iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Dialog Sebagai Gerbang Kerukukan dan Keharmonisan

Dialog Sebagai Gerbang Kerukukan dan Keharmonisan
Dialog di sini mesti benar-benar menggunakan matra bahasa agama, bukan hanya sebagai data yang harus direfleksikan, melainkan juga dievaluasi dan ditafsir untuk suatu kebutuhan pemanusiaan manusia. Dialog yang dimaksudkan di sini adalah
  1. dialog (yang mencakup:) antar-personal, antar-profesional, dan inter-disipliner, 
  2. dialog yang melibatkan ilmu-ilmu manusiawi lainnya, 
  3. dialog yang di kemudian hari akan menghasilkan buah [condition for fruitful dialogue], 
  4. dialog yang fokus pada masalah-masalah bersama dari sifat-sifat manusia dan menuju suatu transformasi. 
Dengan dialog itu, kita menggunakan seluruh kemampuan “mendengar’ [listening skill] untuk dapat mengerti dan memasuki dunia klient, yang mungkin kebetulan berbeda agama dengan kita. Ini bertujuan untuk:
  1. memahami karakter klient, dan dari situ bagaimana merumuskan metode pendampingan [pastoral care] yang tepat lewat suatu perjumpaan dan percakapan [encounter and conversation]. 
  2. menjangkau segmen-segmen sekuler di luar batasan agama itu, dan masuk ke dalam horizon pergaulan antar umat beragama. 
  3. bercorak religion caring and counseling, yaitu suatu relasi pelayanan interpersonal dalam perspektif yang utuh dari kehidupan manusia. 
  4. membuat masyarakat terbebas atau membebaskan diri dari pengaruh-pengaruh yang merusak, termasuk konflik itu pula. 
Dengan cara ini diharapkan agar setiap komponen agama memainkan peran kunci dalam mengembangkan dialog yang menyejukkan, hingga terciptalah kerukunan dan keharmonisan sosial di sekitar kita.

Akhir kata, dalam pendekatan teologi-biblis Katolik dikatakan: "Kristus adalah Sabda yang menjadi daging dan tinggal di antara kita" (Yoh 1:14). Demikian juga agama (kristen) harus menjelma ke dalam dunia, dengan budaya, tradisi dan bahasa lokal-nya. Hanya dengan cara inilah setiap agama senantiasa mencari cara untuk memproklamirkan Kristus dengan cara yang relevan (RM 52). Semoga! (Baca kembali dari awal)


Medan, 17 Desember 2009


Bahan Bacaan: 
  • A’la, Abd., Melampaui Dialog Agama. Jakarta: Penerbit Kompas, 2002 
  • Arun SJ, Joe, Taming the Global demagogue. 2007 
  • Panikkar, Raymundo, Dialog dan Dialogis (terjemahan oleh Ahmad Norma Permata) dalam Metodologi Stido Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000 
  • Paul II, Yohanes, Redemptoris Missio No.52 
  • Shihab., Alwi, Islam Inklusif: Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama. Bandung: Penerbit Mizan, 1999. 
  • Sindhunata SJ, Dilema Globalisasi dalam Basis No. 01-02 Tahun ke-52, Jan-Feb 2003. http://socialpolitic-article.blogspot.com.
_____

* Materi ini dipresentasikan dalam Seminar "Dialog Tokoh Pemuda dalam memelihara Kerukunan dan Harmonitas Sosial" di FKUB Kota Medan, Nopember 2009

** Lusius Sinurat, SS, M.Hum lahir di Bahtonang pada tanggal 4 Nopember 1976. Ia belajar filsafat di FF-Unpar Bandung (1999-2002) dan teologi pada Magister Ilmu Teologi di universitas yang sama (2003-2005). Sejak tahun 2003 ia aktif sebagai pendamping rohani orang muda (Katolik) di Bandung, Jakarta, dan sekarang di Medan. Ia aktif dalam pelayanan retret, bible camp, outbound rohani, leadership-training, spiritual life coaching, dll.

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.