Pilkada usai, pilihan lembaga survey yang ikutan itu ingin suara orang udah kelar, pasukan #Sumut58 yang #Alumni212Jkt58 sudah datang. Tak hanya itu, para preman berseragam pun sudah senang, dan seluruh pihak Eramas sedang mabuk kepayang.
Hanya saja, listrik di kota Medan sudah 2 jam lamanya masih padam, dan saya merindukan masa kampanye di kota ini: listrik selalu menyala terang benderang. Entahlah, apakah PLN juga merasa lebih untung saat Pilkada hingga lampu tetap "dipaksa" menyala, bahkan ketika dikatakan sedang kekurangan daya?
Saya harap Kahiyang dan Bobby, putri dan menantu Jokowi tinggal di Medan. Minimal perumahan Tasbih dan Medan selayang tak akan pernah gulita saat piala dunia.
Ah, Sumut emang luarbiasa dengan tenaga kerjanya yang merenggut kesenangan, dan gubernur, walikota dan bupati nya hanya bisa bersungut-sungut saat BUMN sekelas PLN kemabali mengingatkan ketergantungan kita kepadanya.
Kata Jokowi, listrik tak boleh byar pet, kecuali saat kepepet. Tapi di Medan tak sedang kepepet. Hanya saja petugas PLN di regio Sumut dan cabang Sumut ini kerjanya kayak lappet. Tapi PLN tak bisa juga disalahkan sepenuhnya. Mereka juga bagian dari kebijakan kepala daerah.
Maka, jauh lebih menarik membahas kinerja gubernur yang telah dimenangkan LSI cs dengan gubernur yang sudah pernah bekerja dan berhasil
Lusius Sinurat
Ad Unit (Iklan) BIG

Berbagai ide dan gagasan Filsafat, Teologi, Budaya, Politik, Pendidikan, dll. Kritik dan Saran silahkan kirimkan via email [email protected].
Posting Komentar
Posting Komentar