iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Makna Liturgis Perangkai Bunga

Makna Liturgis Perangkai BungaPastinya, seorang perangkai bunga bukanlah pemilik dan penguasa liturgi, yang bisa dengan sesuka hati memanfaatkan liturgi bagi kebutuh pribadi. Pernyataan ini memang agak keras. Tetapi saya hanya ingin menekankan betapa seorang perangkai bunga liturgi harus dengan rendah hati mau mengutamakan kepentingan liturgi dari pada kepentingan dirinya sendiri. 

Maka, segala kemampuannya itu harus ia abdikan bagi Kemuliaan Tuhan, sebagaimana juga tujuan perayaan liturgi adalah untuk memuliakan Tuhan. Dalam kalimat yang lebih sederhana, karya seni ciptaan si Perangkai Bunga haruslah diarahkan untuk membantu umat (yang merayakan liturgi) hingga mereka dapat merasakan kehadiran Tuhan.

Rangkaian bunga indah yang ia racik tadi hendaklah dimaksimalkan sebagai "alat" yang menggiring sesamanya untuk lebih dekat dan mencintai Tuhan.


3. Makna Liturgis Perangkai Bunga
Di titik inilah spritualitas pelayanan liturgis juga berlaku bagi perangkai bunga dan bagi setiap seniman yang mangabdikan diri bagi liturgi. Maksudnya, semua yang terlibat dalam liturgi haruslah menghayati tugasnya sebagai pihak yang melayani liturgi (munus ministeriale) sebagaimana dikatakan Paus Yohanes Paulus II ini,
“Panggilan khas seniman-seniwati secara perorangan menetapkan bidang yang mereka layani, sekaligus menunjukan tugas-tugas yang harus mereka emban; karya berat yang harus mereka tanggung dan tanggung jawab yang harus mereka terima. 
Seniman – seniwati yang menyadari semua itu mengerti juga, bahwa mereka harus bersusah payah tanpa membiarkan diri didorong oleh usaha meraih kemuliaan yang hampa dan keserakahan akan popularitas yang murahan, apalagi oleh perhitungan suatu keuntungan yang munkin bagi diri mereka sendiri.
Oleh karena itu ada suatu etika, bahkan suatu spritualitas”Pelayanan Artistik, yang dengan caranya menyampaikan sumbangan kepada pembaruan hidup dan pembaruan rakyat." (4 April 1999, Letter of His Holiness Pope Johm Paul II to Artist, 4)
Pernyataan Paus Yoahanes Paulus II yang dikirim untuk para seniman-seniwati ini juga harus dipatuhi oleh para perangkai bunga. Perangkai Bunga Altar pun harus sungguh bersedia menghayati bidang karya khusus, tanpa digemuruhi oleh hasrat akan pemuliaan diri atau kesenangan pribadi semata.

Pertanyaan berikutnya adalah "Masih perlukah perangkai bunga selalu mengharapkan pujian atau sapaan khusus dari imam atau orang lain terhadap karyanya?"

Pujian memang menyenangkan hati dan merupakan dambaan yang amat manusiawi. Pujian, termasuk juga kritikan, memang patut diterima sebagai anugerah dan disyukuri. Tapi apabila si perangkai bunga tadi tak mendapat pujian, maka ia tak perlu mengurangi dedikasinya untuk Memuliaan Tuhan.

Makna Liturgis Perangkai Bunga
4. Bunga dalam Tata Ruang Litrugis

Ruang liturgis pada dasarnya adalah tempat untuk terselenggaranya perayaan liturgis. Beberapa unsur utama harus dipenuhi sehingga tempat itu menjadi pantas utuk perayaan liturgi yang bersifat kudus. Penataan ruang liturgis dapat diperkaya pula dengan berbagai unsur dekoratif. 

Lantas, dimana sebaiknya bunga-bunga itu ditempatkan dalam suatu ruang liturgis?
Gedung Gereja adalah ruang liturgis, ruang permanen yang jelas peruntukannya. Namun, tempat lain pula dapat dibuat sebagai tempat ruang liturgis untuk sementara waktu.  Memang, berliturgi tidak harus didalam gedung gereja, rumah ibadat, tapi juga bisa dirumah keluarga, lapangan, atau tempat lain yang pantas dan memenuhi syarat yang dituntut norma liturgi.
Mari kita lihat dua jenis ruang liturgis itu, yang tetap (gereja) dan sementara (non gereja). 
Gedung gereja dibagi menjadi dua bagiaan, bagian untuk imam dan para petugas pelayan seputar altar (panti imam atau ruang altar) dan bagian untuk umat yang berpartisipasi. 

Rangkaian bunga dan unsur dekoratif lainya dapat ditata dikedua bagian itu. Lazimnya hanya bagian dalam gereja yang dihiasi, meskipun dimungkinkan juga menghiasi bagian luar gereja.Yang sering kita lihat biasanya ruang imamlah yang lebih diberi perhatian, bukan hanya ruang imamlah yang dihiasi.

Jika dekorator memiliki konsep utuh dalam menghiasi gedung gereja (baik interior maupun eksteriornya), sebaiknya tidak hanya memikirkan dekorasi untuk panti imam.

Unsur-unsur perabot utama dalam gereja, khususnya untuk perayaan Ekaristi, adalah altar, ambo/mimbar,kursi imam.Unsur lain lain yang berkaitan misalnya tabernakel meja kredes, kursi pelayan altar, tempat lilin, salib, dsb.unsur-unsur itu ditata sesuai dengan norma liturgi.Rangkaian bunga dapat dibuat untuk ditempatkan di sekitar unsur-unsur itu.

Prinsipnya, rangkaian bunga dan unsurnya dekoratif lainya jangan sampai mengaburkan keberatan dan makna unsur-unsur itu, apalagi unsur yang mengandung nilai simbolis penting seperti altar, ambo, kursi imam dan tabernakel.

Misalnya, bunga yang berjibun menghias altar, entah yang diletakan pada altar atau yang di depan altar, bisa melenyapkan penampilan altar sebagai meja perjamuan, yang sesungguhnya menjadi tempat utama bagi roti dan anggur, bahkan fungsi altar melambangkan diri Yesus sendiri.

Dengan sungguh memahami makna dan fungsi altar maka perangkai bunga tidak akan bersikap ceroboh dengan asal merangkai atau menempatkan karyanya disekitar altar. Aturan-aturan untuk gedung gereja diatas berlaku juga untuk ruang liturgis non gereja. Ruang liturgis non-gereja dapat berupa tempat yang lebih kecil (rumah keluarga, Aula) atau lebih besar (lapangan, taman) dari pada gedung gereja.

Maka pertimbangan-pertimbangan artistik dan fungsional tentunya harus diambil jika bungaakan dihadirkan sebagai unsur dekoratif untuk tata ruang liturgisnya, mengingat keterbatasan yang ada, atau kekurangan yang dimiliki tempat-tempat non-gereja itu.

Perlu diingat pula bahwa dalam dan menghias kedua jenis tempat liturgis itu jangan sampai unsur-unsur dekoratifnya justru menggangu kelancaran perayaan liturgis atau membelokan fokus yang semestinya tearah pada misteri yang sedang dirayakan.  Lanjut Baca! 

1 < Seni Merangkai Bunga Altar Gereja > 3 > 4 > 5

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.