosional yang tak mau dikekang partai tadi justru akan condong ke paslon Ahok-Djarot.

Ini pendapat saya, bagaimana dengan Anda?


Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.