iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Agama dan Kita

Agama dan Kita

Agama enak didiskusikan, tapi harus kita ingat diskusi tentang agama nyaris tiada simpulan, kecuali klaim masing-masing yang merasa empunya agama. Benar bahwa agama penting sesekali diletakkan di tataran intelektual, tetapi jauh lebih bermakna bila agama dikembalikan pada hakikatnya sebagai jalan, kebenaran, dan hidup yang kita yakini sebagai landasan kita bermasyarakat.

Bagi saya yang mempelajari semua tentang lima agama yang diterima di negara ini, tentu harus ditambahkan lagi keyakinan-keyakinan lain seperti aliran kepercayaan dalam kultur di persada nusantara ini, "belajar tentang agama yang saya anut dan agama yang orang lain anut" tak lebih demi usaha menghilangkan segala kecurigaan yang berpangkal dari "klaim kebenaran" yang bagi segelintir orang dipandang sebagai "cara membela Tuhan".

Saya selalu berpegang pada kebijaksanaanseorang imam Yahudi, Gamaliel ketika dihadapkan pada ajaran-ajaran baru (agama baru) yang cukup meresahkan masyarakat di kekaisaran Romawi pada abad awal masehi, "Bila ia (agama, komunitas spiritual, etc) berasal dari Allah maka ia akan selalu ada, dan ia akan abadi."

Nah, sejauh kita alami dan lihat sendiri, semua agama yang sering kita tuduh sesat, ternyata hingga hari ini selalu melahirkan tokoh-tokoh yang bijaksana dan bisa diterima semua penganut agama lainnya, termasuk mereka yang memproklamirkan dirinya tidak beragama.

Agama tidak ada yang sama; tetapi hakikat awal didirikannya lembaga spiritual bernama agama selalu bermula dari keresahan manusia yang satu (dengan melibatkan Allah didalamnya, dan kita pun menyebut mereka nabi atau Rasul atau Utusan) akan kehidupan yang semakin menyimpang dari ranah-ranah cinta kasih terhadapa sesamanya.

Agama menjadi serba salah dan diperlakukan sebagai lembaga pemerintahan hingga akhirnya dirasuki aspek politik. Akibatnya agama pun tak lebih sebagai aliran politik daripada aliran kepercayaan (faith) kepada Sang Pencipta.

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.