iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Agama Bukan Lembaga Spiritualitas

Agama Bukan Lembaga Spiritualitas

Manusia bisa saja memiliki persepsi yang mungkin benar tapi juga mungkin salah ketika mengimani Tuhan. Dan agama (yang kerap mengatasnamakan dirinya sebagai lembaga spiritualitas tadi) selalu mendoktrinisasi para pengikutnya bahwa merekalah yang mutlak benar, karena Sang Roh Mutlak yang mendirikan agama mereka.

Kita semua tahu apa yang terjadi dengan pemahaman di atas?

Banyak penganut agama yang tak mudah mengimani bahwa Tuhan itu nyata dalam diri orang-orang baik di sekitar mereka, termasuk orang di luar agama mereka.

Tentu saja kenyataan ini ada di sekitar kita, dan sungguh terjadi. Bagaimana tidak, ada banyak pengkotbah/pendakwah secara ekslusif yang mengindoktrinasi umatnya sebagai satu-satunya umat Allah.

Doktrin di atas pada akhirnya juga akan berimplikasi pada apa yang ia ia ajarkan, hingga rumusannya pun menjadi begini:

Premis-1: Allah mengutus para nabi (jumlahnya ada udah beda-beda, tetap selalu ada satu nabi yang disebut sebagai junjungan) untuk memberikan ajaranNya (kadang juga diplesetin dengan "Allah memberikan "kitab"Nya).

Premis-2: Para nabi (di masa hidup mereka) selalu mengajak dan mengumpulkan orang-orang tertentu dan memilih satu atau lebih pengikutnya untuk meneruskan ajaran yang ia terima dari Allah.

Premis-3: Kita- para pengikut nabi" terpanggil untuk "meneruskan" pesan-pesan Allah yang telah disampaikan melalui sang nabi tadi. Itu berarti kita bertanggungjawab menjaga dan meneruskan ajaran ini (benar atau salah tidak jadi soal) kepada anak-cucu kita kelak.

Simpulan:: Saya adalah salah satu orang pilihan (ekslusif) yang dipanggil untuk meneruskan karya nabi kepada Anda sekalian. Ini juga berarti bahwa "Saya adalah nabi; dan apabila nabi itu utusan Allah, maka saya juga adalah utusan Allah."

Mereduksi Allah ke dalam sebuah lembaga, atau mempersonifikasi Allah dalam sosok setiap pendakwah yang sedang berkotbah adalah tindakan tertolol yang pernah terjadi di muka bumi ini. Ini yang menjadikan umat antar-agama:
  1. begitu ganas hanya karena perbedaan agama
  2. menghalau kemajuan orang lain yang lebih hebat dari kita hanya dia beragama lain
  3. mengutuk serangan terhadap orang seagama dengan kita di lapisan dunia lain, tetapi di saat yang bersamaan kita yang seagama sedang saling memerangi karena beda sedikit ajaran
  4. tidak bisa damai, padahal kita berasal dari nenek-moyang yang sama (di negara kita hal ini masih terasa gaungnya)
  5. mengesampingkan kultur dan tradisi mereka demi agama yang datang berikutnyaMaka, tak satupun yang tau pasti apa yang terjadi dibalik perang atau jihad yang mengatasnamakan agama, kecuali satu hal ini: "Mereka merasa diri sebagai Allah".


Dengan alasan-alasan di atas, kita pun kerap memaksa Allah masuk ke dalam pikiran kita, agar kita bisa petantang-petenteng di hadapan orang lain sambil berteriak "Allah telah mengutusku!" atau "Dari miliran orang di dunia ini, hanya aku seorang yang dipercayai Allah untuk melawan siapa saja yang tidak percaya kepadaNya!"

Lantas, mereka yang bukan anggota lembaga mereka adalah utusan setan?
Oh my God !
Please deh ah...

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.