iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Warga Kita Memang Menyukai Misteri

Warga Kita Memang Menyukai Misteri

K
asus "Pembunuhan Brigadir J oleh Brigjen FS dkk" tak mungkin tuntas! Bagi pelaku dan komplotannya, kasus pembantaian ini hanyalah drama "pembunuhan manusia" yang berujung pada misteri. Entah Polri, entah pengacara dan pembela Brigadir J atau pengacara FS dkk. memang tak pernah punya tujuan yang sama. Jelas terlihat kalau Polri tak ingin "menuntaskan kasus Pembunuhan Brigadir J" ini.

Di satu sisi, saat bertemu Komisi 3 DPR, Kapolri malah mengatakan "Kami (polisi) tetap kompak" sembari tersenyum. Entah kompak dalam hal apa, hanya Jenderal Sigit dan pembesar polri yang tahu maksud Kapolri.

Di sisi lain, Komaruddi Simanjuntak dkk, mulai stress hingga mengungkit kasus-kasus lain untuk menekan polisi dan penegak hukum agar tuntutan mereka mendapat perhatian. Terutama komaruddin, para pengacara Brigadir J mulai dicari dosa-dosa masa lalunya. Komarudin dkk pasti semakin stress.

DPR ikutan acting sedih marah, karena dilihat banyak rakyat yang marah karena kasus semacam ini sering terjadi dan biasanya hanya menyisakan misteri. Kenapa penting "rakyat marah"? Tentu tahun 2024 suara rakyat marah itu akan mereka butuhkan.

Presiden meminta Polri menuntaskan kasus ini. Tapi yang kita tonton hanyalah barisan para pejabat negara yang asyik bergoyang di istana, saat Farel Prayogo menyanyikan lagu "Ojo Dibandingke"

Polisi justru makin lihai memainkan media. Saat FS cs ditangkap, Polri merekam dan menyiarkan operasi penggrebegan bandar judi. Padaha rakyat dan polisi tahu kalau si bandar dan keluarganya sudah lebih dulu mengungsi ke Singapura.

Politisi juga menggunakan panggung kematian Brigadir J ini dengan apik. Ada yang sok berani mengatakan agar Polri diganti. Tapi selesai sidang suara itu bak kentut yang bau sejenak, karena ia tak didukung anggota Dewan lainnya.

Menkopolhumkam yang tadinya rewel mendadak tak disorot. Menko Martim yang tadinya berteriak agar backing nya FS diselidiki dan ditindak tegas, kini tak terdengar tindaklanjutnya. Komnas HAM tak lebih sebagai pemeran pembantu, dan hanya tersorot kamera saat mengaku ingin disuap suruhan FS.

Presiden, Kapolri, DPR, beberapa menteri, Pengacara Brigadir J, Pengacara Barada E dan ibu PC yang gonta-ganti, dan siapa pun yang mengusut kasus ini... pada akhirnya akan menyesal karena tak ujung tuntas, atau merasa lelah atau bingung karena pembalikan logika yang makin hari makin jauh dari kasus yang terjadi.

Hingga akhirnya, Kak Seto juga yang jadi bintang. Seto cerdik memainkan fragmen dan sangat getol menjadi "penyelamat" anak-anak FS dan PC, dan siap membela PS untuk tidak ditahan. Ringkasnya, pemenang kasus ini adalah mereka yang diuntungkan secara materi, psikologis (jabatan, posisi, dll), dan tentu saja, mereka yang tak lagi mampu "membunyikan suara hatinya". Sebaliknya, bagi masyarakat umum, berhentilah berteriak "akan menggugat penegakan Hukum", khususnya kepada pihak polri.

Sebab, percaya atau tidak, fakta sudah membuktikan bahwa negara ini bukanlah negara hukum, tapi negara penghukum orang benar dan pembela orang yang salah. Jangan pernah berniat "mencari keadilan" di negeri ini keadilan itu hanya tertulis pada sila kelima Pancasila.

Di luar sila kelima, keadilan sosial itu hanyalah misteri. Sama misterinya dengan pembantaian Brigadir J oleh FS dan istri, pembantu dan pengawalnya; pun oleh komplotan FS yang berupaya menutupi kebenaran demi harta, tahta dan wanita.

Selamat untuk FS dkk., karena kalian telah berhasil membohongi publik dengan menciptakan drama "Pembunuhan dengan motif menyelamatkan keluarga."

Para terdakwa dan komplotannya pasti tau kalau orang Indonesia itu suka misteri. Itu sebabnya mereka mencari cara untuk mengaburkan kebenaran dalam kasus pembantaian Brigadir J. Mari beli tiket, menonton drama lanjutan kasus pembunuhan Brigadir J oleh irjen FS!

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.