iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Menelusuri Jejak Raja Sinurat dan Keturunannya

Menelusuri Jejak Raja Sinurat dan Keturunannya


Tarombo (silsilah orang Batak Toba) tak dapat dipisahkan dari keberadaan marga. Marga yang dimaksud di sini ialah nama nenek moyang yang disematkan di nama akhir orang Batak Toba. Marga tak melulu sebagai "alat pemersatu" masyarakat dalam rumpun marga tertentu, tetapi juga sebagai notifikasi bagi orang Batak Toba yang bermarga dalam memposisikan diri ditengah adat dan dalam keseharian mereka sebagai orang Batak Toba.

Penulisan tarombo Sinurat ditulis dalam bingkai falsafat Batak Toba Dalihan Natolu. Falsafah Dalihan Natolu, paopat sihal-sihal dimaknakan sebagai kebersamaan yang cukup adil dalam kehidupan masyarakat Batak Toba, sebagaimana dirumuskan dalam pesan magis ini: “Somba marhula-hula / manat mardongan tubu / elek marboru.” Konsekuensinya, 
  • angka na so somba marhula-hula siraraon ma gadongna (mereka yang tidak hormat pada saudara laki-laki dari pihak perempuan maka mereka akan makan nasi dari padi yang rusak / bulirnya berwarna merah); 
  • molo so manat mardongan tubu natajom ma adopanna (mereka yang tidak hat-hati dihadapan saudara sekandungnya akan menghadapi kesulitan dalam hidupnya); dan 
  • molo so elek marboru andurabion ma tarusanna (mereka yang tidak mencintai perempuan dalam keluarganya, maka mereka akan menyusui dari ibu yang susunya sakit).
Ada dua bentuk kekerabatan bagi suku Batak Toba, yakni berdasarkan garis keturunan (genealogi) dan berdasarkan sosiologis. 
  • Bentuk kekerabatan berdasarkan garis keturunan (genealogi) - tampil dalam silsilah marga mulai dari Si Raja Batak, di mana semua suku bangsa Batak Toba memiliki marga. 
  • Bentuk kekerabatan berdasarkan sosiologis - terjadi melalui perjanjian (padan) antar marga tertentu maupun karena perkawinan.
Marga dan tarombo menjadi gerbang utama bagi sistem kekerabatan masyarakat Batak Toba. Kekerabatan menyangkut hubungan hukum antar orang dalam pergaulan hidup. 

Bagi masyarakat Batak Toba, marga merupakan jati diri atau identitas sosial kultural yang hingga saat ini dianut (Siagian, 1992: 19) atau kelompok kekerabatan menurut garis patrilineal (Sinaga, 2006: 227). Marga sangat sental untuk mengetahui tarombo (silsilah) dan partuturon (hubungan kekerabatan) seorang Batak Toba dengan Batak Toba lainnya dalam falsafah Dalihan Natolu.

Tarombo membuat orang Batak Toba yang bermarga tertentu dapat mengetahui generasi ke berapa dirinya dan hubungan kekerabatannya dengan marga-marga Batak Toba lainnya. Seorang Batak Toba, oleh karenanya wajib mengetahui tarombo-nya agar ia tahu letak hubungan kekerabatannya dalam falsafah Dalihan Natolu

Tarombo adalah silsilah, asal usul menurut garis keturunan ayah atau patrilineal dalam suku Batak Toba. Tarombo si Batak Toba bermula dari Raja Batak, leluhur orang Batak Toba yang berdiam di lereng Pusuk Buhit, Sianjur Mulamula. 

Demikianlah Dalihan Natolu Paopat Sihal-sihal telah menjadi sumber hukum masyarakat Batak Toba sejak dulu hingga kini: "Ompunta naparjolo, martungkot salagundi; Adat napinungka ni naparjolo, sipaihut-ihut on ni na parpudi." 

Salagundi adalah adalah sejenis tumbuhan yang biasa tumbuh berdampingan hingga akar mereka saling berikatan kuat hingga menjalar ke mana-mana. Akar yang saling membelit itu membuat ikatan yang kuat dapat menahan tanah longsor. Akar salagundi yg merambat kemana-mana melahirkan tunas baru, menjadi salagundi-salagundi baru. 

Simbol Salagundi bermakna filosofis. Sebagaimana salagundi dapat hidup berdampingan dan saling membantu dengan tumbuhan lain tanpa kehilangan identitasnya. Sama seperti salagundi yang merambat kemana-mana, melilit apa saja, melahirkan tunas baru, demikianlah kita tetap berbaur, saling terikat satu sama lain tanpa kehilangan kekhasan kita sebagai orang Batak. 

Demikian juga keturuan Sinurat, sebagai bagian dari orang Batak Toba, Sinurat tetap berpegang teguh pada filsafat hidup masyarakat Batak, Dalihan Natolu (patik dohot uhum) dalam kehidupan sehari-hari mereka. Kini marga Sinurat telah menyebar ke seluruh pelosok Indonesia, bahkan sampai ke luar negeri. Sehigga banyak yang tidak lagi mengetahui silsilahnya atau asal-usulnya. 

Di titik inilah para orang tua (natua-tua) Sinurat tetap menceritakan dan memberitahu kepada generasi penerus, agar mereka dapat mengetahu asal usul marga mereka, Sinurat. Marga Sinurat adalah anak dari Sinabutar, yang merupakan anak keempat dari Raja Bunga-bunga/Raja Parmahan. Raja Parmahan sendiri adalah anak kedua dari Rumasondi. Rumasondi adalah anak pertama dari Raja Sondi; dan Raja Sondi Raja adalah anak ketiga dari Raja Silahisabungan. 

Marga Sinurat berasal dari Bonapasogit Sibisa dan kini sudah menyebar keseluruh penjuru wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan dunia. (bersambung)

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.