iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Wanita Karir

Wanita Karir

Satu dekade terakhir, jumlah wanita karir semakin berkelebat. Kemandirian finansial adalah hal paling menonjol dalam hidup mereka.

Mereka punya circle sosial sendiri. Tampilan luar oke, kinclong, wajah glowing, modis dan terlihat elegan.

Sepintas mereka tak butuh pria sebagai teman hidupnya, alih-alih punya anak. Mereka tak punya waktu memikirkan seks dan perkawinan.

Hari-hari mereka yang supersibuk dengan jadwal ketat. Kalaupun mereka terpikir untuk menikah, itu hanya karena tuntutan keluarga atau lelah jadi bahan omelan teman-temannya.

Tentu bukan berarti wanita mandiri ini tak butuh pria. Hanya saja, pria yang ia butuhkan adalah pria yang mampu memberinya kepastian: Bukan pria biasa!

Selama pria idamannya tak datang, ia lebih memilih terjebak dalam kesepian dan kesendiriannya. Baginya menanti pria idaman lebih menarik daripada tidur bersama pria yang tak memberinya kepastian.

Berbeda dengan gadis biasa, wanita mandiri tak akan luluh dengan kalimat manis, "I love you, honey". Baginya, cinta itu hanyalah sebuah kosa kata, dan cinta tanpa bukti hanya dipertontongan seorang bajingan.

Bersamaan dengan pertambahan usianya, ia mulai menyadari bahwa jumlah pria yang benar-benar tulus mencintai pasangannya justru semakin langka.

Saat inilah pendirinya berubah. Ia sadar bahwa pria tajir atau pria biasa sekalipun tak selalu menyukai wanita super-mandiri, bahkan ketika si wanita mandiri sudah pasrah untuk dinikahi, "Take me away, dear !"

Hanya pria unik dan cerdas yang mampu menaklukkan wanita supermandiri ini.

Tentu tak ada pria yang mau berada dibawah kendali penuh pasangannya. Apalagi wanita mandiri yang suka neurotik (menderita dalam gelisahnya) dan kompulsif dengan obsesinya hingga membiarkan fisik dan hatinya sendiri sakit.

Amarah wanita mandiri akan membuncah saat kepastian yang ia harapkan tak ia dapatkan dari pasangannya. Ia akan segera menceraikan pria iti, kendati keputusannya akan membuatnya larut dalam kesendiriannya, bahkan akan membuat hidupnya berakhir dengan nestapa.

Jadi, menikahlah. Jangan memikirkan biayanya, karena pernikahan itu #bukansekedarsinamot (mas kawin).

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.