iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Susah Kalipun Jadi Orang Batak

Susah Kalipun Jadi Orang Batak

"Susah kali pun jadi orang Batak ini, lae," kata seorang Batak bermarga Sitanggang kepada Sinurat di satu pertemuan CMVE di Jakarta.

Lantas teman lain bermarga Purba tiba-tiba langsung nimbrung...

"Bener banget laeku. Coba lae pikir, kalau kita tidak lancar lagi berbahasa Batak dan sungguh tidak paham lagi tentang tradisi adat Batak, maka oleh sesama Batak lain kita akan diklasifikasikan sebagai "Jolma na so maradat manan na so mamboto adat!" (orang yang tak lagi paham adat-istiadat asalinya sebagai orang Batak).

"Setuju banget. Susah kali pun jadi orang Batak ini!," lanjut lae Saragih di sampingnya yang dari tadi sudah gatel pengen ngomong.

"Coba lae pikir, kalau saya dalam posisi yang lebih baik dan ada orang yang satu marga dengan kita (sesama Poparan Parna) yang sudah saya coba bantu mencari kerja; tetapi karena tidak lolos seleksi saya pun ditelepon ayahnya. Begini katanya "Ai boha do lakkam, anggia!

Dongan tubumu pe pe dang boi diparjuanghon ho" (Gimana sih, saudara semargamu saja tidak bisa kamu bantu). Sebaliknya, kalau kebetulan saya yang minta tolong kepada sesama Batak, apalagi yang semarga, lalu saya akan dinasihati supaya saya profesional dan tidak memanfaatkan ikatan marga."

"Apa kubilang... memang susah kali pun jadi orang Batak ini !", sambar Sitanggang yang seakan mendapat dukungan dari si Purba dan si Saragih.

"Dan ini paling sial, apara! Pernah saya naksir tiga kali sama cewek Batak juga. Asal tau aja lae... Kuingatlah isi pesan bapaku dari Pangururan sana agar aku harus menikah dengan boru Batak, dan tidak boleh dengan yang lain!

Nah saat aku taksir dan mulai mendekat dengan salah satu cewek batak yang cantik.. eh, ternyata setelah berkenalan, tar-ito aku da bah (ternyata satu marga deh). Boru Sitanggang pula dia, lae", katanya sambil menepuk pundak Sinurat yang duduk disampingnya.

"Sial kali kurasa. Padahl ini sudah ketiga kalinya terjadi, laeku. Tiga tahun lalu aku naksir berat sama cewek yang semampai, putih, cantik dan enak dilihat wajahnya.. Bah, diboto lae do, ternyata dia boru Simbolon. Parna lagi! Parna lagi! Amang oi tahe, apes kali kurasa, lae.

Dan paling sialnya, setahun lalu, aku udah yakin kalau rekan kerjaku yang cantik di kantorku itu adalah jodohku. Awalnya kami sama-sama suka dan sama-sama doyan curi-curi pandang... Tetapi ternyata, semakin kenal dan semakin dekat, ternyata oh ternyata, sial kali pun kurasa, lae... Tau nya lae? Si cantik itu ternyata boru Siallagan."

"Bah ido? Amangtahe jo lae... (OMG), asi ni roha i", kata Sinurat, Purba dan Saragih serentak.

"Ah kau pun lae Sitanggang, kau ingatkan pula aku pada masa laluku," kata si Purba seakan tak mau kalah.

" Coba bayangkan. Pesan dari rumah aku harus mencari pariban, boru Sinurat. Padahal seperti lae Sinurat ini selalu katakan, boru Sinurat itu selera tinggi. Minder awak ! Hahaha... Tak lama kemudian aku berkenalan dengan boru Silalahi Tolping. Tau yang terjadi? 

Baru kukenal seminggu, langsung ngaku-ngaku pula dia kalau Tao Silalahi (danau Silalalahi) yang ada di Danau Toba sana itu milik mereka. Diujinya pula aku da bah dengan mengatakan boleh mempersuntingnya tapi harus bisa merawat Tao Silalahi sana."

Sambil tertawa terbahak-bahak, Sinurat pun mencoba menengahi perbincangan seru itu.

"Begini, lae. Memang susah jadi orang Batak. Tetapi pasti ada solusinya. Begini saja lae-laeku yang ganteng... Bagaimana kalau kalian cari istri yang sesuai dengan pesan orangtua kalian...."

"Apa itu lae?" tanya mereka Purba, Saragih dan Sitanggang serentak.

"Carilah jodoh yang sesama Batak... bila penting jenis kelamin diabaikan!" kilah Sinurat sambil melongos pergi meinggalkan tiga pemuda 'sulit' tadi.


#SaiNaAdongDo

Lusius Sinurat

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.