iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Kapitalisasi Natal

Kapitalisasi Natal
Natal di atas seharusnya sih justru menggiring kita pada perayaan Natal yang sesungguhnya, yakni merayakan Natal apa adanya: tanpa kepura-puraan, atau tanpa keluhan yang berbuntut rasa malu atau rasa minder yang tak perlu.

Lantas, mengapa Natal sedemikian identik dengan kemegahan dan kemewahannya? Jangan tanya kepada gereja, karena gereja - walaupun selalu meneriakkan hal yang sebaliknya - juga sudah turut tercemari fenomena yang sama.

Sepintas Gereja masih memelihara dan menegaskan pentingnya kesederhanaan Natal. Coba Anda amati hiasan yang ada di dalam Gereja setiap hari Natal. Di depan, di samping atau bahkan di altar sendiri dipertontonkan Gua Natal atau kandang Natal yang sederhana, hasil kreasi umat setempat.

Sepintas memang tampil sederhana.. tapi coba lihat lebih dekat... bahannya dari apa, lampunya berapa watt, patung-patungnya dari mana? Dst. Bahkan di beberapa gereja...hanya demi menciptakan simbol kesederhanaan Natal ada yang pakai ditender segala. 

Saya hanya mau mengatakan betapa di jaman ini, jauh lebih mahal biaya yang dikeluarkan untuk menciptakan kesederhanaan daripada memaknai kesederhanaan Natal tersebut di dalam kemewahan. Sungguh menyedihkan! 

Bila memang ada kesalahan dengan perayaan Natal, lantas siapa yang mesti bertanggungjawab? Umat dengan lugas menyebut gereja yang bertanggung jawab.

Tapi serentak gereja juga meneriakkan hal yang lebih logis: siapa itu gereja yang hidup? Bukankah gereja atau Bait Allah itu adalah umat Allah sendiri ? Sementara pertikaian itu berlangsung, produsen pernak-pernik natal malah menggenjot produksi mereka.

Apa yang terjadi? Tiba-tiba ada perlombaan Gua atau Kandang Natal terbaik di tingkat paroki/resort atau keuskupan/distrik !

Di gereja lain ada desas-desus tentang Lingkungan atau Wilayah mana yang terbaik dalam kepanitiaan Natal dari tahun ke tahun - dan tak jarang yang menjadi kebanggan mereka adalah masalah surplus-nya dana yang terkumpul. Lanjut Baca!


Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.