iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Negara Pencinta Kekerasan

Negara Pencinta Kekerasan

Terkutuklah mereka yang bersetubuh dengan kekerasan dan menjadikan kekerasan sebagai wahana kenikmatan mereka sebagai "binatang bertubuh manusia."

Hanya di negara ini presiden dan pejabat negara membiarkan bahkan "mengkondisikan" masyarakatnya untuk saling membunuh atas nama agama.

Pemenangnya adalah mereka yang "sukses" membunuh tetangganya, orang lain, bahkan saudaranya sendiri saat mereka diketahui menganut keyakinan berbeda, terutama mereka yang berbda agama.

Dan beginilah rumusan yang selalu terulang:
  1. Terjadi kekerasan atas nama agama
  2. Pejabat negara turun tangan dan mengatakan "mengutuk peristiwa itu"
  3. Pejabat negara pun tak lupa berjanji akan mengusut tuntas kasus tersebut
  4. Kerusuah mulai mereda dan pelaku "pura-pura" ditangkap
  5. Pelaku diadili (tergantung jenis drama yang dimainkan) dan para hakim yang juga pejabat negara meyimpulkan bahwa peristiwa itu terjadi karena faktor "salah paham" dan luka parah bahka kematian yang dialami korban pun hanya karena kesalah-pahaman.
  6. Masyarakat yang minoritas yang jadi korban pun akhirnya mengalah dan menerima kreasi kekerasan itu sebagai 'salib yang harus ditanggung', karena mereka hanya rakyat biasa dan hanya bagian dari minoritas yang selalu ditindas...
  7. Para penghisap darah minoritas dengan bantuan negara pun mulai mencari tempat baru yang potensial diadudomba dengan isu agama.
  8. Terjadi lagi kekerasan atas nama aga... dan kembali ke no. 1 dst.
Bagi para pembantai yang memang belajar "agama" dari pembantai lain yang lebih berpengalaman membunuh orang 'karena diperintahkan agamanya. Selalu tidak jelas alasannya kecuali alasan fiktif dan mengada-ada.

Kita tidak pernah tahu mengapa orang-orang ini mau dijadikan sebagai alat penguasa yang suka meraup kekuasaan dengan kekerasan, termasuk kekerasan atas nama agama. Atau jangan-jangan mereka ini hanya merasa iri karena hidup tetangga atau saudaranya jauh lebih suci?

Kalau itu sih masih bisa diterima akal. Tetapi apakah masuk akal membunuh orang lain atau menciptakan kekerasan atas atas agama hanya gara-gara sebungkus "Nasi Bungkus"?

Lihatlah apa yang terjadi pada hari Kamis kemarin di Yogyakarta yang sebelumnya disebut sebagai kota dengan tingkat keramahtamahan dan sikap gotong-royong yang mumpuni...

Sekitar sepuluh orang melakukan penyerangan dirumah Julius Felicianus, Direktur Galangpress, di Kompleks Perumahan STY YKPN, Ngaglik, Sleman, Kamis (29/5) malam. Peristiwa ini terjadi ketika rumah Julius tengah dipakai untuk kegiatan doa rosario. Menurut keterangan Julius, peristiwa ini terjadi ketika dirinya tidak ada di rumah dan tengah melakukan acara yang sama di luar rumah.

Dirinya kemudian mendapat telepon bahwa acara doa bersama dibubarkan sekelompok massa. Massa memecahkan kaca dan merusak sejumlah motor di rumah Julius. “Waktu saya datang, tak ada sekelompok orang itu, namun tiba-tiba sejumlah orang muncul dan menanyai siapa saya. Setelah saya jawab, lalu kepala saya dipukul dengan pot,” kata Julis yang ditemui di TKP.

Peristiwa pemukulan itu terekam oleh Mika, wartawan Kompas TV yang datang ke lokasi setelah diberi tahu ada perusakan rumah. Namun, massa yang menyadari adanya perekaman itu meminta Mika menyerahkan kameranya.

Enggan menyerahkan kamera, massa kemudian menjadikan Mika korban selanjutnya. “Saya nego dulu. Saya bilang jangan kamera, tapi rollnya saja. Tapi mereka nggak peduli dan merampas lalu memukuli saya,” katanya.

Setelah puas dengan perampasan kamera dan pemukulan, sejumlah massa lalu melarikan diri. Hingga berita ini diturunkan, kepolisan, warga, dan jurnalis masih berjaga-jaga di rumah korban."


Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.