iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Pastor Tissa Balasuriya OMI dan Ekskomunikasi

Pastor Tissa Balasuriya OMI dan Ekskomunikasi

DEMI MEMBELA KAUM MISKIN DAN MARJINAL IA TAK PEDULI KETIKA DI-EKSKOMUNIKASI. Itulah Pastor Tissa Balasuriya OMI (29 Agustus 1924 – 17 Januari 2013) menghabiskan waktu bersama kaum marginal dan memperjuangkan keadilan sosial bagi mereka yang tertindas.

Ia adalah teolog Katolik yang sangat terkenal di Sri Lanka. Sehari-hari melayani para penghuni perkampungan kumuh, anak-anak yatim piatu, dan orang-orang yang miskin, terutama para pengemis yang tinggal di perkampungan kumuh Summit Pura (Kota Summit). Sebagai teolog dan aktivis kemanusiaan, Pastor Balasurya telah menulis 35 buku tentang HAM, teologi dan agama.

Buku-buku tersebut merupakan refleksi pengalaman pribadi Pastor Balasuriya selama aktif menangani isu-isu gender dan seksualitas, kemiskinan, hak buruh, isu etnis, lingkungan hidup, rekonsiliasi, pekerja perkebunan perempuan, komunitas nelayan dan petani.

Melalui buku-bukunya Pastor Balasuriya tak segan mengkritik Gereja Katolik yang tak berbuat banyak saat berhadapan dengan isu-isu sosial di Sri Lanka. Padahal Gereja selalu meneriakkan "preferential option for the poor", pembela si miskin dan siapa pun yang termarjinalkan.

Faktanya, Pastor Balasuriya menghidupi misi gereja itu dan menginginkan Gereja kembali pada misi tersebut. Ia menyuarakan kritiknya lewat buku "Mary and Human Liberation" (Maria dan Pembebasan Manusia. Nyatanya, buku ini justru memuat Vatikan murka, karena isinya dituduh melenceng dari doktrin Gereja. Pastor Balasuriya pun DI-EKSKOMUNIKASI pada tahun 1990.

Hebatnya, Pastor Balasuriya bukannya meninggalkan Gereja, tetapi tetap bertahan, menerimah hukuman dan tetap melakukan aktivitas sosialnya seperti semula.

Syukur kepada Tuhan, setelah melalui penyelidikan seksama tentang ajaran Gereja dalam padangan Pastor Balasuriya, Vatikan pun mencabut ekskomunikasi tersebut pada tahun 1998.

Gereja Katolik bertumbuh dan berkembang karena berbagai kritik, baik dari luar tetapi terutama dari dalam gereja itu sendiri. Tentu saja kritik itu cambuk bagi Gereja, terutama bagi kaum hirarki yang hidupnya terlalu nikmat hingga melupakan si miskin di sekitarnya.

Sejalan dengan ajakan Paus Fransiskus, Gereja harus kembali pada misi keselamatan yang dibawa Yesus.


Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.