iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Belum Kalah

Belum Kalah


Buku "BELUM KALAH - Sentil Tuhan, Negara, dan Masyarakat" yang memuat kisah perjuangan orang dengan gangguang jiwa karya Pastor Avent Saur ini mengingatkan saya pada pengalaman masa lalu.

Pada bulan Februari tahun 2013 saya bersama teman singgah ke sebuah minimaket di sekitar Grobogan, Jawa Tengah.

Teman saya yang masuk ke mini market. Saya menunggu dia di atas sepeda motor, di parkiran mini market tadi.

Hari sudah malam. Hanya ada tiga sepeda motor di parkiran, dan hanya saya pula yang menunggu sambil duduk di atas motor.

Tiba-tiba saja saya melihat seorang bapak tanpa sehelai pakaian pun berjalan mendekat ke arah saya. Rambutnya gimbal, dan dari jauh saya sudah mencium bau apeknya. Jujur saya, spontak saya takut.

Bukan apa-apa, si bapak yang bisa saya pastikan sedang mengalami disabilitas (menderita gangguan jiwa) itu justru semakin mendekat. Sementara teman saya belum keluar dari supermarket. Anda tahu apa yang ia lakukan? Ternyata dia tidak datang untuk "mengganggu" saya.

Ternyata ia mengambil sampah plastik di dekat saya parkir, lalu menaruhnya di tempat sampah. Sesudahnya ia pergi dan kembali tiduran di trotoar seberang minimarket tadi. Si bapak yang menderita disabilitas jiwa tadi seakan mempermalukan saya yang "normal".

Bukankah sesuatu yang memalukan bagi kita apabila seorang yang kita anggap gila justru mengutip sampah di sekitar kita dan menaruhnya ke tempat sampah?

Untuk kedua kalinya, lewat buku yang memuat pegnalaman nyata dari Pastor Avent Saur SVD saya juga disapa melalui karya nyatanya sebagai pejuang sekaligus pemerhati Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Ende dan seluruh Pulau Flores dan Pulau Lembata.

Apa yang dilakukan Pastor Avent sungguh mengusik abnormalitas kita dalam memperlakukan ODGJ. Tak hanya kepada khalayak ramai, Pastor Avent juga mengusik Negara yang belum serius menangani mereka yang mengalami gangguan jiwa.

Mayoritas dari kita berpikir negatif dan berlaku cuek dan takut kepada ODGJ. Kita merasa terganggu dengan mereka, hingga tak sedikit dari kita yang "terpaksa" mengusir mereka dari lingkungan sekitar kita.

Semasa SD, saya bahkan pernah menyaksikan seorang bapak dipasung karena dianggap berbahaya. Bahkan tahun 2010 saya menyaksikan seorang teman dipasung. Alasannya sama: "Mereka itu dipandang gila dan akan membahayakan kita bila dilepas. Jadi ia harus dipasung!"

Tindakan sebaliknya justru dilakukan oleh Pastor Avent. Pastor Avent dkk dalam wadah sosial kemanusiaan "Kelompok Kasih Insani" (KKI) adalah manusia-manusia pejuang. Mereka sungguh memperjuangkan nasib ODGJ. Mereka ditemani, dirawat dengan tulus hingga tak sedikit dari mereka yang sembuh dan kembali ke masyarakat.

Membaca buku "BELUM KALAH" yang memuat kisah perjuangan ODGJ, kita diajak belajar tak hanya dari perjuangan Pastor Avent dkk, tetapi terutama dari ODGJ itu sendiri.

Bisa Anda bayangkan, ketika banyak ODGJ disingkirkan oleh MASYAKAT (demi mengamankan norma-norma yang mereka anut), NEGARA yang belum memberi perhatian maksimal terhadap mereka, dan terutama para (calon) WAKIL RAKYAT yang seringkali hanya menjadikan mereka sebagai alat kampanye.

Di titik inilah saya sangat kagum dengan perjuangan Pastor Avent yang lebih memilih mendampingi ODGJ, yang tak hanya sakit jiwa, tetapi disakiti secara fisik oleh berbagai kekarasan dan pemasungan. Semoga perjuangan Avent ini menginspirasi kita semua.


Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.