iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Gembalakanlah Domba-dombaku

Dalam rapat para gembala, sang pemimpin bertanya kepada salah satu gembala mudanya,

"Gembala mudaku, sebelumnya proficiat atas istana barumu. Saya hanya ingin bertanya padamu. Apa kesanmu atas istana barumu yang dibangun atas jerih payah domba-dombamu? Katakanlah sesuatu yang menggembirakan, sobat."

Spontan sang gembala muda itu meluruskan kerah bajunya dan merapikan lengan bajunya sebelum bangkit berdiri dari kursinya. Ia memang terkenal parlente, seperti juga teman-teman satu kelompoknya.

"Pimpinan gembala yang mulia, terimakasih atas waktu yang telah Yang mulia berikan untuk salah satu gembala terbaikmu ini."

Belum juga melanjutkan ungkapan hatinya, para gembala yang hadir sudah tak tahan untuk menyawernya dengan teriakan "huuuuu" seperti yang biasa diucapkan anggota Legislatif di Senayan.

"Hei, mengapa kalian meneriaki aku saat bicara? Tak sadarkah kalian bahwa aku ini orang berprestasi kendati masih muda? Lihatlah dirimu. Apa yang bisa kalian banggakan?" Celanya tak terima diprotes.

Untung saja pimpinan para gembala itu seorang bijaksana dan sangat penyabar, hingga peserta rapat akhirnya bisa kembali ditenangkan. Hanya saja kali ini mereka mulai sibuk dengan smartphone nya.

"Silahkan lanjutkan, gembala muda," pinta sang pemimpin yang juga double fungsi sebagai MC.

"Ok. Terimakasih yang mulia. Begini, para rekan-rekan gembala yang hadir disini. Sebagai seorang gembala berprestasi, inilah kesanku atas istana yang berdiri megah atas sumbangsih domba-domba pilihanku, di tempatku menggembala.

Hanya satu kesanku dengan istana baruku itu: 'Akhirnya saya bisa tidur nyaman di istana baru itu, setelah sekian lama aku selalu tidur dengan embikan domba-dombaku.'

Kalian pasti sudah tau betapa domba-domba yang kulayani saat ini adalah domba kampung yang sulit ditenangkan, dan selalu sibuk mencari makan hingga larut makan.

Jadi, itu saja kesanku, yang Mulia. Kurang lebihnya tanyakanlah kepada domba-dombaku suatu saat yang mulia datang berkunjung ke istanaku," katanya menutup sambutannya."

Sambil menggit bibirnya, Yang mulia, pimpinan para gembala dan pimpinan sidang pun angkat bicara.

"Hai gembala mudaku. Mengapa engkau begitu merasa hebat dengan istana barumu itu?

Apakah saudara sadar bahwa istanamu itu bisa berdiri megah dengan fasilitas yang wahhh itu justru diupayakan oleh domba-domba yang kau gembalakan?

Sadarkah engkau bahwa mereka justru rela membiarkan kandangnya bau tengik hingga anak dan bininya tidur beralaskan tanah dan jerami yang sudah busuk?
Kau bahkan lupa bahwa seorang gembala tak akan bisa melayani doma-dombanya dar istana? Oh Tuhan, betapa hina dirimu dengan kesombonganmu itu."


Sang pemimpiln menghela nafas panjang sebelum melanjutkan,

"Kendati demikian, ungkapan hatimu ditengah forum ini akan kujadikan sebagai pertimbangan untuk memutuskan sesuatu untukmu, juga semua gembala yang punya pandangan yang sama denganmu," tegas sang pimpinan gembala murka.

Semua gembala yang hadir hanya terdiam. Satu sama lain mereka saling berbisik sembari mengutuk tingkah gembala muda yang sok dan merasa diri seorang raja itu.

Sang pimpinan gembala pun kembali angkat bicara,
"Hai kalian semua gembala-gembalaku. Kalian harus ingat satu hal penting dalam tugas kita bersama: kita semua adalah gembala. Tugas seorang gembala adalah menjaga, merawat dan membimbing domba-domba ke padang hijau.

Tetapi apa yang barusan dikatakan gembala muda kita ini sungguh sangat memilukan. Ia tak menggiring dombanya ke padang hijau; ia justru membabat habis rumput hijau yang tak lain adalah makanan domba-dombanya demi menambah uang membangun istananya.

Akhirnya, inilah harapanku untuk kalian, dan juga untuk diriku: 'Apakah kita mencintai Sang Majikan yang mempercayai kita menggembalakan domba-dombaNya?'"


Semua gembala dengan lantang menjawab,
"Ya, yang mulia. Kami mencintainya."
"Baiklah kalau begitu. Semoga janjimu ini mengingatkanmu pada janji yang telah kauucapkan dahulu kepadaku dan kepada majikan kita bersama," tutup sang pemimpin seraya menutup pertemuan dengan doa.

Di akhir doa, entah datang dari mana, tiba-tiba terdengarlah suara ini, "Bila engkau mencintaiKu, gembalakanlah domba-dombaku !"

Mereka semua tercengang, bahkan saat sidang gembala telah ditutup oleh sang pemimpin. Mereka hanya bisa saling pandang satu sama lain, tentu sembari saling bergumam, 'Ternyata tak mudah menjadi gembala!'


Lusius Sinurat

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.