iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Panorama Keluarga Katolik

Panorama Keluarga Katolik
“Seorang anak berpikir, bertutur dan bertindak sesuai dengan apa yang dilihatnya dari orangtuanya.”


Cinta, perkawinan, dan keluarga adalah unsur hakiki dalam keluarga katolik. Sebab Tuhan telah mempersatukan dua hati manusia yang berlainan jenis, Hingga menjadi suami dan istri secara sah dalam pemberkatan perkawinan di gereja katolik.

Pasangan baru ini diharapkan mampu membangun Kebersamaan dalam suka-duka, dalam untung dan malang pada kehidupan ini seperti janji yang diucapkan dihadapan imam. Bagaimana pasangan baru ini menghadapi tantangan ke depan, terutama disaat mereka lika-liku kehidupan keluarag mereka masih panjang penuh godaan?


Hidup Berkeluarga dan Tantangannya
Allah telah mempersatukan suami istri dalam ikatan perkawinan dan menghendaki mereka untuk membangun keluarga yang setia kepadaNya. Ketulusan mencintai pada awalnya bertujuan saling membahagiakan. Namun dengan perjalanan waktu yang semakin jauh mulailah timbul faktor-faktor yang sering dijadikan sebagai pemicu masalah keluarga, seperti ego masing-masing, sifat-sifat asli masing masing mulai tampak, pengaruh lingkungan sekitar, dan faktor ekonomi.

(1) Melibatkan Tuhan—semua tantangan di atas selalu ada jalan keluarnya, jika minta pertolongan Tuhan. Keterlibatan Tuhan dalam hidup pasangan dapat membongkar semua masalah untuk jalan terbaik bagi pasangan keluarga baru. Dalam perjalanan hidup keluarga Allah tetap menyertai mereka dan membimbingnya bersama dengan Roh Kudus yang selalu mendampingi .

(2) Melibatkan Gereja—setelah menikah pada pasangan baru yang terberkati biasanya belum banyak rencana, belum memahami apa yang akan dikerjakan sebagai suami istri di tengah masyarakat. Di sinilah perlu pendampingan dari seseorang yang dengan penuh kasih sayang dan dekat dengan Tuhan mau meluangkan waktu untuk menjadi konsultan keluarga-keluarga Katolik.

(3) Melibatkan orang yang tepat—jika dapat menemukan orang yang benar dan tepat maka keluarga baru itu akan menjadi baik dengan penuh suka cita, tetapi jika menemukan pendamping yang tidak tepat akan menjadi bertambah masalah karena bagaikan bara api yang tertiup angin bertambah panas.
Haruslah mengingat sabda Tuhan, terutama dalam Mark 10: 9 “…..karena itu , apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” sehingga dalam segala pertentangan dan masalah, itu ia tidak lantas meninggalkan Tuhan yang telah memberi sabda dan menyelamatkan perkawinan dengan rendah hati.

(4) Konseling/Bimbingan Perkawinan—orang-orang terdekat yang bisa diajak sebagai konsultan keluarga seperti orang tua sendiri, mertua, para saksi saat menikah di gereja dan orang yang banyak pengalaman hidup berkeluarga dan menggerja dengan semangat baik. Memilih konsultan keluarga sebagai pendamping di anjurkan agar segala persoalan hidup dalam pengalaman berkeluarga konsultan dapat membantu mencarikan solusi yang baik jika ada permasalah dalam keluarga baru.

Kita yakin pada imam Agung kita (Ibr 4:16), sebab itu marilah kita penuh keberanian menghampiri tahta kasih karunia , supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.

Namun harus diingat bahwa Tuhan adalah konselor terbaik. Banyak keluarga muda katolik yang sudah diberkati imam di gereja gagal melanjutkan perjalanan berkeluarga dalam usia perkawinan yang relatip singkat. Kegagalan itu sering dipicu oleh hal yang sepele tetapi berkelanjutan. Misalnya, karena egoisme dari masing masing pribadi pasangan, dipanasi situasi oleh orang terdekat mereka , dan berbagai alasan lain yang tidak pernah melibatkan Tuhan.

Layaknya orang terdekat semestinya menjadi konsultan keluarga yang baik, jangan menjadi peniup bara panas yang memperbesar masalah. Ingatlah selalu sabda Tuhan ini: Mark 10:7-8, “Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan berstu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua melainkan satu. Artinya dua insan menjadi satu keluarga yang memahami keberadaannya dalam satu pandangan hidup ke depan


Lusius Sinurat

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.