iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Pemain

Pemain


"Mana ada caleg, cakada dan capres yang menggunakan 100% dana pribadinya untuk pencalonan mereka? Pemain semua itu," kata Fajar Aritonang.

"Ada jugalah," sela Muhammad Iqbal "buktinya ada juga caleg yang kalah hinhga gila. Alasnnya karena merka kehabisan uang dan banyak hutang."

"Itu para pemula. Jelas, mereka bukan pemain. Kalau udah pengalaman, apalagi petahana beda lagi. Mereka bahkan tak menggunakan gaji atau pemasukan rutin mereka. Semua dia dapatkan dengan proyek-proyek "kategori hitam". Ada yang bahkan beruntung setelah menang pencalegan," terang Fajar.

Faktanya memang demikian. Tak masuk akal seorang anggota DPRD yang mencalonkan diri kembali sampai menghabiskan 6-7 milyar. Gajinya berapa sih? Emang bini dan anak-anaknya gak makan? 

Nah, orang-orang seperti inilah yang disebut Fajar  sebagai "pemain". 

Selama menjabat, bisnisnya selalu diuntungkan. Partainya selalu dikasih jatah, dan orang-orang dekatnya selalu dapat bagian. Biasa, supaya aman. Apakah ini bukan "pemain" namanya?

"Kalau kita-kita ini susahlah, bro. Kita nipu 10 juta aja sudah deg-degan. Mereka mah nipu-nipu proyek milayaran tetap aja masih bisa tidur nyenyak. Dan mental seperti mereka itulah cocok jadi pejabat," tambah Fajar. 

Ada benarnya. Saat ini, di negara serba awut-awutan ini, status sosio-ekonomi seorang pejabat masih jauh di atas pengusaha. 

Itu makanya para pengusaha Tionghoa, yang tadinya menjadi korban (pemalakan) pejabat, 10 tahun terakhir justru berlomba-lomba jadi caleg. Mereka seakan sadar bahwa dulu, keuntungan mereka lebih banyak diambil pejabat daripada mereka nikmati. 

Maka, cepat atau lambat, jumlah pemain (di politik) akan semakin bervariasi. Dan disaat uang masih jadi pintu masuk memenangkan pemilu, maka caleg berduit macam pengusaha Tionghoa akan jauh lebih berpeluang. 

Inilab hasil pengajaran para pemain lama kepada pemain baru, di mana pelaku dan korban kini sudah jadi sama-sama pemain. 

Anda seorang "pemain"? Berpolitiklah...

#sainaadongdo

@sorotan

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.