iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Kotbah, Mewartakan Kabar Gembira Dengan Gembira


Syarat utama dalam sebuah kotbah Biblis, Ilmiah, Teosentris, Aplikatif, Komunikatif, Normatif, dan Sistematis/Terstruktur. Mari kita lihat satu per satu.

A. BIBLIS

  1. Kotbah HARUS BERDASARKAN KITAB SUCI. Ini mengandaikan si pengkotbah senang membaca Kitab Suci, bahkan mengerti masa-masa liturgis yang telah ditetapkan dalam Tahun Liturgi
  2. KONSISTEN DENGAN BACAAAN YANG TELAH DITENTUKAN. Jangan lari dari teks atau perikop utama, tetapi fokus pada poin tertentu yang akan dibahas (isi yang mau dikotbahkan).


B. ILMIAH

  1. Pengkotbah harus ingat bahwa KITAB SUCI DITULIS PADA MASA LAMPAU. Isinya selalu terkait dengan konteks masa lampau. Dalam Kitab Suci terekam peristiwa saat penulisan Kitab Suci itu.
  2. UNTUK ITU DIBUTUHKAN KEMAMPUAN UNTUK MENAFSIR (HERMENEUTIKA). Tujuannya agar kita mampu menggali pesannya secara ilmiah. Misalnya: kisah penyeberangan laut merah oleh Musa; Kisah Yesus memperbanyak Roti, dst.


C. TEOSENTRIS

  1. Kotbah harus BERPUSAT PADA ALLAH. Sebab yang mau disampaikan dalam kotbah adalah sabda Tuhan. Jadi, jangan terkesan berkotbah tentang diri sendiri (merduksi isi kotbah kepada diri si pengkotbah).
  2. DENGAN MENGERTI BAHWA PUSAT KOTBAH ITU ALLAH. Maka, tidak ada yang namanya sabda Yeremia, Yesaya, Matius, Markus. Lukas, Yohanes, Petrus, Paulus, dst. Yang ada ialah Sabda Allah yang disampaikan oleh Yeresmia, Yesaya, dst.


D. APLIKATIF

  1. PESAN DITERAPKAN PADA KONTEKS SEKARANG. Terutama contoh-contoh, atau analogi yang digunakan dalam kotbah. Mencari garis penghubung (blueprint) antara teks Kitab Suci dan masa kini.
  2. TUJUANNYA: Agar dapat dapat menyentuh hati pendengar. Agar peristiwa Kitab Suci (Sabda Tuhan) yang disampaikan tetap selaras dengan peristiwa di masa kini.


E. KOMUNIKATIF

  1. CARA PENYAMPAIAN YANG MENARIK. Bisa dipelajari lewat buku atau sumber-sumber penunjang lainnya. Belajar dari pengalaman orang lain – dengan tetap memperhatikan kekhasan sendiri.
  2. MUDAH DIIKUTI ATAU DIMENGERI. Sesuaikan isi kotbah dengan kemampuan pendengar. Hindari bahasa-bahasa yang sulit dan istilah-sistilah yang pelik. Tetap memperhatikan kaidah-kaidah lokal (Batak, Karo, Nias, dll)


F. NORMATIF

  1. BERPEGANG PADA NORMA GEREJA. Seperti dogama, ajaran resmi gereja, dll. Juga hendaknya diperhatikan kaidah-kaidah normatif setempat, yang sesuai dengan norma-norma dalam gereja kita.
  2. SESUAIKAN TEMPAT YANG TERSEDIA. Misalnya di Paroki berbeda tempatnya dengan di Stasi. Maka cari tempat yang pas atau cocok untuk berkotbah.


G. SISTEMATIS /TERSTRUKTUR

  1. MIND MAPING (MEMETAKAN PIKIRAN). Harus dicatat, minimal poin-poin yang mau disampaikan. Disusun secara sistematis dan terstruktur: sesungguhnya apa yang hendak Anda disampaikan?
  2. TREE of MIND (STRUKTUR). Tujuannya: agar umat atau pendengar mudah memahami apa yang Anda sampaikan. Dengan demikian, maksud yang hendak Anda sampaikan tertangkap jelas (clara et distincta) oleh umat.

Demikian sayarat utama dalam sebuah kotbah. Semoga membantu.


Lusius Sinurat

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.