iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Kurikulum Prototipe Sebagai Solusi

Kurikulum Prototipe Sebagai Solusi

Mendikbudristek Nadiem Makarim akan meluncurkan Kurikulum Prototipe 2022 (KP-2022) tahun 2022. Mengacu pada namanya, kurikulum prototipe merupakan model kurikulum yang diharapkan cocok dengan situasi saat ini.

KP-2022 diberikan sebagai opsi pemulihan pembelajaran bagi satuan pendidikan tahun 2022-2024. Sebagai informasi, kurikulum yang berlaku sebelumnya adalah
  1. Kurikulum 2013 (K-13) sebelum pandemi,
  2. K-13 dan Kurikulum Darurat (K-13 yang disederhanakan) pada tahun 2020-2021, dan
  3. K-13, Kurikulum Darurat, dan Kurikulum Prototipe pada tahun 2021-2022.

Urgensi KP-2022

Pendidikan itu fondasi bagi suatu negara. UUD 1945 Pasal 3 ayat 1 mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan yang berkualitas.

Pendidikan berkualitas berarti pendidikan yang memerdekakan warga negara. Pendidikan yang memerdekakan hanya bisa terwujud bila guru dan siswa merasakan “merdeka belajar”, dan KP-2022 adalah sarana menuju kemerdekaan itu.

Bagaimanapun juga pandemi telah mengakibatkan sekolah mengalami learning loss (kehilangan pembelajaran) secara signifikan.

Kehadiran KP-2022 adalah untuk memberi ruang yang lebih luas kepada guru untuk mengembangkan karakter dan kompetensi dasar siswa, seperti literasi dan numerasi. Pendeknya KP-2022 itu sinergi dengan konsep "merdeka belajar” yang digaungkan Mendikbud Ristek Nadiem Makarim.

Merdeka belajar bagi guru berarti mereka diberi keleluasaan untuk mengelola pembelajaran bagi siswa. Sementara merdeka belajar bagi siswa berarti mereka juga diberi keleluasaan dalam penguasaan materi yang diberikan guru.

Sekali lagi, KP-2022 menawarkan kemerdekaan dan keleluasaan itu. Siswa kelas 11 dan 12, misalnya boleh meramu sendiri kombinasi mata pelajaran yang sesuai dengan minatnya. Tentu tetap ada pelajaran wajib yang harus diikuti.

Pelajaran wajib itu adalah Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Seni Musik, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, dan Sejarah.

Dengan konsep ini, tentu orang tua siswa pasti akan mendukung sepenuhnya. Di saat bersamaan guru dan siswa akan siap berkolaborasi untuk merdeka belajar. Bagaimana tidak, KP-2022 ini mendorong pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa dan memberi ruang lebih luas pada pengembangan karakter dan kompetensi dasar mereka.


Belajar sesuai kemampuan

KP-2022ini memiliki karakteristik utama yang tujuannya adalah memulihkan pembelajaran di masa pandemi ini.

Pertama, fokus pada pengembangan soft skills dan karakter mendapat porsi khusus melalui pembelajaran berbasis projek. Dalam struktur KP-2022 terdapat 20-30 persen jam pembelajaran yang digunakan untuk pengembangan karakter profil siswa.

Pembelajaran berbasis projek ini akan mengembangkan karakter siswa. Itu karena siswa diberi kesempatan untuk belajar melalui pengalaman dan mengintegrasikan kompetensi esensial yang ia pelajari dari berbagai disiplin ilmu. Dengan struktur belajar yang fleksibel, siswa akan terbantu mengembangkan karakternya.

Kedua, fokus pada materi esensial. Siswa dintuntut untuk fokus pada materi esensial. Ia harus punya waktu yang cukup untuk belajar kompetensi dasar Literasi dan Numerasi secara mendalam. Belajar secara mendalam ini bisa diterapkan lewat diskusi, kerja kelompok, pembelajaran berbasisi problem dan projek.

Ketiga, fleksibilitas bagi guru dalam melakukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan murid (teach at the right level). KP-2022 menetapkan tujuan pembelajaran per fase (2-3 tahun) demi memberikan fleksibilitas bagi guru dan sekolah, serta jam pembelajaran per tahun. Di titik ini sekolah dapat berinovasi dalam menyusun kurikulum dan pembelajaran.

Dengan fleksibilitas ini, guru dapat melakukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan murid (teach at the right level) serta menyesuaikannya dengan konteks dan muatan lokal. Singkatnya, guru dapat menyusun sendiri Perencanaan Kurikulum Sekolah dan Penyusunan Rencana Pembelajaran-nya.


Penerapan KP-2022

Penerapan KP-2022 akan dimudahkan dengan ketersediaan buku teks panduan serta pelatihan dan pendampingan bagi guru, kepala sekolah, hingga dinas pendidikan. Buku teks, modul dan perangkat ajar lainnya juga harus disediakan dalam bentuk digital di platform digital guru.

Sekolah dapat melakukan pengadaan buku teks secara mandiri dengan dana BOS reguler dan dengan dukungan Pemda atau yayasan. Dengan demikian sekolah dapat mencetak secara mandiri.

Perubahan jam mengajar, tunjangan profesi guru, dan perubahan struktur mata pelajaran tidak akan terpengaruh. Semua guru yang berhak mendapatkan tunjangan profesi akan tetap mendapatkan hak tersebut.

Berikut penerapan Kurikulum Prototipe 2022 di sekolah:

§ Penerapan KP-2022 di PAUD
  • Kegiatan bermain menjadi proses belajar yang utama.
  • Penguatan literasi dini dan penanaman karakter didapat melalui kegiatan bermain dan belajar berbasis buku bacaan anak.
  • Pembelajaran berbasis projek untuk penguatan profil Pelajar Pancasila dapat dilakukan melalui kegiatan perayaan hari besar dan perayaan tradisi lokal.
§ Penerapan KP-2022 di SD
  • Demi penguatan kompetensi dasar dan pemahaman holistik akan lingkungan sekitar, maka mata pelajaran IPA dan IPS digabungkan sebagai mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS).
  • Integrasi computational thinking dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika dan IPAS, dan Bahasa Inggris sebagai mata pelajaran pilihan. § Penerapan KP-2022 di SMP
  • Penyesuaian dengan perkembangan teknologi digital, pelajaran Informatika menjadi mata pelajaran wajib.
  • Panduan untuk guru Informatika disiapkan untuk membantu guru-guru pemula, sehingga guru mata pelajaran tidak harus berlatar belakang pendidikan informatika.
  • Pembelajaran berbasis projek untuk penguatan profil Pelajar Pancasila dilakukan minimal 2 kali dalam satu tahun ajaran.
§ Penerapan KP-2022 di SMK
  • Dunia kerja dapat terlibat dalam pengembangan pembelajaran. Struktur lebih sederhana dengan dua kelompok mata pelajaran, yaitu: umum dan kejuruan.
  • Persentase kelompok kejuruan meningkat dari 60% ke 70%. Penerapan pembelajaran berbasis projek dilakukan dengan mengintegrasikan mata pelajaran terkait.
  • Praktek Kerja Lapangan (PKL) menjadi mata pelajaran wajib minimal 6 bulan (1 semester).
  • Pelajar dapat memilih mata pelajaran di luar program keahliannya. Alokasi waktu khusus projek penguatan profil pelajar Pancasila dan Budaya Kerja untuk peningkatan soft skill (karakter dari dunia kerja).
§ Penerapan KP-2022 di SMA
  • Minat siswa berdasarkan level mata pelajaran (bukan program peminatan / penjurusan).
  • Di kelas 10 pelajar menyiapkan diri untuk menentukan pilihan mata pelajaran di kelas 11.
  • Mata pelajaran yang dipelajari serupa dengan di SMP. Di kelas 11 dan kelas 12 siswa mengikuti mata pelajaran dari Kelompok Mapel Wajib, dan memilih mata pelajaran dari kelompok MIPA, IPS, Bahasa, dan Keterampilan Vokasi sesuai minat, bakat dan aspirasinya.
  • Pembelajaran berbasis projek untuk penguatan profil Pelajar Pancasila dilakukan minimal 3 kali dalam satu tahun ajaran, dan pelajar menulis esai ilmiah sebagai syarat kelulusan. § Penerapan KP-2022 di SLB
Capaian pembelajaran pendidikan khusus dibuat hanya untuk yang memiliki hambatan intelektual.
Untuk pelajar di SLB yang tidak memiliki hambatan intelektual, capaian pembelajarannya sama dengan sekolah reguler yang sederajat, dengan menerapkan prinsip modifikasi kurikulum.

Sama dengan pelajar di sekolah reguler, pelajar di SLB juga menerapkan pembelajaran berbasis projek untuk menguatkan Pelajar Pancasila dengan mengusung tema yang sama dengan sekolah reguler, dengan kedalaman materi dan aktivitas sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan pelajar di SLB.


Panduan Praktis Penerapan KP-2022

KP-2022 membantu siswa dan guru menggali dan memahami budaya dan nilai-nilainya serta kearifan lokal yang kemudian akan digunakan sebagai media dan materi pembelajaran menjadi tantangan tersendiri.

Seperti karakteristik KP-2022 yagn telah diuraikan di atas, guru dapat menggunakan budaya, kearifan lokal dan potensi alam sebagai media dan materi pembelajaran yang saya sebut sebagai model pembelajaran kontekstual.

Faktanya, menerapkan model pembelajaran kontekstual ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tantangan paling berat adalah menggali dan memahami budaya dan nilai-nilainya serta kearifan lokal. Lalu menggunakannya sebagai media dan materi pembelajaran.

Tidak sedikit guru yang mengajar di sekolah-sekolah berasal dari luar daerah dengan budaya dan kearifan lokal yang berbeda. Kalaupun ada guru-guru lokal, tapi mereka adalah generasi milenial yang cenderung abai pada budaya dan kearifan lokal.

Berikut ini beberapa cara menggali dan memahami budaya dan kearifan lokal:

1. Live in
Live in lebih dari sekadar mengadakan bakti sosial, seperti membagikan bantuan makanan, minuman, perumahan, obat-obatan dan lain sebagainya. Live in adalah sebuah sikap hidup yang dilakukan oleh seorang pekerja sosial untuk hidup bersama masyarakat setempat. 

Jika masyarakatnya mayoritas bekerja sebagai nelayan, maka guru harus menjelma sebagai seorang nelayan. Jika mayoritas petani dan peternak, maka guru harus menjelma sebagai petani dan peternak. Di sini guru menemukan sebuah kesetaraan dan meruntuhkan tembok-tembok sosial antara guru dan nelayan, guru dan petani, guru dan peternak.  

Tembok-tembok sosial yang dimaksud adalah profesi guru yang dianggap jauh lebih terhormat dari kehidupan nelayan atau petani, dan keduanya tak dapat disatukan. Karena itu kehadiran guru dalam kehidupan masyarakat sebagai nelayan, petani atau peternak, juga dalam berbagai kegiatan sosial, keagamaan, atau dalam upacara-upacara adat sangatlah perlu. 

Saat live in guru dapat melakukan wawancara mendalam, ngobrol, melakukan observasi lingkungan, mengamati budaya, menjelajah alam sekitar, melakukan diskusi kelompok dan bila perlu guru mempelajari bahasa setempat.

2. Dialog

Dialog harus dilakukan dengan bentuk obrolan santai untuk mendapatkan informasi yang akurat yang dapat dipertanggungjawabkan. Guru harus menjalin relasi persahabatan selama proses live in sehingga ketika dialog terjadi tak ada lagi rasa canggung narasumber ketika menyampaian informasi benar-benar mendalam. 

Dalam proses dialog, guru harus menghindari sikap sebagai peneliti, dan berupaya menghindari pertanyaan-pertanyaan formal, karena hal itu justru akan membangun kembali sebuah tembok pemisah antara guru dan petani, dst. Mengingat masyarakat lokal akan cenderung menggunakan bahasa ibu, maka penting bagi guru untuk mempelajari bahasa dan budaya setempat.

3. Diskusi dan kajian etnografi

Setelah penggalian informasi melalui proses live in dan dialog, maka guru perlu melakukan diskusi dan kajian etnografi. Diskusi yang dimaksud adalah diskusi bersama para pakar budaya seperti budayawan, etnograf dan antropolog yang sudah banyak melakukan penelitian terhadap budaya tersebut. 

Kajian-kajian etnografi dan antropologi itu kemudian dijadikan sebagai referensi tambahan untuk mendokumentasikan cerita-cerita sejarah, budaya, nilai-nilai budaya dan kearifan lokal yang kemudian dijadikan sebagai media dan materi pembelajaran. 

Tiga langkah di atas hanyalah sebagai contoh. Masih banyak pendekatan lainnya. Pasti akan lebih mudah bagi guru melakukannya apabila mereka memiliki budaya yang sama dengan masyarakat di lingkungan sekolah. Karena proses penyesuaian seperti live in dan dialog tidak akan sulit dilakukan.

Bacaan:
Mendikbudristek - Materi Kurikulum Prototipe dengan Komisi X DPR
Kepala BSKAP - Materi Sosialisasi Kurikulum Prototipe dengan Komisi X DPR
Dirjen GTK - Strategi Pengembangan GTK untuk Kurikulum Prototipe


lusius-sinurat
[Selengkapnya di majalah Haroan Bolon edisi 008 | Januari 2022, hlm 30-33]

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.