iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Media MeNEGASkan, Bukan meNEGASIkan Fakta Tentang Blusukan

Media MeNEGASkan, Bukan meNEGASIkan Fakta Tentang Blusukan

Media hanya MeNEGASKAN, dan bukan meNEGASI fakta terkati blusukan. Namun ini yang membuat Ridwan Saidi menganggap blusukan itu tak penting. Faktanya, selama 1 tahun lebih Jokowi dan Ahok memimpin Jakarta ternyata tak pernah luput dari pemberitaan media.

Perlu ditegaskan di sini bahwa media tidak serta-merta menjadi Jokowers atau Ahokers saat memuat kabar tentang gubernur DKI dan wakilnya itu. Tetapi bersama dengan fakta-fakta yang ada, media juga tak luput dalam meliput berbagai perubahan yang ada di Jakarta dalam waktu relatif singkat pemerintahan Jokowi-Ahok.

Berikut adalah fakta yang diberitakan oleh media tentang prestasi 'yang biasa-biasa saja' dan 'sudah seharusnya dilakukan oleh pejabat publik di manapun':
  • Pelayanan publik di jajaran Pemda DKI telah berubah total.

    Dibawah pemerintahan Jokowi dan Ahok, kini Pemda DKI lebih customer oriented dengan Key Performance Indicator (KPI) yang jelas cepat, tanggap, bersih dan tertib. Anda bisa lihat langsung ke loket Kelurahan / Kecamatan hingga kantor Walikota yang ada di Jakarta sekarang.

    Tak puas dengan kondisi fisik saja yang berubah, monggo Anda bisa tanya masyarakat yang datang ke sana apakah pelayanan menjadi lebih baik atau buruk. Ini hanya salah satu hasil nyata dari blusukan ala Jokowi.

  • Waduk Pluit dan Waduk Ria Rio yang kumuh telah ditata menjadi apik dan indah.

    Di sekitar waduk Pluit dan Waduk Ria Rio warga direlokasi ke rusun yang memadai, diberi fasilitas kulkas, TV gratis. Warga pun senang, karena takada gejolak ala penggusuran di era sebelumnya.

    Para provokator / preman yang punya bisnis sewaan pun marah disana, bahkan dengan mengatasnamakan partai Gerindra dan PDIP. Tetapi sekali lagi, hadangan itu pun berhasil ditaklukan Jokowi-Ahok melalui komunikasi dan diplomasi "Santap Bersama" hingga beberapa kali.

    Waduk pluit yang tadinya kumuh pun kini sudah menjadi taman asri dan menyenangkan. Waduk Ria Rio pun sedang ditata menjadi tempat yang asri pula. Ingat, lagi dan lagi, semuanya pun menarik perhatian media. Lho, ko iso ngono toh? Jelas, karena berita seperti itu sangat bernilai: "Ini loh hasil pejabat yang sungguh-sungguh bekerja, bukan demi pencitraan!"

  • Tanah Abang dan Premanisme.

    Tanah Abang yang sebelumnya semrawut dan awut-awutan serta tidak pernah ada yang berani menyentuhnya pun didatangi Jokowi. Hasilnya?

    Pedagang PKL dipindahkan, lalu lintas diurai kemacetannya hingga jalan raya pun kembali berfungsi sebagai jalan raya, PKL diberi tempat gratis enam bulan bahkan para penjaja yang biasa mangkal di sana masih dibantu mempromosikan bisnis mereka.

    Ingat, hanya Jokowi-Ahok yang berani menumpas preman secara terang terangan. Haji Lulung yang merasa diri adi-luhung pun dihuyungkan dan Hercules pun dibeubeuskeun.

    Adakah pejabat lain yang dengan tegas memberantas atau berani melawan preman selain Jokowi-Ahok ini? Satu hal penting lain, preman-preman yang telah ditertibkan pun justru disalurkan atau dicarikan pekerjaan/penghasilan. Saya kira hanya media aneh yang tidak menjadikan pendekatan pejabat seperti ini menjadi berita yang tak layak jual.

  • Bantaran kali dikeruk besar-besaran.

    Di pinggir kali dibuat jalan inspeksi, warga pun direlokasi ke rusun secara bertahap. Ketika banyak sekali warga yang harus direlokasi, Jokowi dan Ahok pun melakukannya secara bertahap, tetap tenang sembari tetap kerja keras. Tak heran, melalui diplomasi kerakyatan dan blusukan tadi semua bisa berjalan dengan baik. Media tentu saja ingin memberitakan hal menakjubkan ini.

  • Kartu Jakarta Sehat (KJS) dan Kartu Jakarta Pintar (KJP).

    Tanpa berlama-lama program KJS dan KJP yang pro rakyat ini pun langsung diluncurkan. Di sana-sini memang masih banyak yang harus diperbaiki. Tapi tahukah Anda bahwa KJS dan KJP ini secara nyata telah membantu rakyat miskin di DKI Jakarta?

    RS komplain karena lebih repot dari program terdahulu, yakni JamKesDa yang telah membuat rakyat dibuat repot dengan prosedur yang rumit; beberapa dokter pun protes karena merasa dibayar lebih murah dan kurang pantas, beberapa kartu dianggap salah sasaran, dst.

    Menarik justru ketika semua keluhan itu ia dengar dan segera ia lakukan evaluasi. Kini, program ini masih terus berjalan dan memberi berkah buat rakyat. Sekali lagi, hiruk pikuk inipun tak luput dari pemberitaan, dan si 'jejaka' bernama Jokowi ini pun tetap terbuka dengan media.

  • Kampung Deret

    Awal peluncuran Program Kampung Deret [Kampung Deret adalah program gratis perbaikan rumah warga dan lingkungan dengan dana 54 juta per rumah; dikelola bersama warga setempat], banyak reaksi penolakan dari warga kampung kumuh di DKI. Mereka khawatir akan digusur.Tetapi setelah sukses dengan kampung deret di Tanah Tinggi dan Petogogan, kini masyarakat malah minta dibangun kampung deret.

    Bukan hanya rumah masyarakat yang sekarang cantik dan layak, tetapiperubahan perilaku terhadap kebersihan warga kampung pun secara nyata sudah menjadi lebih manusiawi.
    Anda bisa lihat langsung ke lokasi kampung deret tersebut dan bertanya pada warga di sana. Lagi, lagi media merasa prestasi ini layak jual!

  • Mengatasi Kemacetan

    Ketika Proyek MRT yang sudah bertahun-tahun dibuat perencanaannya tetapi terus dihalang-halangi oleh industri otomotif, Jokowi-Ahok lah yang berani dan segera mengeksekusinya.
    Dia pun dng terbuka mengatakan, "Saya hanya mengeksekusi karena blue print sudah ada dari jaman dulu!" Busway pun ditambah pengadaan bus nya.
    Metromini dan angkutan lain yang masih memungkinkan digunakan pun ia integrasikan. Namun proyek MRT memang membutuhkan waktu lama, dan Jokowi-Ahok pun secara terbuka mengamini hal itu.

  • APBD naik hampir dua kali lipat

    Tahun 2013 APBD DKI sebesar 47 triliun Rupiah dipublish secara transparans. Masyarakat pun bisa mengakses secara langsung. Dengan dana sebesar itu Jokowi-Ahok pun leluasa memberi fasilitas pada rakyat seperti KJS, KJP, tambahan busway, relokasi warga ke rusun, dan lain sebagainya.
    Tahun 2014 APBD dinaikkan menjadi 72T. Mendagri yang sempat berselisih pun akhirnya angkat topi pada Jokowi-Ahok. Berikutnya SBY, sebagai presiden dan ketua umum Partai Demokrat pun seakan tak kuasa membendung pengaruhnya.

  • Masih banyak hasil kerja Jokowi-Ahok yang lain

    Sebut saja berbagai keberhasilan di bidang seni dan budaya, misalnya menyelenggarakan berbagai festival dan karnaval di Jakarta, mengharuskan menggunakan pakaian betawi pada hari jumat (yang di kemudian hari justru diikuti oleh Bandung dab daerah lain), membangun dan renovasi terminal dengan karakter Jakarta (proyek percontohan terminal manggarai telah selesai), bis wisata, revitalisasi kota tua sdh dimulai, dll.

Jokowi dan Ahok tentu bukanlah liliput hingga media pun seakan tiada henti mengikut dan meliput! Hanya saja Jokowi dan Ahok memang pantas diliput! Sebab, Jokowi dan Ahok terus bekerja dan bekerja secara nyata untuk rakyat DKI.

Jokowi tetap tampil dengan kesederhanaan dan keterbukaannya. Ahok pun tak mengurangi berangnya saat membombardir para mafia-mafia yang memiskinkan rakyatnya.

Coba deh sejenak Anda bandingkan dengan tokoh yang menguasai media dan memanfaatkan media-nya sebagai sarana mengiklankan dirinya sendiri: apakah sama efeknya ? Jelas berbeda dong!

Pertanyaan yang sama telah dilontarkan Ridwan Saidi pun akan menjadi hambar, "Benarkah Jokowi bekerja hanya demi pencitraan semata?" Yang benar saja.

Bukankah pemimpin terdahulu dan pemilik media tadi yang melakukan pencitraan? Anda bisa analisa sendiri berdasarkan fakta yang telah disampaikan di atas. Atau jangan-jangan Anda merasa banwa Jokowi adalah boneka asing?


Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.