iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Mendengarkan Versus Melayani

Mendengarkan Versus Melayani
Motto "Ora et labora" (berdoa dan bekerja) atau "contemplativus in actione" (menemukan Tuhan dalam segala sesuatu atau menghayati segala sesuatu dalam Tuhan) kerap kita dengar.

Mayoritas waktu dan tenaga kita memang lebih banyak kita haibiskan untuk bekerja daripada berdoa.

Kendati demikian , tetap ada peluang untuk secara kreatif memaknai pekerjaan sebagai bagian dari hidup doa.

Asalkan kita mawas diri: sejauh mana kita, selama bekerja, dijiwai oleh iman kita, sehingga kita dapat menghayati segala sesuatu dalam Tuhan.

Zaman ini dapat dikatakan sebagau dunia penuh kesibukan: bekerja dan bekerja. Workholic menjadi kata yang disukai orang-orang di jaman ini. Bahkan seringkali dianggap sebagai modal atau sarana menjadi kaya dan sukses.

Orang lantas bekerja keras tanpa kenal lelah. Itu sih sah-sah saja. Asal dibarengi motivasi yang jelas dan positif: bagi kesejahteraan diri dan orang lain. Namun jangan herena bila banyak juga orang bekerja keras hanya demi mengharapkan pujian dari orang lain.

Akibatnya, ketika tidak ia tidak tidak dipuji atau tidak diperhatikan orang lain, maka ia tidak mau bekerja. Sebaliknya ia malah marah-marah, mengeluh atau menggerutu seperti Marta.

Menghayati segala sesuatu dalam Tuhan itu harusnya bersifat holistik: dalam apapun yang kita kerjakan atau alami. Hanya dengan bersatu dengan Tuhanlah kita hidup dan bekerja sesuai dengan kehendakNya.

Orang yang hidup dan bekerja bersama Tuhan, meskipun secara fisik dan sosial sendirian, pasti tidak mengeluh atau menggerutu ketika harus menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah. Sebaliknya ia akan tetap sabar, tenang, bergairah dan ceria.

Tapi ingat loh, ini bukan perkara muda. Ngomong sih enak aja, tapi melakukannya susah banget. Heheh. Agar bisa seperti itu kita tidak boleh melupakan untuk menyisihkan waktu dan tenaga secara khusus setiap hari untuk berdoa, berkomunikasi secara pribadi dengan Tuhan.

Doa orang yang setia dan taat pada panggilan dan tugas pengutusannya alias bekerja keras sesuai dengan kewajibannya tentu saja akan lebih berisi, lebih berkualitas daripada mereka yang bermalas-malas dalam melaksanakan tugas perutusannya sebagai pengikut Kristus.

Singkat kata, hidup dan bekerja akan kehilangan kegairahan dan keceriaan bila kita tidak sungguh memaknainya berdasarkan iman, harapan dan kasih yang kita imani.

"Mereka hanya mendengar, bahwa ia yang dahulu menganiaya mereka, sekarang memberitakan iman, yang pernah hendak dibinasakannya.Dan mereka memuliakan Allah karena aku" (Gal 1:23-24), kata Paulus kepada umat di Galatia. Terminology "memberitakan iman" itulah kiranya yang baik kita renungkan atau refleksikan. Pemberitaan iman pertama-tama adalah melalui perilaku atau tindakan.

Bukan dengan omongan atau wacana melulu! Maka marilah kita mawas diri apakah tindakan atau perilaku kita setiap hari sungguh memberitakan iman.

Sebagai tanda bahwa cara hidup dan cara bertindak kita atau perilaku kita memberitakan iman adalah mereka yang melihat atau menyaksikan atau kena dampak perilaku kita tergerak untuk memuliakan Allah alias semakin beriman, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah.

Maka, janganlah membanggakan diri sebagai yang beragama, memiliki kedudukan atau jabatan khusus dalam hidup dan bekerja bersama, aktif dalam aneka kegiatan keagaamaan dst…jika perilaku kita tidak baik, tidak bermoral.

Keunggulan hidup beriman atau sebagai murid Yesus Kristus adalah dalam tindakan atau perilaku yang baik dan berbudi pekerti luhur.

Disini kita diajak untuk mengerti dan menguasai aneka nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan kehidupan secara intelektual. Yesus berharap agar kita dengan rendah hati mentranformasikan nilai atau keutamaan tersebut kedalam tindakan atau perilaku nyata.Semakin tahu banyak nilai atau keutamaan hendaknya juga semakin berperilaku dan bertindak baik, berbudi pekerti luhur.

Akhirnya bagi para pemimpin atau atasan dalam kehidupan dan kerja bersama dimanapun untuk menjadi teladan dalam penghayatan nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan kehidupan alias menjadi saksi-saksi iman dalam hidup sehari-hari.


*Ispirasi: Gal 1:13-24; Luk 10:38-42
**Disampaikan untuk KMK-PMB - AMIK MBP Medan
*** Di Gelora Kasih Sibolangit, 5 Oktober 2010

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.