iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Lalap

Lalap Aku sering dengar kalimat ini, "Lalap dassa jolma na sada on. Lang ongga dear parlahouni."

Kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia nadaanya kira-kira begini, "Ini orang selalu begitu. Tingkahnya tidak pernah positif.

Bisa jadi karena aku pernah tinggal kurang lebih sepuluh tahun di Bandung, maka aku sangat tertarik dengan kata "lalap" (adverb) dalam kalimat di atas.

Asal tahu saja, pengertian kata "LALAP" dalam bahasa Batak Simalungun sangat jauh berbeda dengan kata "lalap" dalam bahasa Sunda.

Di Bandung, atau Jawa Barat secara umum, kata "LALAP" (noun, kata benda) menunjuk pada jenis sayuran (menyangkut daun-daun muda, mentimun, petai mentah) yang biasa dimakan bersama-sama dengan sambal dan nasi. Di Semarang pun orang memahami kata ini dengan pengertian yang sama.

Tetapi di Simalungun, kata "LALAP" sendiri meruapakan jenis kata keterangan (adverbum, adverb) yang berarti selalu atau senantiasa (English: always), selamanya, sering, terus-menerus, tidak pernah tidak, sepanjang hari. 

Untuk itu dalam memahami kata LALAP dalam bahasa lokal di daerah Simalungun Anda harus mengerti konteksnya.

Secara umum kata LALAP hampir selalu menggambarkan sebuah tindakan yang dilakukan secara berulang-ulang oleh seseorang--tak peduli apakah tindakan itu baik atau tidak baik. 

Dalam keterbatasan berbasaha daerah Simalungun, saya berikan beberapa contoh dan konteks penggunaanya,

(1) Relasi antar-remaja / kawula muda. 
"Ai sonaha do ham, Sinaga. Age domma ibotoh ham lang marosuh uhurni bani ham, tapi mase lalap ieak-eak ham Sumbayak ai." (Gimana sih kamu, Sinaga. Sudah jelas tahu kalau boru Sumbayak itu tidak suka sama kamu, tetapi kenapa masih ngotot mengejar dia). 
"Age pe domma ihatai hala ia na lang membotoh dirini tap lalap do itonduri ia si Sonti, boru ni si Sumbayak na paling bayak i huta on." (Walaupun banyak orang mencibir dan menuduhnya enggak tahu diri, tetapi ia tetap mengencani Sonti, putrinya Pak Sumbayak orang terkaya di desa ini.) 
"LALAP do huhatahon do holongku bani si Purba ai, age pe jolma makkatahon lang sosok au bani." (Aku tetap mengungkapkan rasa cintaku ke si Purba kendati banyak orang bilang kalau aku enggak cocok sama dia).
Kalimat di atas menunjuk pada "usaha yang dilakukan secara terus-menerus dan pantang menyerah" atau dalam bahasa Jawa disebut ngotot atau Sunda, keukeuh.

(2) Relasi sosial-Politik
"Lutu do LALAP si aha on. Boi do namin lutu tapi mar-mutu." (Ini orang kok ribut terus ya. Biasa aja sih cerewet tapi mutu dikit dong)

"Anggo si inang na sada ai ma, LALAP do tong makktai jolma. Huahap ge lang dong jolma nabujur i lobei ni." (Kalau ibu satu itu sih kerjanya terus-menerus ngomongin orang lain. Kayaknya si bagi dia enggak ada orang yang baik.)
"Age domma bahat halak mangkatahon anggo ia lang sosok be jadi pemimpin i huta nami on; halani mabahatku ia korupsi, homani harosuh ni dassa ibaen mangatur jolma i huta on. Tapi LALAP do ia jugul mancalonkon dirini. Lalap do do homani ihatahon anggo ia dassa jolma sijengesan i huta nami on." (Banyak orang mengatakan bahwa ia tak layak lagi jadi pemimpin di wilayah ini; selain karena terlalu banyak korupsi juga karena ia tergolong otoriter saat memerintah. Tetapi ia tetap mencalonkan diri. Ia selalu mengatakan kalau dialah orang terbaik di wilayah kami ini.)
Dalam tatanan kehidupan bermasyarakat (interaksi sosial), istilah LALAP tak ayal lagi selalu menggambarkan orang yang melakukan sesuatu secara terus-menerus. Hal ini mengandaikan adanya konsistensi

Sebagaiman kita tahu, konsistensi selalu bercabang dua, yakni "konsisten dalam berpikir, berkata dan berlaku secara positif" dan "konsisten dalam berpikir, berkata dan berlaku secara negatif". 

Dalam konteks postif, kata "LALAP" juga terbentang dalam nasihat atau petuah orangtua kepada anak-anaknya. Contohnya,

  1. "Ibagas goluhmu ulang lupa ho martonggo. Dingat LALAP Tuhan ibagas goluhmu. (Dalam hidupmu teruslah berdoa dan ingat Tuhan) 
  2. "LALAP m nasiam manghorjahon nadear tene" (Jangan pernah lupa melakukan hal baik ya.) 
  3. "Hita halak Simalungun maningon lalap mandingat janah mandalankon goluhta ibagas motto Habonaron do Bona." (Sebagai seorang Simalungun kita harus SELALU mengingat dan menghidup filsata "Kebenaran adalah Sumber Kehidupan).
Sayangnya penggunaan kata LALAP malah kental dalam 'aura' atau konteks pengalaman "negatif" ketimbang konteks positif. 

Misalnya kepada orang yang suka gosip sering dinasihati, "Ai mase LALAP marbuali tentang halak nalegan na siam?" (Kok selalu omongin orang aja sih?) atau kepada seorang yang betah minum tuak di warung, "LALAP do ham i lapo torus" (Kamu kok di warung terus sih?), dst.

Di dunia maya beda lagi. Penggunaan kata LALAP justru jauh lebih pas. Sebab di media sosial ada banyak orang yang LALAP atau selalu 'konsisten' memposting sesuatu yang kontroversial dengan tujuan menggoda orang lain untuk meramaikan akun sosialnya. 

Mereka ini LALAP memburu komentar atau perhatian orang lain lewat kehadirannya yang terus-menerus menyampaikan laporan terbataru tentang hari-harinya, memberitakan hal-hal baru dengan harapan ia menjadi orang pertama yang mempublis berita tersebut. 

Kepada mereka ini kita lantas berkomentar, "Lalap do hubasa postingan ni si Bonusman ai, halani parlobei do tong ia mamposting atik berita aha pe." (Aku selalu membaca postingan si Bonusman karena ia selalu menjadi orang pertama yang memposting berita apa saja).

Sebaliknya, kepada mereka yang berselimutkan iri dan dengki hingga suka 'ngatain orang atau mengalamatkan tuduhan negatif kepada orang lain, kita akan ngomel, "Lalap dassa si jabir on. Ioppot na makkatai halak nalegan on." (Si cerewet satu ini lagi. Tetap aja ngomongin orang lain.)"  

Demikianlah kata LALAP menghiasa kehidupan nyata kita, dan tak ketinggalan di dunia maya yang kini lebih digandrungi banyak orang. Selain dapat digunakan untuk menyampaikan ide positif, kata LALAP juga sering dipakai sebagai ungkapan rasa kesal atau amarah kepada orang-orang yang selalu merasa dirinya paling benar.

Di titik inilah kita harus memilih menjadi orang yang "BUJUR LALAP PARLAHOUNI" (tetap menjadi orang baik) atau "BAJAN  LALAPPARLAHOUNI" (tetapa menjadi orang yang tindakannya buruk)!