Menurut legenda atau kepercayaan kuno, hanya burung elang atau rajawali yang mampu terbang ke langit sambil menatap matahari tanpa menjadi buta. Gereja Yunani, sejak abad ke IV “menahbiskan” penulis Injil Yohanes sebagai "Sang Teolog", yakni pemikir ulung tentang hal-hal ilahi, merenungkan dan mengalaminya (Yoh 1:14; bdk juga 1 Yoh 1:1-4).
Salah satu ciri penting dari injil ini adalah pemakaian simbol-simbol. Simbol adalah sesuatu (entah berupa benda atau peristiwa) yang menandakan atau menunjuk pada suatu hal lain. Misalnya, air yang diubah oleh Yesus menjadi anggur menyimbolkan perubahan Perjanjian Lama menjadi Perjanjian Baru (Yoh 2:1-12). Yohanes memakai istilah “tanda” (semeion) untuk menyebut mukjizat. Oleh karena itu, kita harus melihat sesuatu yang lebih mendalam dan rohani dibalik mukjizat air menjadi anggur.
Begitu juga Bait Allah yang merupakan tempat pertemuan Allah dan umat-Nya dilihat sebagai simbol untuk pribadi Yesus yang merupakan tempat yang baru perjumpaan Allah dengan umat-Nya (2:21). Jadi, di dalam membaca Injil Yohanes kita perlu waspada terhadap arti simbolisnya.
Salah satu ciri penting dari injil ini adalah pemakaian simbol-simbol. Simbol adalah sesuatu (entah berupa benda atau peristiwa) yang menandakan atau menunjuk pada suatu hal lain. Misalnya, air yang diubah oleh Yesus menjadi anggur menyimbolkan perubahan Perjanjian Lama menjadi Perjanjian Baru (Yoh 2:1-12). Yohanes memakai istilah “tanda” (semeion) untuk menyebut mukjizat. Oleh karena itu, kita harus melihat sesuatu yang lebih mendalam dan rohani dibalik mukjizat air menjadi anggur.
Begitu juga Bait Allah yang merupakan tempat pertemuan Allah dan umat-Nya dilihat sebagai simbol untuk pribadi Yesus yang merupakan tempat yang baru perjumpaan Allah dengan umat-Nya (2:21). Jadi, di dalam membaca Injil Yohanes kita perlu waspada terhadap arti simbolisnya.
Tentang hal ini Yohanes sudah mengingatkan kita dalam dalam Prolognya (Yoh 1:1-18). Dalam Prolog, Injil Yohanes mewartakan manusia Yesus dari Nazaret ternyata orang harus melihat Anak Allah sendiri atau Sang Sabda.
Sedemikain kayanya gagasan teologi Yohanes dan kegemarannya memakai simbolisme ini, sehingga Clemens dari Alexandria (Eusebius, Historia Ecclesiae, VI,14,7) menganggap injil Yohanes sebagai suatu injil rohani (pneumatikon) yang ditulis untuk melengkapi injil-injil sinoptik.
Sedemikain kayanya gagasan teologi Yohanes dan kegemarannya memakai simbolisme ini, sehingga Clemens dari Alexandria (Eusebius, Historia Ecclesiae, VI,14,7) menganggap injil Yohanes sebagai suatu injil rohani (pneumatikon) yang ditulis untuk melengkapi injil-injil sinoptik.
Menurut Clemens, injil-injil sinoptik adalah injil jasmaniah (somatikon), karena hanya menyajikan peristiwa, sabda dan karya Yesus belaka tanpa memberikan penafsiran rohaninya yang lebih mendalam. Pendapat Clemens ini tidak seluruhnya benar, karena injil-injil sinoptik pun tidak melulu memberikan informasi belaka tentang kejadian masa lampau tentang Yesus, tapi juga mewartakan makna rohaninya.
Namun harus kita akui bahwa Injil Yohanes lebih menekankan ajaran dan pewahyuan diri Yesus Kristus daripada menekankan peristiwa demi peristiwa. Itu sebabnya H. Strathmann 1973:363-364) mempersoalkan karya ini sebagai jenis literer “injil” atau jenis literer “khotbah-khotbah pewahyuan”?
Walau banyak perbedaan dengan Injil Sinoptik, namun Injil Yohanes masih dapat disebut "Injil", karena dua alasan berikut ini:

Walau banyak perbedaan dengan Injil Sinoptik, namun Injil Yohanes masih dapat disebut "Injil", karena dua alasan berikut ini:
- Dalam arti kata yang sebenarnya "injil" adalah kabar gembira tentang keselamatan yang datang melalui Yesus Kristus, bukan pertama-tama catatan sejarah tentang karya dan kata-kata-Nya belaka. Dalam arti ini, injil Yohanes malah merupakan injil yang paling matang (R. Schnackenburg, 1968 :12).
- Injil Yohanes mewartakan juga kebenaran-kebenaran teologis tentang Yesus Kristus dalam kerangka sejarah; adapun kerangka sejarahnya secara garis besar sama dengan pada injil-injil sinoptik, yakni: peristiwa-peristiwa tentang Yesus mulai dari pembaptisan-Nya (Yoh 1:32dst) sampai dengan kebangkitan-Nya (Yoh 20). Bahkan dewasa ini mulai banyak ahli yang berpendapat bahwa dalam beberapa hal, catatan sejarah dan petunjuk tempat dalam Injil Yohanes lebih layak dipercaya.

Posting Komentar