iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Kantor Gubsu

Kantor Gubsu

Masuk ke Kantor Gubernur Sumut, kita seperti memasuki hotel. Teknologi yang diterapkan tergolong mutakhir. Semua pintu, lift, bahkan gerbang masuk perkantoran sudah canggih: otomatik.

Anda harus punya kartu yang memang sudah didesain khusus untuk penghuni kantor. Ya, bayangkan saja Anda sedang menginap di Hotel Aston, Hotel JW Marriot atau hotel berbintang tertentu.

Canggih bener. Jauh lebih canggih dari kantor gubernur DKI di era Ahok. Tahun 2015 dan 2016 saya pernah masuk kantor gubernur DKI. Saat itu kantor orang nomor satu di DKI Jakarta itu sungguh terbuka: menjadi rumah rakyat.

Entah kalau pada Pilgubsu tahun ini Djarot menang. Ia pasti akan "kagum" dengan kecanggihan kantor gubernur sumut ini. Jangan-jangan ntar mantan Gubernur DKI ini akan kikuk, karena selama era kepemimpinannya Balaikota DKI begitu terbuka.

Lebih mengagetkan lagi kalau Anda sudah masuk ke ruang kerja para ASN di dalamnya. Ruang kerja yang berantakan, karyawan yang merokok dengan bebas di ruang kerja, dan tumpukan kursi yang sudah rusak di selasar jalan.

Tentu saja, ruang yang rada semrawut tadi tak lantas menggambarkan bahwa para pegawai yang digaji dari pajak itu tak bekerja. Bisa jadi memang begitulah cara kerja mereka.Mereka bekerja sambil 'ngudut' di ruang AC, meja dengan file berantakan, dan penataan ruang yang begitu penat. Bahkan saat bertamu, Anda akan bingung mau duduk di mana.

Saya yakin sekali bahwa mereka yang bekerja di dalam gedung megah itu adalah orang-orang terbaik di Sumut. Maka saya sadar bahwa saya harus positive thinking melihat kondisi itu.

Misalnya ketika ada orang daerah mengantar arsip lalu hilang karena berantakan, maka bisa jadi karena orang-orang terbaik yang ada di gedung itu punya daya ingat yang luarbiasa.

Mereka pasti tak takut bila arsip-arsip berharga yang telah susah payah disusun warga yang membutuhkan tandatangan sang gubernur itu hilang. Bukan apa-apa. Seperti saya bilang tadi. Mereka itu orang terbaik di Sumut, asli Sumut dan mewakili rakyat Sumut.

"Bukankah orang terbaik punya ingat yang sangat baik?" begitulah pikiran positifku saat melihat tata ruang yang berantakan di kantor Gubsu itu. Makanya aku tak "tega" memotretnya.

Akhirnya, jangan lupa. Saat ini ada 3 pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang sedang berjuang menduduk tahta di gedung megah ini.

Semoga saja, di hari mendatang, siapa pun gubernur yang akan memenangkan pertarungan di Pilkadan Juni 2018 nanti, saya cuma berharap, semoga kantor gubernur Sumut ini bisa dijadikan sebagai rumah rakyat. Ya, minimal seperti Balaikota DKI Jakarta di era Ahok-Djarot gitu loh....


Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.