iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Berubah Untuk Berbuah - Kesetiaan Yang Berbuahkan Berkat

Berubah Untuk Berbuah - Kesetiaan Yang Berbuahkan Berkat
Kesetiaan Yang Berbuahkan Berkat
Tetapi selubung yang menutupi mata rohani itu sebenarnya tidak hanya terbatas kepada orang-orang yang tidak percaya kepada Kristus, tetapi juga dapat menutupi mata rohani orang-orang yang mengklaim diri mereka sebagai umat Allah, yaitu mereka yang pikirannya telah dibutakan oleh “tuhan-tuhan” zaman ini.

Topik ini menegaskan kembali tiga tulisan sebelumnya dalam seri Berubah untuk Berbuah: Transfigurasi YesusPeneguhan Dua Nabi Besar PL, dan Selubung Bagi Mereka yang akan Binasa). Nyatanya dalam kehidupan sehari-hari, pikiran kita lebih banyak dibutakan oleh ilah zaman ini seperti
  • pola berpikir konsumerisme, 
  • sikap hidup yang hedonis (mencari kenikmatan dalam berbagai bentuk), 
  • kecenderungan yang egoistis, 
  • perasaan diri yang superior terhadap orang lain, 
  • upaya mengeksploitasi orang lain, 
  • secara sengaja mengembangkan sikap tamak, 
  • berlaku kejam dan sewenang-wenang kepada sesama.
Dalam hal ini makna memiliki pikiran Kristus sering hanya diartikan manakala kita memiliki pikiran “dogmatis” tentang Kristus, tetapi sangat miskin memiliki pola mental yang etis sebagaimana yang telah dipancarkan oleh Kristus dalam seluruh kehidupan-Nya.

Itu sebabnya kita sering gagal mempraktikkan makna Imitatio Christi tadi. Hidup kita tidak pernah mampu berubah secara kualitatif karena kita menolak untuk diubahkan oleh Kristus.

Karena hati kita telah berpaling dan terbelenggu oleh kuasa ilah zaman ini, maka kehidupan kita memancarkan gambar dan rupa dari kuasa dunia, walaupun secara dogmatis kita memiliki pengetahuan yang cukup kaya dan luas tentang Kristus.

Selubung yang menutupi mata rohani kita sering begitu lekat dan menyatu dengan kepribadian kita, sehingga kita sering tidak mampu bersikap obyektif dan kritis terhadap diri sendiri.

Itu sebabnya yang kita kembangkan adalah mekanisme mempertahankan diri sendiri (defence of mechanism), dan bukan sikap koreksi diri (self-correction).

Maka, ketika Kristus berkenan membuka selubung yang telah terkristalisasi dalam kepribadian kita, maka kepribadian kita akan dioperasi oleh-Nya agar memungkinkan kita memperoleh pencerahan iman untuk melihat kemuliaan Kristus.

Jika demikian, apakah kita bersedia diterangi oleh cahaya Kristus dan memperkenankan-Nya untuk membuka seluruh selubung yang menutupi mata rohani kita?



Kesetiaan Yang Berbuahkan Berkat

Pada saat nabi Elia akan diangkat ke surga, disebutkan bahwa ia senantiasa didampingi oleh nabi Elisa. Setiap kali nabi Elia menyuruh Elisa tetap tinggal di suatu tempat dan tidak mengikutinya seperti di Betel, Yerikho dan Yordan, ternyata Elisa lebih memilih untuk mengikutinya dan tidak mau meninggalkannya sedikitpun juga.

Sikap nabi Elisa tersebut mencerminkan kesetiaan seorang murid yang tetap ingin berada di samping gurunya, sehingga ia berkata, “Demi TUHAN yang hidup dan demi hidupmu sendiri, sesungguhnya aku tidak akan meninggalkan engkau” (II Raj 2:2.4.6).

Inilah kelebihan sikap nabi Elisa, yaitu kesetiaan dan kasih yang begitu tinggi kepada nabi Elia, gurunya. Karena itu tidaklah mengherankan bahwa ketika nabi Elia mengajukan pertanyaan kepada nabi Elisa, “Mintalah apa yang hendak kulakukan kepadamu, sebelum aku terangkat dari padamu” (II Raj. 2:9), nabi Elisa tidak mau meminta apapun juga selain, “Biarlah kiranya aku mendapat dua bagian dari rohmu”.

Nabi Elisa hanya mengharapkan kekuatan roh yang telah dianugerahkan Allah kepada Elia agar ia dapat menunaikan tugasnya sebagai nabi Allah. Permintaan nabi Elisa tersebut sebenarnya merupakan pemenuhan dari perintah Allah kepada nabi Elia (I Raj. 19:16). >>Lanjut Baca!


Lusius Sinurat

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.