iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Prof. Lusius Sinurat yang Kudus

Prof. Lusius Sinurat yang Kudus
Alumni Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan, "Kota Kenang-kenangan" BANDUNG, IBUKOTA PROPINSI JAWA BARAT

Foto ini adalah Foto Stasi Induk, Paroki St. Paulus, Onan Runggu, Samosir, KAM, SUMUT. Sebuah paroki yang indah "kenang-kenangan" abadi dari Pastor Jenniskens, OFM Cap., perintis. Misionaris dari Propinsi Kapusin "Boladda," peletak "Batu Pertama" Gereja Katolik di ujung Timur Pulau Samosir.

Saudara Lusius adalah seorang penulis yang handal. Minatnya pada topik besar, yaitu Katolisitas, Budaya dan Pendidikan. Dia juga seniman, pencinta harmoni. Sebab itu juga, baru-baru ini, dia berfoto dengan "Dorbia manang Horbo" (Hewan atau Kerbau).

Fakta "foto Horbo" itu bisa saja menggugah kita akan Budaya Batak Asli di mana "Horbo" sebagai pralambang atau "Praeparatio Evangelica," Anak Domba Allah, "Agnus Dei," bukan begitu Fratello Febry Silaban?

Tulisan-tulisannya, jernih, sarat makna dengan diksi pilihan, gurih dan renyah serta tidak jarang menukik, menggelitik dan menohok. Sajian tulisan demikian, evangelisasi dalam bentuk karya-karya tulis, hanya datang dari pribadi yang bebas interesse pribadi. Buah dari permenungan dalam Terang Injil. Pastilah itu merupakan ekspresi "Sintire Cum Ecclesia" (Rasa Seperasaan dengan Gereja).

Sr. Roberta Harianja, Sylvia Hari sebagai akronim adalah puteri Paroki St. Paulus ini. Betapapun Fransiskan ini lahir dari pasutri Protestan, tetapi Dia amat mencintai Gereja dan setia habis (baca: total) kepada Kongregasinya, FCJM. Sr. Roberta Harianja memiliki "adagium khusus." Apa itu, "Asalna Guru do hamu!" Hahaaaa...

Biarawati yang berkanjang di dunia pendidikan itu, sudah memiliki jam terbang misi yang tinggi. Sekarang, dia menjadi guru di Sekolah Katolik di Air Molek, Keuskupan Padang, setelah sebelumnya berkarya di Atambua, NTT. Sr. Roberta adalah pribadi yang amat humoris, luwes dan sekaligus amat lugas dan "pedas" dalam pilihan kata. Karena Dia adalah pencita ketertiban yang menguduskan.

Paroki St. Paulus Onan Runggu amat kaya dengan panggilan religius. Posisi demografisnya begitu indah, permai. Namun, bagaimana posisi demografis Paroki yang telah digembalakan oleh para Imam Claretarian, CMF itu?

Mungkin, lebih berwibawa bila Sr. Henrika Gultom yang menjawabnya. Karena Biarawati yang cemerlang ini adalah salah seorang penggerak strategis Gereja KAM. Religius Genius dan terkesan "galak", tapi "sipata" alias kadang-kadang, bukan?

Refleksi berikut ini, mungkin bermakan bagi kita, apalagi jelang menuju Natal saat ini. Demikian, "Allah yang melampaui segala itu memakai kita CiptaanNya, buah KasihNya yang paling istimewa untuk ikut ambil bagian dalam KasihNya.

Salah satu dari itu adalah kita dimampukanNya berkomunikasi dan jadilah tulisan ini, tulisan sahabat sekalian, komunikasi yang tidak sempurna. Sepi ing pamrih. Ngemong!

Dalam ketiksempurnaan itu kita hidup bersama, saling menggugah, mencerahkan dan meneguhkan. Semoga isi dan bentuk maupun nuansa komunikasi kita semakin memadu kita menyambut KelahiranNya di tengah kita." Refleksi itu terinspirasi dari tulisan-tulisan Lusius Sinurat yang kualitasnya juga diakui oleh Pater Hubertus Lidi, OSC (Senior LS).

Banyak Biarawati dari Paroki ini, masih ada Sr. Lusi Situmorang. Apakah beliau masih menyembuh orang-orang sakit di Parsoburan? Ah, maaf, penulis tidak cukup wibawa untuk seolah mau tahu tentang para pendekar atau prajurit Gereja kita. Sebab itu, biarlah juga Pastor Bernardus Sijabat, Parochus Paroki St. Josef Parsoburan yang berdoa untuk kita.

Lusius Sinurat adalah sosok peziarah sejati di antara kita, Gereja Indonesia. "Preferential"-nya dari jiarahnya adalah Gereja Kaum Pinggiran dalam korelasinya dengan Gereja Diaspora, seperti Daud Ginting atau Norman, politisi atau pengusaha muda yang berbakat dan selalu berkobar-kobar.

Mereka adalah "lonceng-lonceng" KAM di dunia politik dan jagat usaha maupun evangelisasi dalam bentuk rupa tradisi modern, tulisan sebagai peradaban. Semua itu buah-buah integral ekspresi dari karya-karya pastoral selama empatpuluh tahun ini oleh Bapak Wilopo A. Hutapea yang kita banggakan, sebagaimana kita nukilkan dengan sumir beberapa hari yang lalu.

Antara Saudara Lusius dan Pater Nelson Sitanggang, OFM Cap, Vikaris Episkopalis Samosir hangat. Hal itu berarti, Lusius Sinurat juga saluran rahmat dan kasih Tuhan untuk Gereja kita, Kevikepan Samosir. Sementara, Oloan Simbolon OS, mungkin, seturut St. Agustinus, Uskup dan Pujangga Gereja dari Hippo, IV, "Cemas-cemas gelisah...," bukan? *) 😃

Selamat mar-GAUDETTE-ma da. Horas ma!
Duc in Altum

Penulis:Vincensius Sihombing