iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Interupsi Pasar Lewat Pesan Natal

Interupsi Pasar Lewat Pesan Natal


Begitulah Natal selalu dirayakan. Setiap menjelang Natal, koran-koran menyediakan kolom untuk pejabat gereja untuk menggoreskan pesan Natalnya; juga tak ketinggalan televisi-televisi menghadiahkan beberapa menit bagi para pejabat gereja, pejabat pemerintah, atau pimpinan dan segenap dewan direksi televisi itu sendiri untuk mengucapkan pesan Natal masing-masing.

Beberapa pesan Natal, baik yang tertulis di media cetak maupun tersiar di layar kaca, selalu ada yang menginterupsi pasar (sembari tentunya ada ambiguitas di sana: dia menggunakan pasar untuk mengkritik pasar).

Tapi..., enggak apa-apa juga sih, minimal beberapa dari pesan itu sering menghentak dan membentak fenomena jaman ini, khususnya terhadap pola yang keliru dalam merayakan Natal itu sendiri. Mereka yang menginterupsi itu adalah para imam dan religius, juga para ahli Kitab yang masih ingat dasar substansif dari tiap perayaan religius agamanya.

Jutaan pemirsa atau pembaca mungkin akan kagum dan mengiyakan..tapi serentak ratusan juta pemirsa hanya menggeleng-gelengkan kepala, bahkan mengganti chanel televisi atau langsung beranjak ke kolom olahraga yang lebih menarik.
Dengan cuek para remaja lalau menyeru,
“Abis gimana ya, Pastor. Udah jamannya kayak gitu. Pastor aja yang kurang gaul. Abis di pastoran mulu sih tidur siang.”

Di tempat lain bos-bos perusahaan besar lantas menimpali,
“Maaf Pastor, seandainya Yesus lahir di jaman ini, kami juga enggak bakalan tega membiarkan dia lahir di kandang domba. Kami akan mencarikan dia hotel terbaik, minimal sekelas Aston atau Novotel. 

Pastor aja pernah kami ajak nginap di hotel berbintang lima dan jalan-jalan ke luar negeri...masa iya Yesus kami biarin di lahir di kandang domba? Enggaklah pastor, kami tak sekejam itu ke Big Boss-nya pastor he he he." 

Sekali lagi, interupsi itu pun hanya bisa berakhir dengan kompromi. Lanjut Baca!


Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.