iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Nabiraon

Nabiraon

"Bohama akka jolma nabiraon," kata seorang pria yang suka mengenakan topi pak ustad saat ngobrol bersama kami di sebuah kantin di Universitas swasta di Medan.

Sepanjang menjadi orang Batak Toba, kendati bukan penutur asli bahasa Toba dalam kehidupan sehari-hari (karena lahir hingga remaja di daerah Simalungun), jujur aku baru mendengarkan kata ini, "NABIRAON" saat itu.

Maka saat kata itu diucapkan oleh teman dosen tadi, aku tak begitu menangkap apakah ia melafalkan "na-firaun-on" atau "nabiraon". Untung saja teman lain yang juga mendengarnya saat itu memastikan bahwa kata yang dilafalkan tadi adalah nabiraon.

Usut punya usut, dan setelah bertanya kepada beberapa teman, akhirnya aku baru mengerti bahwa secara etimologis, kata nabiraon berasal dari kata "bira" (telor). Dengan penambahan awalan "na-" dan akhiran "-on", maka kata nabiraon menjadi adverbium yang berarti yang sedang bertelor.

Tampaknya kata "nabiraon" (yang sedang bertelor) merupakan penggalan dari kalimat lengkap "manuk nabiraon" (ayam yang sedang bertelur).

Kita tahu bahwa ayam betina yang sedang bertelur begitu cerewet, dan berkali-kali berkokok. Tak ayal lagi, itu cara ayam betina tadi mengekspresikan rasa sakitnya bersalin, alias mengeluarkan telor dari 'anus'-nya.

Di titik inilah aku sangat paham apa yang dimaksud tadi oleh teman sambil menunjuk pada dirinya sendiri, "Bohama akka jolma nabiraon" yang artinya, "Begitulah orang yang sangat cerewet"..

Ringkasnya, nabiraon (yang sedang bertelur ) juga menunjuk pada seseorang yang sangat cerewet dan tidak bisa diam alias gelisah.

Dalam strata sikap negatif, nabiraon berada di atas "najabiron" atau "naremengon" yang memiliki arti kurang lebih sama: cerewet.

Entah berapa banyak pria seperti pengakuan sang dosen tadi, yang tak bisa diam dan cerewet tiada henti alias nabiraon. Minimal dalam pembicaraan sore tadi ia begitu mendominasi pembicaraan. Anda pria atau wanita jenis orang "nabiraon"?