iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Berbagai Sikap Saat Merayakan Natal

Berbagai Sikap Saat Merayakan Natal

Saya mengajak Anda sejenak merenungkan dua contoh berikut ini:


(1)
Pernah seorang teman Katolik berdebat dan mempertanyakan soal kebiasaan umat protestan yang terkesan terburu-buru merayakan Natal.
Si Protestan, sebut saja namanya Bornok, sambil ngeledekin si Bernardus yang Katolik,
“Eh kawan, sekarang udah musim Natal, tapi kenapa wajahmu masih seperti orang gelisah menanti seseorang ? Mari bergembira, kawan... sebab Sang Juruselamat sudah datang di tengah kita." 
Bernardus pun menjawab dengan lembut,
“Hai Balakutak, bagi kami orang Katolik, kelahiran Yesus itu hanya bisa dirayakan pada tanggal 25 Desember hingga hari Minggu Efifani (saat Yesus dipersembahkan di bait Allah). Ya, kurang lebih 2 mingguan deh. Sekarang kan masih tanggal 23 Desember. Kok iya kalian sudah buru-buru merayakan Natal Cuma nunggu dua hari lagi aja kagak sabar sih ? Ntar kalau bayi Yesus lahirnya prematur, emang loe mau tanggung jawab?”  
Sambil melengos si Bornok pun menggerutu,
"Dasar orang Katolik, itung-itungan banget sih?"

(2) 
Seorang teman yang Kristen-nya aji mumpung (maksudnya tampaknya kristen tapi udah enggak percaya lagi sama gereja dan antek-anteknya, pun sudah tidak sudi lagi bergaul dengan sesama Kristen lainnya) tentu tak mau pusing mikirin kapan Perayaan Natal mau dirayakan.

Baginya, Natal itu tak mesti dirayakan seperti biasa. Namun, dengan motto "segala sesuatu ada waktunya" dari kitab Pengkotbah. Tentu saja mereka tetap 'merayakan' Natal, tetapi versi mereka, yakni hari di mana perusahaan memberikan THR Natal atau bonus.

Si Portestan tadi cuma menitipkan agar saya membaca Injil Luk 1: 26-38 berikut ini:
Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. 
Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau. Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. 
Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan." 
Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" 
Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil." 
Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
Aku cuma bingung. Entah apa hubungan antara Injil dan ungkapannya tadi. Lanjut Baca!

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.