iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Doa Devosional

Doa Devosional
Doa devosional ini sebenarnya telah dilakukan selama berabad-abad, mulai dari jaman para rasul hingga kini. Namun baru pada tahun 1214 Gereja mengakui Doa Rosario dalam bentuknya yang seperti sekarang.

Devosi berasal dari kata Latin "Devotio" yang berarti kebaktian, pengorbanan, penyerahan, sumpah, kesalehan, cinta bakti. Devosi selalu menunjuk pada sikap hati di mana seorang mengarahkan diri kepada seseorang atau sesuatu yang dijunjung tinggi dan dicintai.

Dalam tradisi Kristen, devosi dipahami sebagai bentuk penghayatan dan pengungkapan iman Kristiani di luar liturgi resmi. Bedanya Liturgi dan Devosi: Dalam Liturgi, Gereja mengungkapkan dan melaksanakan dirinya secara resmi.

Liturgi sebagai perayaan gereja dipimpin oleh seorang pemimpin resmi, dengan struktur dan tata perayaan yang baku, berlaku umum, mengikat dan resmi.

Devosi merupakan praktek pengungkapan iman umat yang spontan dan lebih bebas. Devosi dapat dibawakan secara pribadi atau pun bersama. Walaupun bukan merupakan liturgi resmi, devosi diterima dan diakui Gereja.

Liturgi resmi sering dialami umat sebagai sesuatu yang rutin, kering, resmi dan kaku. Sebaliknya, devosi justru bisa dihayati umat sebagai sesuatu yang memenuhi kebutuhan afeksi, emosi dan kerinduan hati.

Devosi merupakan praktek keagamaan populer yang mudah diterima, dipahami dan dipraktekkan. 

Ada 3 Faktor lahirnya DEVOSI UMAT

1. Segi Historis Liturgis:
  • Praktek devosi dalam Gereja Katolik mulai berkembang pada abad pertengahan. Pada abad VIII Liturgi Ritus Romawi dengan bahasa Latinnya diberlakukan di seluruh Eropa. 
  • Pada abad XVI, Konsili Trente menyeragamkan Liturgi Gereja Katolik secara tegas dan kaku. Umat awam semakin merasa terasing dari liturgi resmi gereja. 
  • Keterasingan dan ketidakterlibatan umat dalam liturgi menyebabkan kerinduan umat akan bentuk-bentuk pengungkapan iman yang lebih mudah, sederhana dan memuaskan kebutuhan afeksi mereka. 
  • Maka, lahirlah berbagai macam praktek devosi.
2. Segi Antropologis
  • Doa-doa Liturgi Romawi terkenal padat dan rasional, lebih mengungkapkan konsep teologis daripada pengalaman religius umat. Karena itu, umat mencari cara pengungkapan iman yang dapat memenuhi kebutuhan mereka. 
  • Devosi tidak menekankan keindahan rumusan doa-doa teologis, melainkan menekankan unsur perasaan dan emosi yang tergerak berkat kerinduan hati akan Allah. 
3. Segi Agama Kerakyatan
  • Sebagian besar devosi umat Katolik berasal serta dipengaruhi oleh praktek religius umat setempat. 
  • Pengalaman religius adalah pengalaman mendasar setiap manusia yang merindukan kebahagiaan sejati yang diyakini sebagai anugerah dari kekuatan yang tertinggi. 
  • Bentuk ungkapan pengalaman religius ini berbeda-beda. Masyarakat yang belum mengenal Tuhan mungkin mengungkapkan sikap religius mereka melalui upacara kurban kepada dewa-dewi, sementara umat Kristiani mengungkapkan sikap religius mereka melalui devosi lokal. 
  • Tugas gereja adalah masuk dalam devosi kerakyatan ini dan memurnikan praktek devosi dengan semangat Injil. 
  • Gereja tetap mengakui dan menghargai aneka bentuk devosi umat, selama devosi tersebut dihayati dalam "Roh dan Kebenaran" (Yoh 4:23). 

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.