iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

"Tradisi" di Media Sosial

Tradisi di Media Sosial

Di Facebook aku suka membaca perdebatan orang Batak, Yahudi, USA, Eropa dan tentu saja orang Indonesia Timur. Orang Batak selalu butuh ruang yang luas untuk berdebat. Karena pendiri Facebook itu Yahudi yang juga hidup di Amerika, yang rada mirip Batak, maka di Facebooklah yang paling cocok untuk orang Batak.

Di Twitter aku suka sindir-menyindir ala orang Jawa, cuit-mencuit para politisi senayan dan penghuni istana merdeka, juga celetukan lucu tapi ringkas dari pengguna Twitter. Skor pertandingan bola juga saya selalu ikuti di Twitter.

Di Instagram aku suka melihat foto-foto cantik tanpa peduli hasil edit ata asli, foto alam nan indah, gambar grafis yang menakjubkan dari semua suku yang ada di penjuru dunia. Satu lagi, aku suka dengan cuplikan gol saat pertandingan bola Real Madrid, Intermilan dan setelah era Ronaldo jadi suka juga liputan Juventus.

Di LINE aku malah tidak terlalu seru berita dan info-info yang dibagi, karena lebih dari link/tautan situs lain. Hanya saja karena ada keluarga di luar negeri yang menggunakannya, saya tetap bertahan.

Di Whatsapp sebagai perpesanan memang menarik, karena bisa kirim foto, pesan dan video ringkas. Mungkin menyebalkan saat digunakan hanya sebagai "panggung postingan terusan dengan link yang superpanjang dari situs tak jelas pula".

Di Telegram yang juga pernah diblokir pemerintah, saya bisa mengirim berbagai dokumen, foto/gambar, bahkan video tanpa kehilangan kualitasnya. Memang tak banyak penggunanya, dan terbatas pada rekan bisnis.

Di Tumblr yang sempat dibanned/diblokir pemerintah juga menjadi tempat saya berbagi tulisan diblog, mencatat kutipan ringkas secara spontan, dll. Dari Tumblr juga saya sering mendapatkan gambar-gambar unik yang bisa saya gunakan sebagai gambar pendukung postinganku di blog dan medai soaila lainnya.

Di LinkedIn saya banyak belajar ilmu manajemen lewat postingan, tanya jawab dengan pakar dan tentu saja membaca banyak ulasan menarik di sana. LinkedIn juga mengajak saya berteman secara profesional (bisnis) dengan orang-orang di dunia.

Akhirnya, lewat Blog Pribadi ini aku berupaya mengekspresikan kesukaan saya pada bidang jurnalistik. Hanya bermodalkan pelajaran WS7 saya pun memberanian diri belajar blogging di Blogspot, Wordpress dan Yahoo: tentu saja yang fasilitasnya gratis sejak tahun 2007.

Tak lama setelah Friendster ditutup, hingga Yahoo Messanger yang tak lagi menarik, akhirnya menggiring minat saya untuk mendokumentasikan tulisan saya yang tersebar di media sosial kedalam Blog Pribadi sejak pertengahan tahun 2009. Tak terasa saya sudah 10 tahun jadi blogger, tetapi sampai sekarang baru mampu memposting lebih dari 1.500 tulisan/publikasi personal.

Pendek kata, media apa saja, baik manual maupun digital, ternyata asyik juga bila digunakan untuk perkembangan diri; dan bukan sebagai alat untuk bersembunyi. Ingat hanya blog pribadi yang berbayar, sementara media sosial itu semua gratis. Diatas segalanya, listrik adalah alat utamanya dan jaringan internet fasilitas sekundernya.


Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.