iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Horas Medan, Kota Terbaik Se-Indonesia

Horas Medan, Kota Terbaik Se-Indonesia
Horas Medan, Kota Terbaik Se-Indonesia (?!?)

Kota Medan adalah KOTA TERBAIK dengan WALIKOTA TERBAIK se-dunia. Tak hanya Jakarta, Semarang, Surabaya, Bandung, bahkan kota Paris, London, Athena, Madrid, Barcelona, Mancester, Nyew York, Las Vegas, dan kota lain di dunia tak akan mungkin mampu menyaingi Kota Medan, khususnya kota dan kabupaten di dan Sumatera Utara pada umumnya.

Kalau tidak percaya, bacalah website Pemko Medan mengurai secara sistematik berbagai prestasi yang dicapainya. Bahwa fakta-fakta itu 100% tak sesuai dengan kenyataan, itu urusan yang memberi penghargaan.


Kita berpikir positif aja!

Misalkan...

(1) Kota Medan dianggap sebagai kota terbaik.
Ya, bisa jadi karena kejahatan seperti begal hingga pembunuhan driver tranport online, peredaran narkoba yang merajalela, pembunuhan yang dianggap sudah biasa, dst. bisa dengan bebas melakukan aksinya. Jadi terbaik dalam hal membiarkan siapapun untuk melakukan apapun.

(2) Kota Medan sebagai kota yang paling nayaman bagi para investor.
Lagi, mari kita berpikir posif juga. Siapa tahu karena jalan raya penuh lubang yang tengah malam kadang ditambal sulam, atau karena tata kota yang amburadul, atau sungai dadakan yang selalu hadir setelah hujan deras membutuhkan banyak investor, minimal untuk tawar menawar proyek pembangunan jalan seperti yang sekarang terjadi: diaspal 2 km, dibiarin berlobang 20 km.

(3) Walikota Medan, Drs H T Dzulmi Eldin S, M.Si dinilai sebagai salah satu dari 18 kepala daerah terbaik dalam pelaksana Gowes Pesona Nusantara 2017 dan dipandang sebagai Tokoh Peduli Sumut. Bahwa Eldin tak sekalipun peduli dengan kondisi jalan penuh kubangan dan kemacetan sebagai akibat amburadulnya sistem tata kotanya, sekali lagi itu bukan urusan dia !

*****
Seburuk apa pun kota dan walikota Medan biarlah warganya yang tahu. Ketika warga protes dan protes tentang amburadulnya kota berhawa panas ini, mereka hanya mendapat jawaban "Oke, nanti kita perbaiki!"

Mereka memang memperbaikinya, tetapi setelah para gubernur Sumut dan para walikota Medan terlebih dahulu diberi kesempatan oleh KPK memperbaiki hidup di penjara.

Jadi, persoalannya bukan soal Medan ini hancur atau amburadul, tetapi pertanyaan terpenting adalah: "Mengapa orang-orang pusat (Jakarta) begitu mudah memberi penghargaan kepada walikota medan, gubsu, bupati simalungun, walikota siantar, dst ?"

*****

Persoalannya, bukan hanya soal prestasi kota. Beberapa universitas di sumut ini pun seakan bisa mempermainkan urutan mereka di tingkat nasional, bahkan ketika di dalam kampus tersebut ada tradisi panen dosen saat skripsi, kolusi dan nepotisme.

Jujur saya akui, mungkin di sinilah kehebatan orang-orang Sumut. Mereka bisa memesan prestasi kepada pejabat-pejabat (kementerian) di Pusat, Jakarta sana. Bisa jadi itu yang bikin banyak kasus-kasus megakorupsi justru diadakan di hotel-hotel di kota Medan.

Hanya lagu 'kebangsaan' "Anak Medan" yang bisa menjelaskannya.



Anak medan, Anak medan,
Anak medan do au, kawan
Modal pergaulan boido mangolu au,
Tarlobi dipenampilan main cantik do au, kawan
Sonang manang susah happy do diau,

Nang pe 51, solot di gontinghi,
Siap bela kawan berpartisipasi,
378 Sattabi majo disi,
Ada harga diri mengantisipasi


Reff:
Horas......Pohon pinang tumbuh sendiri
Horas......Tumbuhlah menantang awan
Horas......Biar kambing di kampung sendiri
Horas......Tapi banteng di perantauan


Anak medan, Anak medan, Anak medan do au, kawan
Susah didonganku soboi tarbereng au
Titik darah penghabisan ai rela do au, kawan
Hansur demi kawan, ido au kawan

*****

Tak mengherankan, bila ada yang tak beres di kota Medan, masyarakat rela diam, karena mereka rela "hancur demi kawan". Mungkin sebelum jadi walikota, Eldin itu teman preman mereka, atau Tengku Nurdin itu teman bisnis sawit mereka, atau JR Saragih itu teman poyek mereka.

Begitulah masyarakat Sumut, khususnya warga Medan... mereka rela demi mengantisipasi "harga diri" kawan mereka. Horas.


Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.