iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Selamat Datang Di Sekolah Santa Korona

Ilustrasi belajar daring
Besok dimulai tahun ajaran baru. Tak seperti biasanya. Tak ada upacara bendera di sekolah. Alih-alih melaksanakan MOS untuk siswa baru, sekolah justru mengadakan MPLS secara daring; dan untuk selanjutnya belajar daring tetap jadi andalan.

Sebetulnya kelas online juga ada positifnya. Salah satunya adalah memangkas perbedaan status keluarga asal siswa. Si X yang bersekolah di sekolah bonafid dan si Y yang bersekolah di sekolah swasta, misalnya akan sama-sama tidak menikmati fasilitas fisik sekolah. 😃😄😃 

Orang tua X dan Y juga akan sama repotnya, mulai dari menyediakan gawai (ortu X juga menyediakan komputer), berikut kuota internet (ortu X mungkin sudah menyediakan Wifi di rumah) untuk diri dan anak-anak mereka. 

Jangan lupa, baju seragam, seragam pramuka dan atribut OSIS, serta buku-buku pelajaran dan ATK juga harus disiapkan. Mungkin hanya beda harga saja. Kalau anak seperti X dan Y di atas bersekolah di Swasta, orang tua mereka juga tetap sama-sama harus membayar SPP, uang ADM, uang buku, dst. Korona memang edun !

Gedunga sekolah harus dianggurin. Oleh karenanya hak siswa (juga ortunya) otomatis terabaikan, terapi serentak kewajiban orangtua siswa justru semakin membengkak. Jangan juga dilupakan. 

Guru-guru dituntut untuk berkreasi, seperti belajar membuat video pembelajaran, membangun sikap percaya diri saat mengajar secara online.

Mereka juga harus membagikan hasil kerjanya yang belum tentu keren itu kepada siswa mereka yang sedang menunggu di rumah.

Beberapa sekolah bahkan menyediakan website atau chanel youtub dan menyiarkannya secara live para gurunya yang sedang mengajar.

Begitulah prose belajar online (akan) berlangsung mulai besok.
Sebagai orang tua, Anda harus menerima fakta ini. Sementara sebagai guru, Anda harus belajar intim dengan teknologi. Ini aturan pemerintah. 

Tak peduli anak Anda sekolah di kota atau pelosok, di zona hijau, kuning atau merah versi sengatan korona, mereka harus belajar secara online. 

Tampaknya, dengan ancaman santa Korona ini, #KeselamatanAnak pun harus jadi nomor satu; #KewajibanDikbud menyelenggarakan pendidikan itu nomor dua, dan #KuotaInternet dari para guru, siswa dan orang tua sebagai nomor tiga. Hanya dengan gawai dan kuotanya itulah guru dapat "seolah-olah sedang mengajar di kelas" dan siswa "seolah-olah sedang berada di sana dan mendengarkan dia." 

Para orangtua harus merelakan tatap muka dengan guru-guru mereka digantikan dengan lirikan rindu via layar gawai mereka, atau mengekspresikan kekesalan anak Anda dengan menyapu (swip) layar gawainya. 

Ini memang kondisi yang memberatkan, teruama bagi kita para orangtua. Namun kita juga harus menyesuaikan diri, dan siap menerima kenyataan ketika sebagian tugas guru akan dilimpahkan kepada kita. 

Orangtua dituntut mampu mengajari anaknya saat kesulitan memahami apa yang dikatakan/dikirim gurunya, memarahi mereka saat malas-malasan, bahkan siap menjadi guru BP saat mereka ikut kelas daring tapi bermain game disaat bersamaan.

Selamat Belajar sebagai orangtua digital !


Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.