Menurut tradisi, sebagaimana juga ditegaskan oleh Bapak Gereja pada masa zaman ke-2, Ireneus, penulis Injil Yohanes ialah Yohanes bin Zebedeus, murid Yesus (Samuel Benyamin Hakh, 2010:302-310).
Tradisi gereja hingga sekarang menya-makan penulis Injil ini dengan "murid yang dikasihi Yesus". Memang, dalam semua Injil, nama Yohanes bin Zebedeus tidak dibicarakan samas ekali, padahal menurut Injil Sinoptik, murid-murid yang paling dekat dengan Yesus adalah Petrus, Yohanes bin Zebedeus, dan Yakobus bin Zebedeus (Mat 17:1; Mrk 5:37; Mrk 14:33). Hal ini menunjukkan bahwa Yohanes sendirilah yang menuturkan kisah-kisah dalam Injil tersebut.
Gagasan ini semakin menegaskan bahwa Yohanes bin Zebedeus adalah penulis Injil ini, karena dia murid yang hidup cukup lama dibandingkan Yakobus yang mati terbunuh pada 41 M: "Jawab Yesus: 'Jika-lau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku.' Maka tersebarlah kabar di antara saudara-saudara itu, bahwa murid itu tidak akan mati. Tetapi Yesus tidak mengatakan kepada Petrus, bahwa murid itu tidak akan mati, melainkan: 'Jikalau Aku menghendaki supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu.'" (Yoh 21:22-23)
Kanon Muratori mengindikasikan bahwa Yohanes menyusun Injil ini dengan sepengetahuan, bahkan atas doro-ngan rasul-rasul yang lain, kecuali Andreas (Yoh 13:23). Jadi jelas, penulis Injil ini bukanlah Petrus (Yoh 20:2), karena Yohanes menjelaskan kalau Petrus adalah murid yang dipertentangkan (Yoh 21:20). Kalau begitu, siapa penulis Injil Yohanes? Sebelum menjawab pertanyaan di atas, perlu dijelaskan istilah pengarang dan penulis.
Dalam Kitab Suci, istilah “pengarang” mempunyai arti yang sangat luas:
- Seseorang yang dianggap bertanggung jawab (yang memberi ilham/yang menjadi sumber penulisan suatu buku).
- Seorang pengarang (author) tidak harus sekaligus seorang penulis (writer) atau orang yang mengangkat pena lalu duduk untuk menulis.
- Seorang pengarang cukup bertanggung jawab atas isi pokok (ide-ide dasar) dari suatu karya tulis; sedangkan pengolahan dan penulisannya bisa dikerjakan oleh orang lain.
- Contoh, [1]kitab Taurat Musa tidak ditulis oleh Musa sendiri, namun karena orang percaya bahwa ajaran dan kewibawaan Musa ada dibalik kitab itu, maka Musa dianggap sebagai pengarangnya.[2] Surat Paulus kepada jemaat di Roma ditulis oleh Tertius (Rm 16:22), tapi karena isi (pokok) surat itu berasal dari Paulus, maka pengarangnya tetap Paulus.
Tentang hal ini terdapat dua petunjuk (bukan bukti!) yang bisa mendukung pendapat tradisional ini, yakni petunjuk intern (berdasarkan injil itu sendiri) dan petunjuk extern (berasal dari luar injil).
A. Petunjuk Intern
Dari Yohanes 19:35 - "Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya.” kita bisa menyimpulkan bahwa Injil ini berasal dari orang yang secara pribadi menyaksikan penikaman lambung Yesus. Dan dia memberikan kesaksian tentang hal itu kepada kita dan kesaksiannya itu bisa dipercaya. Siapakah dia itu?
Dia adalah murid yang dikasih Yesus yang memang sedang berada di bawah salib (Yoh 19:26: “Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!"). Lebih jelas lagi, “Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar.” (Yoh 21:24).
Kata “semuanya ini” berarti seluruh injil; "Dialah murid" menunjuk pada murid yang baru saja disebut sebelumnya (Yoh 21:20-23), yaitu murid yang dikasihi Yesus. Dialah yang menjadi saksi dari semua yang dituliskan pada injil ini; dengan kata lain dia itu pengarang (dalam arti luas) injil keempat.
Siapakah dia yang disebut “murid yang dikasihi” itu? Penelitian mengenai istilah murid yang dikasihi dalam Injil Yohanes membentangkan tiga petunjuk berikut:
Siapakah dia yang disebut “murid yang dikasihi” itu? Penelitian mengenai istilah murid yang dikasihi dalam Injil Yohanes membentangkan tiga petunjuk berikut:
- Istilah "murid yang dikasihi" muncul pada Yoh 13:23-26; Yoh 19:25-27; Yoh 20:2-10; Yoh 21:7; Yoh 21:20-23; dan Yoh 21:24.
- Pada Yoh 20:2, murid yang dikasihi itu disamakan dengan "murid yang lain". Murid yang dikasihi itu seringkali disebut bersama dengan Petrus: Yoh 13:23-26; Yoh 18:15; Yoh 20:2-10; Yoh 21:7; dan Yoh 21:20-23.
- Kis 3:1—Pada suatu hari menjelang waktu sembahyang, yaitu pukul tiga petang, naiklah Petrus dan Yohanes ke Bait Allah;
- Kis 3:11—Karena orang itu tetap mengikuti Petrus dan Yohanes, maka seluruh orang banyak yang sangat keheranan itu datang mengerumuni mereka di serambi yang disebut Serambi Salomo;
- Kis 4:1—Ketika Petrus dan Yohanes sedang berbicara kepada orang banyak, mereka tiba-tiba didatangi imam-imam dan kepala pengawal Bait Allah serta orang-orang Saduki; dan
- Kis 8:14—Ketika rasul-rasul di Yerusalem mendengar, bahwa tanah Samaria telah menerima firman Allah, mereka mengutus Petrus dan Yohanes ke situ.
Maka mungkin sekali "murid yang dikasihi" yang menjadi pengarang Injil Yohanes adalah rasul Yohanes. Tafsiran ini bisa diperkuat oleh fakta bahwa nama "Yohanes" (Ibrani: Iochanan; Iechochanan) berarti "Yahweh berbelaskasih" atau "Yahweh penyayang". Pengertian ini sesuai dengan sebutan "murid yang dikasihi."
Beberapa ekseget mengajukan keberatan terhadap pandangan tradisional di atas. Mereka berpendapat bahwa tidak mungkin seorang nelayan dari Galilea yang tak terpelajar (bdk Kis 4:13 - mereka itu buta huruf!) bisa menulis injil, yang mempunyai perhatian besar terhadap Yerusalem dan ibadah-ibadah Yahudi, dan mengenal Imam Besar di Yerusalem, dan sebagainya? Tetapi menurut hemat kami keberatan-keberatan di atas tidak cukup kuat.
Beberapa ekseget mengajukan keberatan terhadap pandangan tradisional di atas. Mereka berpendapat bahwa tidak mungkin seorang nelayan dari Galilea yang tak terpelajar (bdk Kis 4:13 - mereka itu buta huruf!) bisa menulis injil, yang mempunyai perhatian besar terhadap Yerusalem dan ibadah-ibadah Yahudi, dan mengenal Imam Besar di Yerusalem, dan sebagainya? Tetapi menurut hemat kami keberatan-keberatan di atas tidak cukup kuat.
Terhadap keberatan "seorang nelayan bisa menulis injil" mari kita bedah:
B. Petunjuk Ekstern
Cukuplah kita ketahui bahwa ada dokumen-dokumen kuno yang mengatakan bahwa Yohanes rasul adalah pengarang injil keempat. Misalnya, Ireneus mengatakan bahwa sesudah injil-injil lain ditulis, Yohanes, murid Tuhan yang bersandar pada dada Tuhan (bdk Yoh 13:23; 20:20) menerbitkan Injil-nya di Efesus. Lalu, sebuah dokumen kuno (kira-kira dari tahun 200 M), bernama Fragmen Muratorian mengatakan: "Injil keempat ditulis oleh murid Tuhan yang bernama Yohanes."
- Injil Keempat ini ditulis menjelang akhir abad pertama. Mungkin saja dalam kurun waktu 40 tahun atau lebih, rasul Yohanes belajar menulis.
- Jika memang Yohanes sendiri yang menulis injil ini, maka bisa kita pahami mengapa bahasa Yunani-nya miskin perbendaharaan katanya, style-nya juga kurang, sangat sederhana, dan tidak sesuai sepenuhnya dengan tata Bahasa Yunani Klasik maupun Yunani koine. Hal ini menunjukkan bahwa penulisnya bukanlah seorang Yunani, tetapi ia belajar bahasa Yunani di masa dewasanya.
- Namun, seperti pendapat banyak ahli, injil Yohanes kemungkinan besar ditulis oleh salah seorang murid Yohanes atau sekelompok muridnya yang tergabung dalam sekolah atau lingkaran Yohanes, namun isi-isi pokok Injil Yohanes berasal dari ajaran rasul Yohanes sendiri.
- Tidak perlu hal tersebut bertentangan dengan asal-usul rasul Yohanes yang nelayan itu. Sebab setiap orang Yahudi yang saleh pasti memahami pesta-pesta Yahudi dengan baik.
- Terhadap keberatan “bagaimana mungkin seorang nelayan bisa mengenal imam besar” (bdk Yoh 18:15)
- Perlu diingat bahwa Yohanes adalah anak Zebedeus (yang mempunyai perahu dan banyak pekerja; Mrk 1:20).
- Benarkah seorang nelayan kaya tak mungkin mengenal imam besar di Yerusalem? H. Riesenfield berpendapat, mungkin saja rasul Yohanes dahulu adalah seorang imam yang bekerja sebagai nelayan, khususnya disaat ia tidak bertugas di Yerusalem (J.N. Sanders & B.A. Mastin, 1985: 30).
- Dalam injil Yohanes, Lazarus adalah satu-satunya lelaki dalam Injil Yohanes yang disebut sebagai “yang dikasihi Yesus” (Yoh 11:3.11.16 dengan kata kerja philein; sedang dalam 11:5 dipakai kata kerja agapan).
- Istilah “murid yang dikasihi Yesus” hanya muncul setelah kisah pembangkitan Lazarus (R. E. Brown, The Gospel According to John I-XII (Anchor Bible 29; Garden City, NY, 1966) XCV)
B. Petunjuk Ekstern
Cukuplah kita ketahui bahwa ada dokumen-dokumen kuno yang mengatakan bahwa Yohanes rasul adalah pengarang injil keempat. Misalnya, Ireneus mengatakan bahwa sesudah injil-injil lain ditulis, Yohanes, murid Tuhan yang bersandar pada dada Tuhan (bdk Yoh 13:23; 20:20) menerbitkan Injil-nya di Efesus. Lalu, sebuah dokumen kuno (kira-kira dari tahun 200 M), bernama Fragmen Muratorian mengatakan: "Injil keempat ditulis oleh murid Tuhan yang bernama Yohanes."
*Sumber: R.P. Laurentius Prasetyo CDD, Injil Yohanes Dalam Konteks Masa Kini, Pontianak: 2023

Posting Komentar