iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Berubah Untuk Berbuah - Selubung Bagi Mereka yang akan Binasa

Berubah Untuk Berbuah - Selubung Bagi Mereka yang akan Binasa
Selubung Bagi Mereka yang akan Binasa
[ Scott Hutchison - Counterpoint figure painting oil]
Dua tulisan sebelumnya (Transfigurasi Yesus dan Peneguhan Dua Nabi Besar PL) telah menegaskan bahwa dalam peristiwa transfigurasi-Nya, Yesus melalui Injil Markus hendak menyatakan kepada umat bahwa tubuh kebangkitan-Nya kelak identik dengan tubuh kemuliaan-Nya sebagaimana dilihat oleh Petrus, Yohanes dan Yakobus.

Ini berarti bahwa sebenarnya misteri tubuh kebangkitan Kristus sedikit banyak telah disingkapkan dalam peristiwa transfigurasi-Nya di atas gunung. Karena itu Allah dalam peristiwa transfigurasi Yesus juga menyatakan: “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.” (Mark. 9:7).

Allah bukan hanya menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah, tetapi kita juga dipanggil untuk sungguh-sungguh mau mendengarkan perkataan-Nya. Kita dipanggil untuk tidak meragukan keabsahan Yesus sebagai Messias dan Anak Allah yang mulia.

Dasar iman yang demikian akan mempersekutukan diri kita dengan diri Yesus, sehingga persekutuan kita dengan Kristus tersebut juga akan mentransformasikan kehidupan kita untuk makin serupa dengan-Nya.

Dengan demikian kita bukan sekedar kagum dan terpesona pada cahaya kemuliaan Kristus, tetapi terlebih-lebih lagi dalam persekutuan dengan-Nya, kita semakin dimampukan untuk memancarkan cahaya kemuliaan-Nya dalam kehidupan kita sehari-hari.


Selubung Bagi Mereka Yang Akan Binasa

Dalam kehidupan sehari-hari tentunya kita tidak akan pernah melihat peristiwa transfigurasi Kristus sebagaimana yang disaksikan oleh Petrus, Yohanes dan Yakobus. Tetapi kita dimungkinkan untuk melihat kemuliaan Kristus melalui berita Injil atau firman Allah yang disaksikan oleh Kitab Suci.

Kita bersyukur bahwa kini berita Kitab Suci makin tersebar melalui berbagai macam cara, seperti percetakan dan penerbitan, internet, televisi, radio, khotbah dan berbagai pemberitaan firman.

Tetapi apakah berbagai media komunikasi tersebut secara otomatis dapat membuka mata rohani banyak orang dalam pembaharuan hidup untuk serupa dengan Kristus? Tentunya jawabannya: tidak otomatis!

Sebab seluruh berita Kitab Suci tersebut membutuhkan respon iman dari setiap orang yang mendengarnya. Bahkan kita harus senantiasa memberi respon dalam setiap aspek kehidupan dan setiap momen hidup kita agar kehidupan kita makin diubahkan untuk serupa dengan Kristus.

Dengan demikian respon iman kita terhadap berita yang disampaikan oleh Kitab Suci harus senantiasa bersifat dinamis dan eksistensial. Jadi tidak cukup bagi kita untuk mengaku percaya kepada Kristus di satu momen, tetapi kemudian kita lengah dan kehilangan iman di momen atau kesempatan yang lain.

Bukankah kita sering bersikap lengah dan kehilangan iman di berbagai momen kehidupan kita? Bahkan tidak jarang terjadi, beberapa orang anggota jemaat sampai akhir hidup mereka lebih memilih untuk meninggalkan Kristus.

Betapa mudahnya bagi kita untuk tertutup oleh selubung ketidakpercayaan kepada Kristus, sehingga kita tidak mampu lagi melihat kuasa dan kemuliaan-Nya sebagai Anak Allah.

Dalam II Kor 4:3-4 Rasul Paulus berkata, “Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa, yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah”.

Beberapa orang menafsirkan ucapan rasul Paulus tersebut untuk menunjuk orang-orang yang tidak percaya dan menolak Kristus selaku Tuhan dan Juru Selamat mereka.

Tentunya tafsiran tersebut tidaklah terlalu keliru, sebab surat ini dilatar-belakangi oleh pengalamannya saat ia memberitakan Injil di Troas dan di Makedonia (II Kor. 2:12-13) ketika sebagian orang mau menerima berita yang disampaikan, dan sebagian lain menolaknya (II Kor. 2:15-16).  >>Lanjut Baca!


Lusius Sinurat

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.