iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Ahok Yang Tak Mudah Keok

Ahok Yang Tak Mudah Keok

Ahok ini punya daya tahan dan daya juang yang luarbiasa. Orang digosipin aja bisa keok. Ini masih dituduh menista hingga harus sidang lebih dari 10 kali, dihantam hak angket di 4 fraksi DPR, boikot di DPRD DKI, DPD yang ikut-ikutan tanpa tau masalah, bahkan hasutan bernada angkara murka di media pun datang silih berganti menerpanya.

Belum lagi hasutan-hasutan dari kelompok radikal dan terutama mereka yang memang tak menyukai keberhasilan dan kejeniusan Ahok dalam menuntaskan berbagai masalah di DKI Jakarta, terutama mereka yang tak suka dengan keberingasan Ahok menghantam para koruptor di ibukota.

Kita semua tahu betapa Ahok tak pernah gentar. Energinya seakan tak terserap oleh kekisruhan yang ditimbulkan oleh lawan-lawan politik, termasuk KPUD yang tak cakap dan tak netral saat menyelenggarakan pilkada DKI di putaran pertama.

Lebih aneh lagi, Ahok justru terlihat seperti tak punya musuh, bahkan ketika lawan politiknya seakan tak lelah memproklamirkan bahwa ia adalah musuh Islam, musuh rakyat Indonesia, dan musuh warga DKI Jakarta.

Nyatanya Ahok tak gentar. Ia bahkan tak merasa gemetar ketika para kuli tinta dan pencari berita selalu mendesaknya untuk mengungkapkan apa yang dirasakan setelah dihantam sana sini.

Benar saja Ahok selalu terlihat tegar. Langkahnya tak surut membantu warga ketika ia aktif kembali menjadi gubernur, termasuk ketika banjir di Jakarta dipolitisasi lawan-lawan politiknya ia tetap saja bekerja. Begitu juga ketika ja harus masuk bolak-balik ke ruang sehari dalam seminggu ia justru meminta maaf kepada warga DKI Jakarta karena tak bisa kerja disaat yang sama.

Saat diwawancara di #MataNajwa tadi malam (22/2), dengan polos Ahok mengatakan, "Siapapun yang menang nanti, itu tergantung dari pilihan warga DKI Jakarta pada tanggal 19 April 2017 yang akan datang. Saya tak mau berandai-andai," katanya dengan ekspresi lugunya.

Ahok bukanlah sosok yang mudah keok. Ditengah badai berbagai tuduhan, hasutan dan fitnah kepadanya, Ahok terlihat samasekali tak punya ras gentar sedikit pun. Padahal lawan politiknya, termasuk empat fraksi yang boikot di DPRD dan tak sudi lagi bekerja dengan para SKPD dibawah Ahok.

Terkait boikot itu Ahok justru melempar guyonan bernada sindiran, "Kalau gua menang, gua pastiin ke-4 fraksi itu tak ada lagi di DPRD," tegasnya mengingatkan partai-partai yang bertindak salah dan tak melakukan tugasnya dengan baik.

Entah darimana datangnya kekuatan si Ahok ini, saya tak tahu. Saya hanya bisa menduga kalau Ahok memang seorang pribadi yang berintegras.

Integritas itu tampaknya terbangun dari keseimbangan hidup Ahok itu sendiri, tepatnya keberhasilannya memadukan kekuatan pikiran, perasaan dan perbuatannya berdasarkan kekutan ilahi yang tak terlihat: "Kemana Roh berhembus".

Itu sebabnya di berbagai kesempatan Ahok selalu mengatakan bahwa semua hal telah diatur oleh Tuhan dan ia hanya berupaya berbuat baik dengan membantu sesama sepanjang hidupnya.

Pendek kata, dalam diri ahok sangat jelas terlihat kemampuannya menjaga keseimbangan antara kekuatan jasmani dan kekuatan rohaninya.

Rasanya daya tahan dan energi prima Ahok inilah yang membuat hampir 43% warga Jakarta memilihnya pada Pilkada DKI putaran 1, termasuk konsistensi 75% warga DKI yang merasa puas dengan kinerjanya.

Tentu para lawan politik Ahok akan mengatakan para Ahokers atau pendukung Ahok itu kerjanya hanya melakukan pengkultusan pribadi, semacam Ahok's idolatry. Tapi saya pastikan, hanya orang-orang yang berpikiran tidak logis (logical fallacy)-lah yang punya anggapan itu.

Sebab, dalam hidup nyata selalu ada orang-orang luarbiasa di sekitar kita. Mereka memang tak banyak, dan Ahok hanyalah salah satunya.

Semangat Koh Ahok.
Tetaplah kuat.


Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.