iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Injil Yohanes

Injil Yohanes adalah salah satu dari empat Injil kanonik dalam Perjanjian Baru. Injil ini sering juga disebut dengan “Injil Keempat” (The Fourth Gospel). Dipercaya bahwa Injil Yohanes ditulis antara tahun 90 M dan 100 M, atau 60 tahun setelah Yesus wafat dan naik ke surga.

Selama 60 tahun itu pemahaman iman akan misteri Yesus Kristus semakin berkembang dan menjadi semakin matang berkat doa, renungan dan ibadat (Dei Verbum art. 8). Semuanya ini bisa terjadi berkat bimbingan Roh Kudus (Yoh 16:13).

Dalam injilnya, Yohanes sendiri sadar betul akan bantuan Roh yang menuntun jemaat kristen sampai kepada pemahaman yang matang akan misteri Yesus Kristus.

Yohanes menulis Injilnya untuk membagikan kehidupan dan ajaran Yesus kepada orang lain agar mereka percaya kepada-Nya dan memiliki hidup yang kekal. 

Latar belakangnya sebagai salah seorang murid Yesus memainkan peran penting dalam penulisan Injilnya. Yohanes bahkan menyebut dirinya sebagai “murid yang dikasihi”, karena salah satu dari 12 murid yang dipilih oleh Yesus, menjadi sahabat terdekat Yesus, dan memiliki hubungan yang unik dengan Yesus.

Bahkan dalam banyak peristiwa penting Yohanes selalu hadir dalam kehidupan Yesus, seperti pada saat Perjamuan Terakhir dan penyaliban Yesus. Bukti-bukti ini ini memungkinkan Yohanes memiliki catatan langsung tentang ajaran dan mukjizat Yesus, sebagaimana telah ia tuliskan dalam Injilnya.

Dengan demikian, Injil Yohanes berakar pada hubungan pribadi rasul Yohanes dengan Yesus. Pengalaman dan pengetahuannya secara langsung tentang ajaran-ajaran Yesus tentu turut memengaruhi isi dan gaya penulisan Injil ini.

Yohanes menulis dengan tujuan untuk membagikan kehidupan dan ajaran Yesus agar orang-orang percaya kepada-Nya dan memiliki hidup yang kekal. Injil Yohanes juga membahas tantangan-tantangan yang dihadapi oleh komunitas Kristen mula-mula dan memberikan dorongan dan jaminan akan iman mereka. Aspek penting lainnya dari latar belakang Injil Yohanes adalah pembacanya.

Untuk mendalami Injil Yohanes, saya akan menggiring pembaca untuk merenungkan pertanyaannya berikut ini:
  1. Apa saja ayat-ayat terkenal dalam Injil Yohanes?
  2. Bagaimana dengan Struktur dan Inti Injil Yohanes?
  3. Apa saja tema teologis Injil Yohanes (dalam kaitannya dengan Logos, Kesatuan Bapa dan Anak dan kata-kata: "Aku adalah" atau "Akulah")?
  4. Apa saja keunikan Injil Yohanes? Apa saja judul perikop dalam Injil Yohanes? 
  5. Mengapa Injil Yohanes identik dengan angka tujuh? 
Satu hal yang jelas, Injil Yohanes lebih berfokus pada aspek-aspek spiritual dan teologis dari pelayanan Yesus daripada peristiwa-peristiwa kronologisnya. Yohanes memuat percakapan-percakapan intim antara Yesus dan murid-murid-Nya, serta ajaran-ajaran yang mendalam seperti pernyataan "Akulah…", di mana Yesus menyatakan identitas-Nya sebagai Anak Allah.

Ini lantas berarti Yohanes menulis Injil ini, baik untuk orang-orang Yahudi maupun orang-orang non-Yahudi. Ia ingin menunjukkan bahwa Yesus, Mesias Yahudi, bukan hanya untuk orang Yahudi tetapi juga untuk semua orang.

Yohanes menekankan pesan universal tentang keselamatan melalui iman kepada Yesus, yang sangat penting bagi komunitas Kristen mula-mula. Demikian juga penulisan buku ini bertujuan untuk membantu umat dalam melawan segala bentuk gnostisisme modern lewat kemampuan mempertahankan iman mereka (apologetik), tepatnya “Supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya" (Yoh 20: 31).

Dalam injilnya, Yohanes fokus pada penggunaan simbolisme, metafora, karakter yang kontras, pengulangan, dan penekanan pada identitas Yesus. Salah satu aspek penting dari metode penulisan Yohanes adalah penggunaan simbolisme.

Penggunaan simbol ini bertujuan untuk menyampaikan makna yang lebih mendalam. Sebagai contoh, Yesus digambarkan sebagai “Anak Domba Allah”, yang melambangkan kematian-Nya sebagai korban untuk keselamatan umat manusia.

Yohanes juga menulis tentang Yesus sebagai “terang dunia”, yang mengontraskan kegelapan dengan penerangan ilahi. Simbol-simbol ini membantu para pembaca untuk memahami makna spiritual dari tindakan dan ajaran Yesus.

Selain simbol, dalam tulisannya Yohanes juga menggunakan metafora. Metafora adalah perbandingan yang menyoroti karakteristik atau kualitas tertentu. Sebagai contoh, Yesus menggambarkan diri-Nya sebagai “roti hidup”, yang menandakan bahwa Ia memelihara jiwa manusia, sama seperti roti fisik yang menopang tubuh mereka. Dengan menggunakan metafora, konsep abstrak menjadi lebih mudah dipahami oleh para pembaca.

Penggunaan karakter-karakter yang kontras juga dilakukan oleh Yohanes untuk menekankan pesannya. Contohnya saat ia sering menampilkan Yesus sebagai kebalikan dari karakter seperti Nikodemus, orang Farisi, atau para pemimpin agama pada masa itu.

Karakter-karakter ini mewakili praktik-praktik legal versus kemunafikan. Di sisi lain, Yohanes juga menampilkan karakter Yesus sebagai perwujudan kasih, kasih karunia, dan kebenaran.

Dengan menempatkan karakter-karakter yang kontras ini secara berdampingan, Yohanes ingin menunjukkan keunggulan ajaran dan tindakan Yesus.

*Sumber: R.P. Laurentius Prasetyo CDD, Injil Yohanes Dalam Konteks Masa Kini, Pontianak: 2023

selanjutnya: 2 > 3 > 4 > 5

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.