iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Amien Rais Yang Raus

Amien Rais Yang Raus

Hanya di Indonesia ada partai yang melibatkan Allah dan setan sebagai ketua dewan penasihat. Maka lahirlah Parati Allah dan Partai Setan. Namanya pendiri partai itu Amien Rais. Asal tahu saja, dalam Bahasa Batak, kata "rais" atau "raus" itu berarti sembrono, sembarangan.

Pengertian ini seakan menegaskan betapa akhir-akhir ini Amien Rais sangat sembrono dalam mengeluarkan pendapat. Kok bisa? Jelas, karena si Rais ini semakin hari semakin stres. Awal reformasi memproklamirkan diri Bapak Reformasi. Lalu dia mendirikan partai dan berharap gelar "Bapak Reformasi" secara otomatis menjadikannya presiden.

Sayang sungguh sayang, ia hanya terpilih sebagai ketua MPR. Sayangnya, hasratnya ingin menjadi presiden sangat tinggi. Akibatnya, ia tak mudah berterima ketika Megawati menjadi presiden. Dibentuknya poros tengah, hingga Gus Dur jadi presiden, dan Ketum Partai pemenang saat itu, Megawati dari PDIP hanya sebagai wakil presiden.

Ditengah jalan, Amien Rais mulai lagi menampilkan hasratnya. Dengan segala daya upaya Gus Dur di-impeachment dan otomatis Megawati jadi presiden. Amien berharap setelah Megawai ia akan dilirik rakyat, hingga UU Pemilu pun diubah, dari pemilihan presiden tertutup menjadi pemilihan langsung.

Apakah rakyat memilihnya? Tidak. Ia justru semakin dijauhi orang. Tingkahnya pun semakin aneh, apalagi saat tahu sosok Jokowi yang dari kampungnya sana terpilih jadi gubernur hingga jadi presiden. Kalau di jaman SBY ia hanya nyinyir kecil, maka di era Jokowi jadi presiden dan Ahok jadi gubernur DKI Jakarta, Amien Rais pun semakin beringas.

"Kemana semua para tokoh reformis ini? Apakah mereka lupa kalau aku Bapak Reformasi? Mengapa mereka tak bertanya ke saya tentang siapa saja yang layak jadi presiden dan gubernur DKI? Mengapa pula rakyat Indonesia ini memilih Jokowi sebagai presiden dan Ahok sebagai gubernur DKI? Toh mereka bukan orang-orangku.

Keduanya bahkan tak tahu kalau aku ini bapak Reformasi. Mengapa mereka tak menjadikan aku sebagai penasihat atau minimal sebagai ketua dewan pertimbangan presiden," kira-kira begitu ungkapan hati Amien Rais.

Amien lupa kalau dunia itu berputar dan berubah, hingga kita pun berubah bersamanya. Rakyat sudah semakin sadar. Mereka tak mau lagi memilihi berdasarkan emosi sesaat, melainkan secara rasional.

Itu berarti, rakyat tahu siapa yang mampu bekerja dan buah kerjanya bisa mengubah Indonesia lebih maju, dan bukan konseptor yang banyak bicara tetapi minim tindakan seperti Amien Rais.

Di sinilah letak "raisnya"/rausnya" tau sembrononya Amien Rais. ia seorang profesor yang bahkan tak mampu membuat perhitungan secara ilmiah. Amien Rais jusru jatuh menjadi profesor yang lebih menonjolkan perasaannya. Lihatlah, betapa ia sering merasa orang paling tahu segala hal terkait pemerintahan.

Akibat lebih fatal adalah ketika ia merasa sangat dibutuhkan negara ini, justru disaat rakyat malah ingin menyadarkan Amien Rais agar lebih tahu diri. Dasar Amien Rais, orang yang mengamini kesembronoan dalam hidupnya. Entah ia masuk partai Setan atau Partai Allah bentukan imajinasinya, kita tak tahu

Amang tahe, raus-na i ho, Amien Rais!


Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.