iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Panenan Banyak Pekerjanya Sedikit

Panenan Banyak Pekerjanya Sedikit

Menjadi politisi atau pejabat publik adalah sebuah jawabn atas kurangnya "pekerja di kebun anggur Tuhan". Yesus menekankan hal ini kepada murid-muridNya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu." (Matius 9:37-38).

Tentu saja "pekerja" di sini tak terbatas oleh profesi, apalagi hanya menyangkut imam. Sebab, bila para imam diutus untuk menyelamatkan jiwa-jiwa, maka, sebagai seorang Katolik kita yang bekerja juga punya tanggung jawab yang sama "mengangkat martabat orang-orang miskin dan tersingkir".

Faktanya, banyak masyarakat Katolik dan Kristen yang butuh bantuan secara politis (sebagai warga negara) ketika kebebasan mereka dalam menjalankan ibadah (sebagai warga Gereja) dihambat oleh kelompok intoleran di negara ini.

Tetapi karena sedikit politisi dan pejabat publik sebagai pekerja pemerintah, maka "rintihan" tadi akan terabaikan begitu saja. Tuhan mengundang setiap orang yang mengikutiNya untuk menjadi pekerja di "kebun anggurNya" untuk menuai panenan. 

Di dalam 1 Korintus 3:5-9 bahwa Allahlah yang memberikan pertumbuhan dan Ia juga yang akan memberikan upah kepada masing-masing dari kita sesuai dengan pekerjaan yang kita lakukan.

Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan (1 Kor 3:6). Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan (1 Kor 3:7). 

Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri.(1 Kor 3:8)

Apakah Tuhan ingkar dengan janjinya bahwa Ia yang memberikan pertumbuhan? Ada baiknya kita mulai untuk melakukan bagian kita dengan mengikuti prinsip tuaian yang membawa pertumbuhan spiritual kita.


Prinsip Tuaian

Setidaknya terdapat 7 Prinsip tuaian yang disampaikan oleh Ray Pritchard:
  1. Kembalikan seluruh manfaat spritual yang Anda terima kepada pengajar Anda. Prinsip ini menegaskan bahwa ketika kita mendapatkan pengajaran spiritual yang bermanfaat, kita harus mengembalikannya, baik dalam wujud penghargaan, hormat, kekayaan, dan semua yang baik bahkan tunduk terhadap instruksi yang diberikan oleh si pengajar.

    Dan baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu. (Galatia 6:6)

  2. Anda hanya akan menuai apa yang Anda tabur. Prinsip ini sangat jelas disampaikan di dalam Galatia 6:7 tentang tabur tuai. Di dalam artikelnya Ray menyampaikan dengan gamblang bahwa ketika kita menanam buah apel, tentu yang kita tuai adalah buah apel.

    Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. (Galatia 6:7).

  3. Anda akan menuai lebih dari apa yang Anda tabur. Tentu kita mengalami bahwa selama ini apa yang kita tuai jauh melebihi apa yang telah kita tabur. Ia memberikan anugrah dan perkenananNya atas kita hingga kita penuh dengan suka cita dan hidup berkemenangan. Bukankah ini melampaui dari apa yang kita tabur?

  4. Menuai membutuhkan kesabaran dan keuletan. Di dalam Galatia 6: 9 disebutkan: Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Ayat ini memerintahkan kita untuk tidak menjadi lemah, melainkn tetap bersemangat untuk menabur.

    Mungkin suatu saat nanti, kita akan melihat ada teman, saudara, atau kenalan yang diselamatkan karena kita sering menaburkan firman Tuhan kepadaNya.

  5. Kita harus merebut kesempatan. Ada ungkapan yang mengatakan bahwa kesempatan tidak datang dua kali. Di dalam bahasa Yunani, oppurtunity (kesempatan) berasal dari kata kairos (waktu, waktu Tuhan). Karenanya, kita harus tangkap, bahkan merebut kesempatan (waktu Tuhan) yang ada di dalam genggaman tangan kita.

    Janganlah menjadi lengah. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman. (Galatia 6:10)

  6. Kita harus menyampaikan kabar baik ke seluruh dunia. Rom 1:15 menyebutkan bahwa Itulah sebabnya aku ingin untuk memberitakan Injil kepada kamu juga yang diam di Roma. Di sini kita memiliki tugas untuk menyebarkan kasih Tuhan kepada siapapun di setiap kesempatan yang ada, apalagi jika orang tersebut sudah siap untuk menerima pengajaran tentang Firman Tuhan.

    Teruslah sampaikan kabar baik kepada mereka hingga seluruh dunia mengalami kesalamatan yang telah Allah anugrahkan kepada dunia ini.


  7. Mulailah dari yang paling dekat dengan Anda. Pernah mendengar ungkapan “Jangan kutuki gelapnya dunia, tetapi nyalakanlah terangmu. Tuhan Yesus secara gamblang di dalam Matius 5:16 menyampaikan “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.

    Ketika orang-orang terdekat, orang-orang di sekitar kita melihat perbuatan baik kita, Tuhanlah yang akan dimuliakan. Jika kita seorang anggota keluarga, baiklah kita memancarkan kasih dan kebaikan kita kepada saudara/keluarga kita. Jika kita seorang pelajar, pancarkanlah terang kejujuran, kasih sesama, semangat membantu dan semua hal lainnya yang baik kepada teman kelas kita, adik dan kakak kelas kita, guru dan seluruh masyarakat sekolah kita.

Jika kita seorang pekerja, lakukanlah hal yang baik juga kepada mereka. Mulailah dari yang paling dekat dengan kamu.
  • Mari kita selaraskan hidup kita dengan Firman untuk dapat masuk ke dalam ladangNya karena memang Dialah pemilik tuaian dan yang akan memberikan pertumbuhan. Tuhan Yesus Memberkati.

  • Ada banyak orang Flores di Pulau Bali. Mereka rata-rata bekerja sebagai ART, security, sales, penjaga toko, dan tentu saja ada satu dua yang pengusaha.

  • Jumlah pengusaha Flores di Bali bahkan jauh lebih sedikit dibanding jumlah Pastor asal Flores.

  • Tak hanya itu, warga Bali asal NTT pun kadang menjadi bagian dari masalah sosial. Ada yang bertindak semaunya, bahkan menjadi pelaku tindak kriminal.

  • Kita harus merebut kesempatan. Ada ungkapan yang mengatakan bahwa kesempatan tidak datang dua kali. Di dalam bahasa Yunani, oppurtunity (kesempatan) berasal dari kata kairos (waktu, waktu Tuhan).
    Karenanya, kita harus tangkap bahkan merebut kesempatan (waktu Tuhan) yang ada di dalam genggaman tangan kita. Janganlah menjadi lengah.

Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman (Galatia 6:10).


Memahami Kualitas Tuaian

Injil Lukas 8:4-15, Matius 13:1-23, Markus 4:1-20 semuanya berbicara tentang kondisi tanah dan dampaknya terhadap hasil tuaian. Benih itu ada yang jatuh di pinggir jalan, di tempat bebatuan, di semak duri, dan ada juga benih yang jatuh di tempat tanah yang baik.

Keempat kondisi tanah ini akan menunjukan hasilnya masing-masing:
  1. Benih yang jatuh di pinggir jalan. Benih yang jatuh dipinggir jalan tidak mendapat kesempatan untuk berakar dan tumbuh apalagi berbuah sebab burung (musuh-red) lebih cepat merebutnya. Inilah kondisi orang Kristen yang sering mengabaikan Firman. Firman dibiarkan berlalu begitu saja dan musuh dengan leluasa mengambilnya.

    Alhasil, orang tersebut tidak mengalami kehidupan Firman sebab tidak pernah ada benih Firman yang tertinggal dalam hidupnya. Kondisi orang seperti ini tidak akan bisa melihat tuaian dalam hidupnya.

  2. Benih yang jatuh di tempat bebatuan. Benih ini sempat mendapatkan tempat untuk berakar dan tumbuh, namun kondisi tanah yang “tipis” tidak mampu mempertahankan benih untuk bertumbuh dan berbuah. Kondisi tanah yang tipis membuat benih itu tidak dapat bertahan lama, yang pada akhirnya tidak bisa berakar dan ketika matahari terbit, benih itu tidak dapat bertahan dan akhirnya kering dan mati.

    Tidak sedikit kehidupan rohani orang Kristen yang berada di jenis tanah seperti ini. Kita mungkin menemui banyak orang yang tidak memberikan hidupnya kepada Tuhan 100%, bahkan hanya sekian persen, mungkin 1%, bahkan tidak sampai!. Jika kita mau jujur berapa persen kesetiaan yang kita berikan untuk Tuhan?

    Mari bandingkan dengan “kesetiaan” yang kita berikan untuk pekerjaan, hobi, nonton, jalan-jalan, main HP, dan lain-lain. Waktu yang kita berikan untuk Tuhan terlalu sedikit sehingga tidak banyak Firman yang kita dengar menjadi bertumbuh apalagi berbuah.

  3. Benih yang jatuh di semak duri. Benih ini masih mendapat kesempatan untuk bertumbuh, namun karna semak duri dibiarkan tumbuh dan bertambah besar membuat benih yang tumbuh itu terhimpit dan akhirnya mati. Inilah kondisi orang Kristen yang membiarkan keinginan daging lebih besar daripada keinginan Roh.

    Kita tidak dapat menanggulangi semak duri yang terus tumbuh, yaitu kehidupan lama kita atau keinginan-keinginan manusiawi kita. Sementara kita tidak menyadari bahwa ada benih kehidupan (yaitu: Firman) yang tumbuh dan akan berbuah, namun kita tidak dapat menjaganya, kita membiarkan kebiasaan buruk terus bertumbuh dan pada akhirnya menghimpit benih kebenaran.

  4. Benih yang jatuh ditanah yang baik. Benih ini tumbuh subur dan berbuah banyak, ada yang 30 kali lipat, 60 kali lipat bahkan ada yang 100 kali lipat. Inilah kondisi hidup manusia yang diinginkan oleh Tuhan , yaitu memberikan tempat untuk benih berakar, bertumbuh dan berbuah.

    Sesungguhnya Allah ingin apa yang ditaburkan menghasilkan buah yang banyak. Artinya, Allah menghendaki apa yang manusia upayakan tidak menjadi sia-sia tetapi menghasilkan tuaian yang maksimal dan berkualitas.

Akhirnya, kita diajak untuk memiliki kualitas kualitas hidup yang unggul sehingga ketika benih Firman yang hidup bertemu dan bersentuhan maka terjadi resonansi roh kehidupan yang membawa perubahan, pertumbuhan, menghasilkan kualitas tuaian yang baik hingga menjadikan segala sesuatu menjadi berubah di bumi seperti di sorga.

Demikianlah pada akhirnya manusia mengalami masa kelimpahan dan sukacita besar dalam masa tuaian Tuhan. Tuhan Yesus memberkati.


Lusius Sinurat

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.