iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Ketika Mayat Ikut Pilkada

Ketika Mayat Ikut Pilkada

Mayat tak berpolitik lagi. Orang beragama percaya bahwa orang yang telah meninggal akan berubah wujud: kembali menjadi roh sebagiamana hakikatnya semula, lepas dari kefanaan tubuhnya.

Mayat tentu tak bertubuh lagi, hingga kategori ganteng atau cantik tak lagi memusingkan dirinya. Bahkan, ketika sudah meninggal, ia tak perlu lagi menjaga pola makan karena selama hidupnya di dunia, ia adalah seorang pengidap diabetes melitus, punya kelainan ginjal hingga kandungan kolesterol berlebih dalam tubuhnya.

Lagi, mayat tak perlu pusing lagi memikirkan angsuran mobil atau memilih paket asuransi untuk masa depannya, atau seberapa besar warisam yang mesti ia sisakan keturunannya.

Demikian juga, di bidang politik, terutama dalam merayakan pesta demokrasi, suaranya tak lagi memengaruhi jumlah pencoblos Anies-Sandi atau Basuki-Djarot.

Maka sangat aneh rasanya bila seonggok tubuh lunglai tak bernyawa tadi masih dikategorikan sebagai pendukung atau penentang paslon gubernur dan wakil gubernur DKI.

Ganjil bukan?
Ya, dan itu hanya terjadi di Jakarta, kota yang konon katanya menjadi tempat berperangnya sesama pencari ilmu untuk mengumpulkan harta dan mencari ketenaran.

Tak masuk akal, tentunya, ketika jenazah seorang muslimah tak disholatkan hanya karena keluarganya terang-terangan mendukung BaDja dan tak mendukung Anies-Sandi.

Hingga, para orang waras pun bertanya dari kemurnian pikirannya dan ketulusan hatinya, "Siapa sesungguhnya penista agama?"

A...su..dahlah. Tidak apa-apa. Mungkin inilah alur pikiran para ulama berlidah manis bak jagoannya, si Anis itu: "Orang yang dosanya tak dimaafkan ulama pendukung Paslon-3 juga tak akan diampuni oleh Allah SWT. Ia yang mati tak disholatkan pasti tak akan masuk surga."

Bisa jadi inilah awal kejatuhan logika dan pemikiran ilmiah para profesor doktor lulusan dalam/luar negeri, yang laku di televisi tapi tak didengar di rumah sendiri itu, tepatnya ketika mereka masih berebut satu suara di bilik suara pada Pilkada DKI Jakarta putaran kedua.

Andai Kasino Warkop masih hidup, dia akan bilang begini ke Indro, "Gila loe, nDro !"

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.