iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Komitmen dan Sikap Untuk Memelihara Kerukunan Sosial

Komitmen dan Sikap Untuk Memelihara Kerukunan Sosial
Untuk menghambat laju konflik yang berdimensi agama itu, tampaknya, para tokoh pemuda harus merumuskan kembali cara pandang dan pemahaman mereka terhadap agamanya sendiri dan agama orang lain serta cara hidup dengan kelompok-kelompok lain.

Caranya adalah dengan senantiasa mengusahakan pluralitas agama yang bertoleransi dan saling menghargai lewat :
  1. komitmen yang kokoh terhadap agama masing-masing yang diikuti oleh kemampuan mensosialisasikan semangat ajaran serta keteladanan para pendiri agamanya.
  2. pemahaman atas kepekaan masing-masing dari kita menyangkut kecintaan serta ikatan batin dengan “panutan”-nya. 
Untuk itu, umat beragama seyogyanya tidak terpengaruh oleh sejarah konflik yang pernah terjadi di dunia luar [Alwi Shihab dalam Harian Republika, 10/08/2005].

Adapun sikap kita terhadap pluralitas agama dalam term agree in disagreement  yang mesti dibangun, yakni
  1. setuju dalam perbedaan berarti orang mau menerima dan menghormati orang lain dengan segala totalitasnya, 
  2. menerima dan menghormati orang lain dengan seluruh aspirasinya, keyakinannya, kebiasaannya dan pola hidupnya, 
  3. menerima dan menghormati orang lain dengan kebebasannya untuk menganut agamanya. 
Mekanisme transformasi pemahaman agama yang benar kepada masyarakat secara umum sebagai salah satu upaya meminimalkan adanya ketegangan di antara pemeluk agama. 

Agama dalam cetakan baru bukan merupakan sebuah agama baru, tetapi sebuah rumusan agama yang menyuguhkan nilai-nilai inklusivisme, humanisme, serta bersifat transformatif kepada segenap ruang-ruang kehidupan. 

Untuk itu di dalam setiap agama dibutuhkan suatu perkembangan dinamis dalam kehidupan personal seseorang atau sekelompok yang didasarkan pada dinamika perubahan sosial.


Konflik telah membawa perubahan secara gradual dalam kehidupan sosial dan agama. maka, setiap agama, khususnya para tokoh muda yang ada di dalamnya, mau tidak mau harus bersatu padu mencari solusi bagi persoalan sosial di sekitar kita.

Salah satunya adalah membangun sebuah dialog, yang tidak berkutat pada dokumen-dokumen agama yang verbalis melulu, masuk ke dalam living human documents, hingga mempercakapkan persoalan kemanusiaan manusia melalui bahasa agama yang mampu mengangkat mereka. >> Selengkapnya!


Lusius Sinurat


Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.