iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Berhentilah Memaksa Tuhan untuk Membenarkan Agamamu

Berhentilah Memaksa Tuhan untuk Membenarkan Agamamu
Perikop penyembuhan si pengemis buta oleh Yesus menimbulkan reaksi orang-orang di sekitarnya, mulai dafi tetangga, kaum Farisi hingga publik Yahudi.

Tetangga-tetangganya sebagian percaya dan sebagian lagi ragu kalau si pengemis itu orang yang mereka kenal: "Bukankah dia : ini, yang selalu mengemis?”

Orang-orang Farisi berdebat soal penyembuhan si buta. Sebagian menyalahkan Yesus, karena menyembuhkan pada hari Sabat, “Orang ini tidak datang dari Allah, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat." Tapi sebagian lagi justru kagum pada Yesus, "Bagaimanakah seorang berdosa dapat membuat mujizat yang demikian?”

Orang-orang Yahudi  sibuk memastikan kesembuhan si buta oleh Yesus. Mereka memanggil orang tuanya, dan orangtuanya justru membenarkan kalau si pengemis buta itu benar anak mereka juga tak memuaskan rasa mereka.

Si pengemis buta akhirnya menuntaskan perdebatan tentang penyembuhannya lewat testimoni epiknya: “Aneh juga bahwa kamu tidak tahu dari mana Ia datang, sedangkan Ia telah memelekkan mataku... Dari dahulu sampai sekarang tidak pernah terdengar, bahwa ada orang yang memelekkan mata orang yang lahir buta. Jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa.”


REFLEKSI:

Pada akhirnya intimitas dengan Allah (beriman, beragama) itu selalu bersifat subyektif. Artinya mewartakan bukan memaksakan; bersaksi bda dari mencari sensasi; dan konversi beda dari transaksi.

Saat ini, banyak pemimpin agama yang mereduksi agama sebagai alat memusuhi tetangga,. Mereka akan memfitnah tetangga apabila ia berbeda (agama) dengannya.

Bersamaan dengan maraknya medsos, semangat hipokrit kaum Farisi juga makin marak. Para pengkotbah bertutur bak penjaga surga, tapi di saat yang sama ia justru menciptkan neraka ditengah pengikutnya. Mereka berkotbah tentang moral tapi berlaku amoral.

Hasrat menjadi pusat perhatian dan menjadi kaya hingga bisa membeli segala menggiring banyak orang melompat dari agama yang satu ke agama lainnya. New comers itupun di-farisi-kan: memaksanya sembahyang dengan sorotan kamera. Ya, demi converters yang baru.


Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.