iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Tiktok - Tempat kaum Influencers dan Deinfluencer Mencati Perhatian

Tiktok - Tempat kaum Influencers dan Deinfluencer Mencati Perhatian


Pemerintah Amerika telah berkali-kali berencana melarang penggunaan aplikasi tiktok di negaranya.

Namun, karena alasannya terlalu politis dan berbau isu inteligensi, , maka warganya tak menggubris larangan tersebut

Seperti munculnya aplikasi media sosial sebelumnya, tiktok juga hadir dengan segala kehebohan yang ditimbulkannya.

Tiktok lebih candu dari nikotin dalam rokok, kafein dalam kopi, bahkan seks dalqm hubungan suami-istri.

Kalau di kita men-scroll postingan orang di Instagram, Facebook, Twitter, Uhive, dll.., maka akan siberi rem. Taoi di Tiktok "rem" nya blong. Tak ada akhir dari pencarian kita!

Kendati logonya terlalu norak, tapi nyatanya, tiktok telah menjadi "rumah" paling rame dan paling brisik.

Tak heran bila anak-anak generadi Y dan Z mengatakan bahwa tiktok adalah rumah mereka. Menurut generasi kaum rebahanini, kini Facebook adalah rumah kakek-nenek mereka, Instagram itu rumah ayah-ibunya yang suka posting foto lama, dan Twitter itu rumah kakak, adik, sepupu yang bandal dan nakal.

Ada benarnya. Di tiktok Anda bisa mencari dan menemukan apa saja, mulai dari toko laptop hingga toko smartphone, jual pemotong kuku hingga pemotong rumput, bahkan jualan status janda pun ada.

Tiktok emang lebih dari sekedar toserba, sebab fasilitas filter-nya berhasil mengubah penampilan bopeng jadi mulus.

Semua aplikasi medsos yang ada, khususnya tiktok memang disediakan sebagai panggung #catwalk bagi kaum narsistik, #lembarfotokopian bagi kaum kutipers, #corongdakwah bagi para pendakwah ilegal, bahkan menjadi #lapak bagi pedagang dan #cerminajaib bagi kaum narsistik.

Secara tidak sadar kita melihat perang antara kaum#incluencer #deinfluencer di Tiktok.

Ada orang yang tak bisa berhenti menyiarkan langsung aktivitasnya dan maniak belanja apa saja untuk menunjang penampilannya.

Tapi ada juga orang yang sadar dan segera berhenti menggunakan terlalu banyak barang-barang yang tak penting, apalagi seken.

Anehnya, baik influencers maupun deinfluencers justru punya tujuan yang sama, yakni mendapatkan lebih banyak perhatian — dan uang !

Seru ya!

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.