iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Oper Ekting Kalipun

Oper Ekting Kalipun
Lidah orang Batak memang tak akrab dengan huruf v, f, c, q, x dan z. Maka kata over pun dilafalkan oper. Hal yang sama juga berlaku untuk lidah orang Sunda.

"Mentel kali pun si Nurmaida ini. Macam sudah cantik kali dia kutengok. Tiap kali ketemu cowok ganteng langsung oper ekting kali dia bah," kata Nita sedikit berbisik ke temannya Angel.

Hari-hari ini para elite politik, berikut para followers-nya sedang banyak tingkah, over acting. Dua wakil ketua DPR, FH dan FD sedang berusaha membelah laut seperti yang dilakukan Musa saat menyeberangkan bangsa Israel keluar dari Mesir.

Keduanya memang hanya kurir dua partai, PKS dan Partai Gerindra yang memang terkenal doyan melakukan hal-hal ganjil. Kedua partai in, bersama pasukan khususnya FPI, penasihatnya Prof. Sengkuni, tim publikasinya Saracen dan komplotan lain yan memang "seiman" suka dengan tindakan banal dan binal.

Mereka semua, secara bersama-sama memang sedang ingin membelah laut merah demi memisahkan mana rakyat Indonesia yang normal dan mana yang abnormal seperti mereka.

Berhasilkah mereka? Tentu saja tidak sepenuhnya! 
Tuduhan-tuduhan bernada fitnah berbungkus kebencian yang mereka alamatkan kepada pemerintahan Jokowi nyatanya hanya sekedar "kentut busuk akibat kebanyakan ngemil petai dan jengkol".

Hanya saja bau kentut tadi ternyata juga dinikmati sesama mereka. Buktinya, para pemisah kesatuan dan perusak kebersamaan itu justru semakin kompak dan bertambah jumlahnya. Kendati jumlah mereka tak sebanyak pendukung pemerintah dan pengagum Jokowi dengan segala keberhasilannya, namun gerak mereka di media sosial bisa dibulang sangat massif.

Dengan konsultan politik dari Saracen yang sudah berpengalaman memenangkan Pasangan ASU (Anies-Sandi Uno), jubir Over Acting Group, FH dan FZ pun selalu rajin nge-tweet di medsos dengan memanfaatkan fasilitas wifi di Senayan.

Dari geng inilah lahir tuduhan Jokowi PKI, Jokowi Antek Komunis, Jokowi Otoriter, Jokowi Pencintraan, dan tuduhan sejenis. Tetapi serentak dari mulut mereka juga lahir ungkapan ganjil lain, seperti "Korupsi Oli Pembangunan", "Korupsi Cara Mencari Nafkah".

Tak berhenti di situ, geng ini juga mengumandangkan agar istilah OTT dihilangkan dan KPK harus berada dibawah pengawasan DPR. Mereka semua emang sedang over acting, atau dalam lafal Batak dan Sundanya mereka lagi oper ekting.

Bagaimana tidak, mereka cuma menginginkan kursi presiden Jokowi dan menyerahkannya ke Prabowo, mengambil alih KPK dan memberinya ke partai kandang sapi yang banyak kena OTT, merampas Kemenag dari NU dan memberinya kepada Tifatul Sembiring, megambil alih semua proyek pembangunan dan memberinya kepada Bakrie Group.

Singkat kata, para donatur saracen ini tak puas bila Presiden Jokowi berhasil, juga tak bisa tidur bila Indonesia berubah menjadi negara yang bersih dari perilaku kotor para koruptor.

Mereka hanya ingin semua kembali seperti di era pak mertuanya si penunggang kuda, "Si piye, puenak jamanku toh?", di mana semua orang menjalani hidup berdasarkan kuasan dan uang yang mereka milik.

Sebetulnya cara di atas sah-sah saja. Hanya mereka keterlaluan dan suka berlebihan. Habisnya giman ya, mereka udah kadung suka oper ekting sih. hahahaha...


Lusius Sinurat

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.